Showing posts with label Teori Belajar. Show all posts
Showing posts with label Teori Belajar. Show all posts

Tuesday 3 October 2023

Pengantar ke Teori Belajar: Pendekatan Klasik hingga Modern



Pembelajaran adalah bagian integral dari kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan ilmu psikologi, sejumlah teori belajar telah muncul untuk menjelaskan bagaimana individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku baru. Artikel ini akan memberikan pengantar ke berbagai teori belajar dari pendekatan klasik hingga modern. Pemahaman yang lebih baik tentang teori-teori ini akan membantu kita menggali lebih dalam tentang proses pembelajaran manusia dan implikasinya dalam berbagai konteks.


1. Teori Pembelajaran Klasik (Classical Conditioning)


Salah satu teori belajar klasik yang paling terkenal adalah pembelajaran klasik yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov. Dalam eksperimen terkenalnya dengan anjing, Pavlov menunjukkan bahwa individu dapat belajar untuk mengasosiasikan stimulus netral dengan stimulus yang sudah ada, menciptakan respons yang sebelumnya tidak ada. Contohnya adalah ketika anjing mengaitkan bunyi lonceng dengan makanan sehingga mengeluarkan air liur saat mendengar lonceng. Ini menggambarkan bagaimana asosiasi antara stimulus dan respons dapat membentuk pembelajaran.


2. Teori Pembelajaran Operan (Operant Conditioning)


B.F. Skinner adalah tokoh utama dalam pengembangan teori pembelajaran operan. Teori ini menekankan peran konsekuensi terhadap perilaku individu. Perilaku yang diikuti oleh konsekuensi positif cenderung diperkuat (ditingkatkan), sementara perilaku yang diikuti oleh konsekuensi negatif cenderung dihentikan. Konsep ini telah memiliki dampak besar dalam bidang psikologi dan pendidikan.


3. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)


Albert Bandura adalah tokoh yang mengembangkan teori pembelajaran sosial. Teori ini menekankan peran penting pengamatan dan model dalam pembelajaran. Menurut Bandura, individu dapat mempelajari perilaku baru dengan mengamati orang lain (model) dan mengikuti contoh perilaku mereka. Teori ini juga menggarisbawahi pentingnya aspek kognitif dalam pembelajaran, seperti perencanaan dan refleksi.


4. Teori Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning Theory)


Teori pembelajaran kognitif menekankan pentingnya pemahaman, persepsi, dan pemrosesan informasi dalam pembelajaran. Menurut teori ini, individu secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan informasi dan pengalaman. Jean Piaget adalah salah satu tokoh utama dalam pengembangan teori ini.


5. Teori Pembelajaran Konstruktivis (Constructivist Learning Theory)


Teori pembelajaran konstruktivis menyatakan bahwa individu secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman pribadi. Proses ini melibatkan pemikiran kritis, refleksi, dan konstruksi pengetahuan baru. Teori ini memiliki dampak besar dalam pendidikan modern.


Setiap teori memiliki pendekatan dan konsep unik dalam menjelaskan bagaimana individu memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Memahami teori-teori ini membantu kita merancang pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dalam berbagai konteks. Studi lebih lanjut tentang teori-teori ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran manusia yang kompleks.

Tuesday 5 February 2019

Teori Belajar Matematika Menurut 23 Ahli

1.  Teori Thorndike
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike disebut juga dengan koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukkan hubungan antara stimulus dan respon.
Terdapat beberapa dalil atau hukum kesiapan (lawofreadiness), hukum latihan(lawofexercise) dan hukum akibat(lawofeffect).


2.  Teori Skinner

a.  Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
b.  Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif.
c.  Pengutan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
d.  Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif.Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak setelah berhasil menyelesaikan tugas dan sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab pertanyaan.
e.  Skiner menambahkan bahwa jika respon siswa baik(menunjang efektivitas pencapaian tujuan)harus segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi,atau minimalnya perbuatan baik itu dipertahankan

3.  Teori Ausubel
a.  Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
b.  Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan itu dirasakan bermakna bagi siswa.
c.  Kebermaknaan: sesuai dengan struktur kognitif, sesuai struktur keilmuan, memuat keterkaitan.
d.  Seluruh bahan (ihtisar/resume/rangkuman/ringkasan/bahan/peta)‏.
e.  Peta konsep adalah bagan / struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu / terorganisir (herarkhis, distributive/menyebar)‏.
f.  Ausubel membedakan antara belajar menemukan dan belajar menerima.Dalam belajar menerima siswa hanya menerima dan tinggal meghapalkan materi.Sedangkan pada belajar menemukan,siswa tidak menerima pelajaran begitu saja,tetapi konsep ditemukan oleh siswa.
g.  Belajar bermakna lebih dilakukan dengan metode penemuan (discovery). Namun demikian, metode ceramah (ekspositori) bisa juga menjadi belajar bermakna jika berlajarnya dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, tidak hanya sampai pada tahap hapalan; bahan pelajaran harus cocok dengan kemampuan siswa dan sesuai dengan struktur kognitif siswa.

4.  Teori Gagne
 Menurut Gagne ada dua objek belajar matematika, yaitu:
a. Objek langsung (fakta, keterampilan, konsep, dan aturan-aturan (principle).
b. Objek tak langsung (kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri, bersikap positif terhadap matematika, tahu bagaimana semestinya belajar).
Delapan tipe belajar Gagne:
a. Isyarat
b. Stimulus respon
c. Rangkaian gerak
d. Rangkaian verbal
e. Belajar membedakan
f. Pembentukan konsep
g. Pembentukan aturan
h. Pemecahan masalah

5.  Teori Pavlov

Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan(conditioning). Dalam kegiatan belajar,  agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan Pekerjaan Rumah dengan baik, biasakanlah   dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau member nilai terhadap hasil pekerjaannya.

6.  Teori baruda (Belajar dengan Meniru)
Baruda melihat juga adanya kelemahan dalam teori Skinner, yaitu bahwa respon yang diberikan siswa yang kemudian diberi penguatan tidaklah esensial, menurutnya yang eseinsial adalah bahwa seseorang akan belajar dengan baik melalui peniruan, melalui apa yang dilihatnya dari seseorng, tayangan, dll yang menjadi model untuk ditiru. Pengertian meniru ini bukan berarti mencontek,tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain,terutama guru.
Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar,tingkah laku yang terpuji,menerangkan dengan jelas dan sistematik,maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik iapun menirunya.Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang professional.

7.  Teori Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis,sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya,sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika iamasih kecil.
 Tahap perkembangan kognitif:
=> Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini,pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra).
=> Tahap Pra Operasi(2 tahun sampai dengan7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.Operasi konkrit adalahberupa tindakan- tindakan kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok objek,menata letak benda berdasarkan urutan tertentu,dan membilang.
=> Tahap Operasi Konkrit(7 tahun sampai dengan11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi,  mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
=> Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakantahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.

8.  Teori Bruner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur- struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan,sehinggaanakan memahami materi yang harus dikuasai.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran matematika.Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada,siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya.
 Tahapan belajar menurut Bruner
a. Tahap enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap ikonik
Tahapan dimana kegiatan siswa berhubungan dengan mental, merupakan gambaran dari objek yang dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik
Tahapan dimana anak-anak memanipulasi simbol-simbol atau objek tertentu.

9.  Teori Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyaratndan latihan hafal atau drill yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika ada topic-topik di tata secara urut seperti perkalian bilangan cacah kurang dari sepuluh ( Rosseffendi,19993:115-116).
 Tokoh aliran ini adalah John Dewey.Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa.
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.

10.  Teori belajar W. Brownell
Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika merupakan belajar bermakna dan pengertian hal ini sesuai dengan teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal atau drill sangat penting dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan setelah tertanamnya pengertian (Ruseffendi, 1993: 117).

11.  Teori Dienes (Joyfull Learning)
Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang memfokuskan perhatiannya pada cara pengajaran.Dienes menekankan bahwa dalam pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
  
12.  Teori Polya
Pemecahan masalah merupakan aktivitas intelektual yang paling tinggi. Pemecahan masalah harus didasarkan atas adanya kesesuaian dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa, supaya tidak terjadi stagnasi.
Tahapan pemecahan masalah:
a.  Memahami masalah
b.  membuat rencana/cara penyelesaian masalah
c.  menjalankan rencana/menyelesaikan masalah
d.  melihat kembali/recek.

13. Freudenthal dan Treffers (RME: Realistic Mathematics Education)‏ 
a. Pematematikaan: horizontal (H), diteruskan Vertikal (V);
realistic (H+,V+)‏
b. Mekanistik (drill & practice: (H- dan V-); empiris (H+, V-);
strukturilistik (H-, V+)‏
  
14.  Teori Van Hiele
Tahap perkembangan siswa dalam memahami geometri:
a. Pengenalan
b. Analisis
c. Pengurutan
d. Deduksi
e. Keakuratan (Rigor)
Menurut Van Hiele ada tiga unsure dalam pengajaran matematika yaitu waktu,materi pengajaran danmetode pengajaran,jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi

15. John Dewey (CTL) 
a. Mengkaitkan bahan pelajaran dengan situasi dunia nyata
b. Mendorong siswa menghubungkan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, pengalaman sesungguhnya dan penerapannya / manfaatnya
c. Strategi: authentic, inkuiri, praktek kerja, pemecahan masalah
  
16.  Aliran Latihan Mental
Otak diibaratkan seperti otot, jika ingin kuat harus sering dilatih, makin keras dan sulit latihannya akan lebih baik hasilnya.

17.  Teori Tollman
Sesungguhnya, pada tahun 1930 pakar psikologi AS Edward C. Tolman sudah meneliti proses kognitif dalam belajar dengan penelitian eksperimen bagaimana tikus belajar mencari jalan melintasi maze (teka-teki berupa jalan yang ruwet). Ia menemukan bukti bahwa tikus-tikus percobaannya membentuk “peta kognitif” (atau peta mental) bahkan pada awal eksperimen, namun tidak menampakakan hasil belajarnya sampai mereka menerima penguatan untuk menyelesaikan jalannya melintasi maze—suatu fenomena yang disebutnya latent learning atau belajar latent. Eksperimen Tolman
menunjukkan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat respons melalui penguatan.

18.  Teori Clark Hull
Clark Hull mengemukaan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi. Menurutnya tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.

19.  Teori Bloom dan Krathwohl
Teori Bloom dan Krathwohl mengemukakan tiga hal yang bisa dikuasai oleh siswa, meliputi: ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah Afektif. Tiga ranah itu tercakup dalam teori yang lebih dikenal sebagai Taksonomi Bloom.

20.  Teori Kolb
Kolb membagi tahapan belajar ke dalam empat tahapan, yaitu:
a. pengalaman konkret
b. pengamatan aktif dan reflektif
c. konseptualisasi
d. eksperimentasi aktif

21.  Teori Habermas
Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Lebih lanjut ia mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu:
a. belajar teknis
b. belajar praktis
c. belajar emansipatoris

22.  Teori Landa
Menurut Landa ada dua proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu sasaran. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen menuju ke beberapa sasaran sekaligus.

23. Teori Pask dan Scott
Pask dan Scott juga membagi proses berpikir manjadi dua macam. Pertama pendekatan serialis yang menyerupai pendekatan algoritmik yang dikemukakan Landa. Jenis kedua adalah cara berpikir menyeluruh yaitu berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.

Teori Belajar Kognitif

A.  Teori Belajar Kognitif
Belajar menurut teori kognitif, suatu aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan penerimaan informasi, re-organisasi perseptual dan proses internal.Teori belajar kognitif sudah banyak digunakan pada kegiatan pembelajaran yaitu dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi, dan tujuan pembelajaran. Kebebasan, keaktifan, kemandirian,dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

Menurut C. Asri Budininngsih (Belajar dan Pembelajaran:48-49) kegiatan belajar mengikuti prinsip-prinsip berikut:
1.  Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap tertentu.
2.  Anak usia play group dan awal sekolah dasar akan belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda yang nyata.
3.  Keaktifan siswa dalam proses belajar amat penting, karena hanya dengan keaktifan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.  Agar dapat menarik minat dan meningkatkan prestasi belajar perlu mengaitkan pengalaman/ masa lalu, informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.
5.  Pemahaman akan meningkat jika materi pembelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana menuju komplek.
6.  Perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut contohnya motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dsb.
Teori belajar kognitif dianggap teori yang paling baik untuk mengembangkan potensi belajar anak, hal ini disebabkan teori ini menekankan keaktifan anak. Teori ini merubah pandangan anak yang dulu hanya berpandangan subyektif terhadap apa yang diamatinya akan berubah menjadi pandangan objektif melalui pertukaran ide-ide dengan orang lain, karena anak diberikan kebebasan dalam berpikir dan mengutamakan perkembangan kognitif melalui tahapan-tahapan tertentu

B.  Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli
1.  Teori Kognitif  Jean Piaget (1896-1980)
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasari mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan selama beberapa abad.  Dalam teorinya, Piaget membahas tentang bagaimana anak belajar,  menurutnya dasar belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.Interaksi anak dengan masyarakat merupakan peran penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Semakin bertambahnya usia seseorang maka susunan sel syaraf mereka akan semakin kompleks dan kemampuannya akan meningkat
Menurut Piaget, masyarakat menyesuaikan diri dengan dua cara:
a.       Asimilasi
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada.
b.      Akomodasi
Akomodasi terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
c.    Disequilibrium dan Equilibrium
Penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium terjadi apabila proses akomodasi dimulai ketika pengetahuan baru yang dikenalkan tidak cocok dengan struktur kognitif ada. Sedangkan equilibrium terjadi apabila struktur kognitif ditata kembali dan disesuaikan dengan pengetahuan baru.Sehingga pengetahuan baru dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasi menjadi urutan dari umum kerinci yang baru.
Menurut Piaget, anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil interaksi anak, Piaget mengembangkan empat skemayaitu:
a.       Sensory Motor Stage (0-2 tahun)
Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan besar dalam kemampuan bayi untuk mengatur eskpresi (melihat dan mendengar) dan memanipulasi serta memindahkan objek pada tempat yang ia kehendaki melalui gerakan dan tindakan fisik.
b. Pra-Operational Stage (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Pada tahap ini anak sudah mampu mengetahui objek beserta isinya, akan tetapi anak lebih cenderung memusatkan perhatiannya melalui objek tersebut.
c. Concrete Operational Stage (7-11 tahun)
Pada tahap ini anak melakukan penalaran logika menggantikan pemikiran intuisi sejauh pemikiran yang dapat diterapkan ke dalam contoh-contohnya yang spesifik dan nyata. Anak sudah menggunakan konsep kemungkinan
d.      FormalOperationalStage (11-15 tahun)
Pada tahap ini individu melampui dunia nyata, pengalaman-pengalaman nyata dan berpikir secara abstrak dan logis.
Perlu diingat selalu bahwa setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya apabila tahap sebelumnya belum bisa diselesaikan, di setiap selesainya tahapan, umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu, hal ini disebabkan perbedaan perkembangan individu satu dengan yang lain.

2.   Teori Kognitif Jerome Bruner (1966)
Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan, terutama bahasa. Dalam bukunya Toward Theory of Instruction, menyatakan anak belajar melalui tiga tahap:
a.      Enactive
Tahap dimana individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan usahanya memahami lingkungan dengan menggunakan pengetahuan motorik atau gerak
b.      Iconic
Tahap dimana individu memahami lingkungannya melalui gambar dan visualisasi verbal atau berbicara.
c.       Symbolic
Tahap individu memahami lingkungannya melalui gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika.
Dalam konteks lain Teori Burner juga menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar. Menurut “DiscoveryLearning” yaitu siswa mengorganisasi metode penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan, sesuai tingkat kemampuan anak.
The Act of Discovery (Bruner)
a.       Adanya suatu kenaikan dari dalam potensi intelektual
b.      Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrensik
c.       Murid mempelajari ‘Bagaiman menemukan sistem belajar baru?”
d.      Murid lebih senang mengingat informasi

3. Teori Kognitif David Ausubel
Teori belajar dari David Ausubel dikenal dengan “Belajar Bermakna” atau MeaningfullLearning, Artinya, bahwa yang dipelajari anak memiliki fungsi bagi kehidupannya. Menurut Ausubell, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam bayangan yang telah dimiliki. Dalam proses itu seseorang dapat mengembangkan bayangannya yang ada atau mengubahnya. Dalam proses belajar, siswa membangun apa yang dia pelajari sendiri.
a.       Langkah – langkah pembelajaran menurut Ausubel:
1)      Menentukan tujuan pembelajaran
2)      Melakukan indentifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi,
gaya belajar)
3)      Memilih materi pelajaran yang sesuia dengan karateristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep
4)      Menentukan topic-topik dan menampilkannya dalam bentuk AdvanceOrganizer yang akan dipelajari siswa
5)      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b.      Dua hal yang perlu diperhatikan agar belajar menjadi lebih bermakna:
1)      Materi yang dipelajari haruslah merupakan materi yang bermakna, sesuai dengan struktur kognitif siswa
2)      Aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna
Dalam konteks demikian aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki pengetahuan bagaimana melakukannya? Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun dalam belajar belum bermakna, karena masih diperlukan adanya advanceorginizer, yaitu kerangka abstraksi atau ringkasan konseptual dari apa yang dipelajari.
Bagi Ausubel advanceorganizer dapat memberikan tiga manfaat penting:
a.       Dapat menyediakan suatu kerangka konsep untuk materi yang akan dipelajari
b.      Berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) anatara apa yang sedang dipelajari saat ini dengan apa yang akan dipelajari siswa
c.      Mampu membahas siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah

C.   Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Metode belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu SQ3R, rumus ini bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R diartikan sebagai berikut:
1.      Survey diartikan meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
2.      Question diartikan menyusun daftar pertanyaan
3.      Read diartikan membaca berbagai referensi untuk mencari jawaban
4.      Recite diartikan menghafal setiap jawaban
5.      Review diarikan sebagai mengulang kembali seluruh jawaban
Proses belajar akan berjalan baik bila materi – materi belajar yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa. Materi pembelajaran sangat penting dan harus dipersiapkan agar pelakasanaan pembelajaran saaat mencapai sasaran.Mulai dari materi fakta, konsep, prinsip, prosedur dan sikap.
Komponen yang diperlukan yakni sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun murid dalam mempelajari materi pelajaran sehingga memudahkan murid dalam memahami materi.
Secara umum sumber belajar dapat berupa media cetak berupa buku, majalah, koran yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas di kelas. Media elektronik seperti komputer, TV, radio yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Prakteknya adalah sebagai berikut
a)    Guru menyusun materi dengan menggunakan pola dn logika tertentu dari sederhana ke kompleks
b)   Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada hanya sekadar menghafal.
c)    Memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa

D.   Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
1.  Kelebihan Teori Belajar Kognitif :
a.  Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
b.  Dapat meningkatkan motivasi.
2.  Kekurangan Teori Belajar Kognitif:
Karena guru bukan sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam refleksi atas apa yang telah di perintahkan dan dilakukan oleh guru. Maka dalam hal ini kewibawaan guru akan berkurang yang berdampak pada penghormatan seorang siswa kepada seorang guru juga akan berkurang.