Friday 24 May 2019

Model Pembelajaran Make A Match

A.  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make A Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.


Salah satu keunggulan Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.  Model ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode ini.

B.  Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match
Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (membuat pasangan) ini adalah sebagai berikut:
1.        Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
2.        Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban
3.        atau soal dari kartu yang dipegang.
4.        Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
5.        Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Model pembelajaran  Make A Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama  dengan  anggota  kelompoknya  agar tanggung  jawab dapat  tercapai,  sehingga  semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.

C.  Konsep Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match bisa juga di artikan sebagai pembelajaran yang kreatif dan produktif yang mana meliputi:
a. Landasan Pengembangan
Model pembelajaran make a match termasuk pembelajaran yang kreatif dan produktif merupakan model yang di kembangkan dengan mengacu pada pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas hasil belajar, yang mempunyai beberapa karakter sebagai berikut :
1). Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran, keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan pada peserta didik untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu dari berbagai sumber yang relevan dengan topik atau konsep yang sedang di kaji dan menafsirkan hasil eksplotasi tersebut
2). Peserta didik didorong untuk menemukan atau mengkontruksi sendiri konsep yang dikaji melalui penafsiran yang di lakukan dari berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau melakukan percobaan menemukan pasangan kartu yang sesuai
3). Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama yang merupakan arena intraksi untuk memperkaya pengalaman
4). Dalam kontek pembelajaran yang kreatif dapat menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik dan guru merasa bebas mengkaji dan mengekplorasi topik atau materi, dimana guru memberi kartu materi. Kartu tersebut berisikan soal dan materi, sehingga membuat peserta didik berfikir, kemudian mengejar peserta didik tentang ide-ide dari berbagai perspektif, guru juga mendorong peserta didik untuk menunjukan atau mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik penting dalam materi menurut caranya sendiri. Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran ini dapat diasumsikan untuk memotivasi peserta didik dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka tertantang untuk menyelesaikan tugasnya secara kreatif
b. Tujuan
1) Dampak intruksional
Dampak intruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini antara lain:
a) Pemahaman terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu
b) Kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah
c) Kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut
2) Dampak pengiring
Melalui pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk kemampuan berfikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab dan bekerja sama serta merupakan tujuan pembelajaran yang bersifat jangka panjang
c. Materi Pembelajaran
Materi yang sesuai diartikan dengan model kreatif dan produktif mengadakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat serta keterampilan menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata.

D.  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match
Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :
Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain:
(1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;
(2) karena ada unsur permainan, metode ini menyengkan;
(3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
(4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan
(5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Kelemahan media Make A Match antara lain:
(1) jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;
(2) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;
(3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;
(4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan
(5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

Saturday 18 May 2019

Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


A.  Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran think pair share adalah salah satu model (tipe) pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Model pembelajaran koperatif tipe think pair share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Lie: 2004).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi teknik pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) adalah suatu tipe pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat bekerja dengan sendirinya (secara individu) serta dapat juga siswa bekerja sama dengan yang lainnya (siswa lainnya).
Adapun definisi pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Arends (dalam Komalasari, 2010: 84) yang menyatakan bahwa, model pembelajaran think pair share adalah suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi murid lebih banyak waktu untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu.
Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga tahap yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi). TPS memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya serta keterampilan atau kecakapan sosial.
Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran tipe TPS antara lain:
1.      Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek, yaitu:
a. Aspek bertanya
Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.
b. Aspek menyampaikan ide atau pendapat
Meliputi keterampilan siswa menyampaikan pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau sanggahan) saat kelompok lain presentasi.
2.      Keterampilan sosial aspek bekerjasama
Keterampilan sosial siswa pada aspek yang bekerjasama meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bekerjasama dengan teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.
3.      Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik
Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi pendengar yang baik yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain berpendapat.

B. Tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
Dibawah ini adalah tahapan-tahapan didalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Ibrahim (2000:40), yaitu antara lain sebagai berikut :
Tahap 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang teah dipikirkannya pada tahap berpikir. Pada tahap ini setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar atau paling meyakinkan.
Tahap 3 : Berbagi (Sharing)
Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan.

C. Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share pada umumnya adalah:
a.      Pendahuluan
Fase1: Persiapan
1.      Guru melakukan apersepsi
2.      Guru menjelaskan tentang pembelajaran TPS
3.      Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4.      Guru memberikan motivasi
b.      Kegiatan inti
Fase 2: pelaksanaan pembelajaran tipe TPS
Langkah pertama
1.      Menyampaikan pertanyaan : Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
2.      Siswa memperhatikan/mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan dari guru.
Langkah kedua
1.      Berpikir : siswa berpikir secara individual.
2.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.
Langkah ketiga
1.      Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan.
2.      Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya. Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sebagai lembar kerja, kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah keempat
1.      Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
2.      Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas. Individu/kelompok yang lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
3.       Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang berhasil baik dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik (jika ada).
Fase 3 : Penutup
1.      Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah didiskusikan.
2.      Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
3.      Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal evaluasi
D. Kelebihan dan Kekurangan model pembelajaran think pair share (TPS)
Menurut Fadholi (2009:1) yang menyatakan bahwa terdapat 5 kelebihan model pembelajaran think pair share yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Memberi murid waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
2. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
3. Murid lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4. Murid memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh murid, sehingga ide yang ada menyebar.
5. Memungkinkan murid untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan, karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
Kemudian menurut Fadholi (2009:1) yang menyatakan bahwa terdapat 4 kelemahan (kekurangan) model pembelajaran think pair and share yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan.
2. Jika terdapat perselisihan, maka tidak ada penengah.
3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
4. Sulit untuk diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan muridnya rendah.

Wednesday 15 May 2019

Kerajaan Samudra Pasai

A. Sejarah Singkat Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Silu atau Merah Selu yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.


B. Raja-Raja Kerajaan Samudra Pasai
No      Periode                    Nama Sultan atau Gelar
1         1267 – 1297          Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu)
2         1297 – 1326          Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I
3         1326 – 133?          Sultan Ahmad I
4         133? – 1349          Sultan Al-Malik azh-Zhahir II
5         1349 – 1406          Sultan Zainal Abidin I
6         1406 – 1428          Ratu Nahrasyiyah
7         1428 – 1438          Sultan Zainal Abidin II
8         1438 – 1462          Sultan Shalahuddin
9         1462 – 1464          Sultan Ahmad II
10       1464 – 1466          Sultan Abu Zaid Ahmad III
11       1466 – 1466          Sultan Ahmad IV
12       1466 – 1468          Sultan Mahmud
13       1468 – 1474          Sultan Zainal Abidin III
14       1474 – 1495          Sultan Muhammad Syah II
15       1495 – 1495          Sultan Al-Kamil
16       1495 – 1506          Sultan Adlullah
17       1506 – 1507          Sultan Muhammad Syah III
18       1507 – 1509          Sultan Abdullah
19       1509 – 1514          Sultan Ahmad V
20       1514 – 1517          Sultan Zainal Abidin IV

C. Kehidupan Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman, meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). Ia sering mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya, tidak banyak yang dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang utusan dari Delhi yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana. Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai memiliki armada dagang yang sangat kuat. Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat kuat imannya sehingga berusaha menjadikan Samudra Pasai sebagai pusat agama Islam yang bermazhab Syafi'i.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.
Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
1. Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
2. Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
3. Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
4. Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
5. Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
6. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

D. Kehidupan Eknomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran. Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia saat itu. Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Pasai – Arab – India – Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus masalah perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.

E. Kehidupan Sosial-Budaya
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

F. Kehidupan Keagamaan
Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.
Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang raja. Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-masyarakat setempat.

G. Kehidupan Politik
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan politik yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah lainnya.
Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama dengan perkembangan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan kerajaan ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran ditengarai oleh beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.
H. Masa Kemunduran Samudra Pasai
Masa kemunduran Samudra Pasai disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kemunduran adalah adanya perselisihan di antara keluarga kerajaan.
Perebutan tahta pemerintahan banyak terjadi  sehingga menyebabkan terjadinya perang saudara dan pemberontak di wilayah kerajaan.
Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada tahun 1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.
Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal menyerang wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra Pasai melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.
Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.

I. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai memiliki berbagai peninggalan sejarah yang sangat berharga. Peninggalan-peninggalan tersebut berupa benda-benda berharga dan makam para raja. Berikut bukti-bukti peninggalan yang diperoleh :
1. Koin Emas
Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri khas unik koin emas dengan tulisan Arab.
2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.
Bagian-bagian lonceng tersebut diukir  dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China dengan desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda lihat di wilayah Lhokseumawe.
3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin yang selanjutnya dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal. Naskah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada tahun 1511 M ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis.

4. Makam Raja-raja Pasai
Makam Raja-raja Pasai merupakan peninggalan sejarah berharga yang sangat melekat mengenai eksistensi Samudra Pasai. Terdapat banyak makam para Raja Pasai yang memerintah dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah makam Sultan Malik As-Saleh yang terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra dengan batu nisan yang ditulis dengan huruf Arab dan Makam Sultan Maulana Al Zhahir yang terletak di sebelahnya.
5. Stempel Kerajaan Samudra Pasai
6. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
7. Makam Perdana Menteri
Samudra Pasai juga meninggalkan beberapa makam perdana menteri. Salah satu makam perdana menteri yang terkenal adalah  makam Tengku Yacob.
Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-Taubah 21-22.
Itulah seputar sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Banyak penjelajah terkenal yang berkunjung ke wilayah Samudra Pasai sehingga banyak catatan sejarah yang berhasil ditorehkan.
Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi generasi-generasi masa depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan Pasai di masa lampau.
Catatan sejarah yang sangat melekat adalah mengenai masa kejayaan dan masa keruntuhan Samudra Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudra Pasai kuat dalam berbagai bidang sehingga memiliki pengaruh besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain.
Sementara pada masa kemundurannya, disebabkan oleh faktor perang saudara dan invasi Portugal ke wilayah Samudra Pasai.
Catatan sejarah lain yang penting adalah peninggalan sejarahnya. Terdapat beberapa peninggalan sejarah penting seperti barang berharga serta makam para raja dan menteri. Peninggalan sejarah merupakan bukti kuat untuk menunjukkan kehidupan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau.

Monday 13 May 2019

Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

A.  Pengertian Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.


Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya. Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa Teams games tournament TGT telah  digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.

B. Ciri – ciri model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai  berikut ( Slavin ) :
1.         Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil
2.         Games Tournament
3.         Penghargaan Kelompok

C. Fase Kegiatan Guru
Fase – 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase – 2
Menyajikan informasi. Guru menyampaikan informasi singkat sebagai pendahuluan terkait dengan materi ajar.
Fase – 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelom-pok-kelompok belajar. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan permainan secara efektif dan efisien.
Fase – 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar. Guru membimbing pembentukan kelompok-kelompok belajar pada saat mereka akan melakukan permainan.
Fase – 5
Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau hasil permainan kuis dari masing-masing kelompok.
Fase – 6
Memberikan penghargaan.  Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Sumber: Muslich (2007: 230).

D.  Pendekatan Kelompok Kecil dalam Teams Games Tournament
Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat ditinjau dari segi.
1) Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu;
(a) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional,
(b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong
(c) mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok merasa memiliki tanggung jawab, dan
(d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2) Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif dalam pembelajaran  diharapkan;
(a) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok,
(b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab,
(c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong timbulnya semangat tim, dan
(d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3) Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu;
(a) pembentukan kelompok
(c) perencanaan tugas kelompok,
(d) pelaksanaan, dan
(d) evalusi hasil belajar kelompok.

E.  Komponen dan Pelaksanaan Team Game Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1.  Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.  Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3. Permainan ( Games )
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
4. Pertandingan atau lomba ( Tournament )
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat  sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader 2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5. Penghargaan kelompok (team recognise)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para peserta didik atas prestasi yang telah mereka buat.

F.  Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu.
1)  Pembelajaran terpusat pada siswa
2)  Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3)  Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4)  Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5)  Dalam kompetisi diterapkan system point
6) Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan dalam kinerja akademik
7) Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang diterbitkan secara mingguan
8)  Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9)  Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak

G.  Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.
Dari pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.
Namun demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi, situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa.
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual.
Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TGT  Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1.  Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.
2.  Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.