Tuesday, 18 June 2024

Sejarah Idul Adha: Dari Nabi Ibrahim hingga Perayaan Modern



Idul Adha, yang dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam agama Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Perayaan ini tidak hanya memiliki makna religius yang mendalam, tetapi juga sejarah panjang yang berakar pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.

**Asal Usul Idul Adha**

Sejarah Idul Adha bermula dari kisah yang tercatat dalam Al-Quran tentang Nabi Ibrahim (Abraham) dan putranya, Nabi Ismail (Ishmael). Menurut kisah ini, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah melalui mimpi untuk mengorbankan putra kesayangannya, Ismail, sebagai tanda ketaatan dan kepatuhan yang total kepada Tuhan. 

Meskipun sangat berat, baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail menunjukkan ketaatan yang luar biasa. Ismail, yang masih remaja, rela menerima keputusan ayahnya sebagai perintah dari Allah. Namun, ketika Nabi Ibrahim hendak melaksanakan penyembelihan, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah tidak menginginkan pengorbanan manusia, melainkan ketaatan dan ketulusan hati dari hamba-Nya.

**Pengorbanan dan Makna Spiritual**

Pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi simbol utama dari perayaan Idul Adha. Dalam konteks ini, pengorbanan bukan hanya berarti menyembelih hewan, tetapi juga mengajarkan umat Muslim untuk menyerahkan segala sesuatu yang mereka cintai kepada Allah. Hal ini mencakup pengorbanan waktu, tenaga, dan harta demi kepatuhan kepada perintah Tuhan dan kepedulian kepada sesama manusia.

**Perayaan Idul Adha dalam Sejarah Islam**

Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, perayaan Idul Adha telah menjadi bagian integral dari praktik keagamaan umat Islam. Nabi Muhammad sendiri mengikuti tradisi penyembelihan hewan kurban dan menganjurkan umatnya untuk melakukan hal yang sama. Beliau juga menekankan pentingnya berbagi daging kurban kepada kaum fakir miskin, keluarga, dan tetangga, yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas sosial.

**Ritual dan Tradisi**

Perayaan Idul Adha diawali dengan shalat Id yang dilakukan di masjid atau tempat terbuka. Shalat ini diikuti oleh khutbah yang mengingatkan jamaah tentang kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan nilai-nilai yang harus dihayati. Setelah shalat, umat Muslim melakukan penyembelihan hewan kurban, seperti sapi, kambing, atau domba.

Daging hewan kurban kemudian dibagikan menjadi tiga bagian: satu bagian untuk keluarga yang berkurban, satu bagian untuk kerabat dan teman, dan satu bagian lagi untuk mereka yang membutuhkan. Tradisi ini memperkuat ikatan sosial dalam komunitas dan membantu mereka yang kurang beruntung.

**Idul Adha dan Ibadah Haji**

Idul Adha juga erat kaitannya dengan ibadah Haji, yang merupakan rukun Islam kelima. Puncak dari rangkaian ibadah Haji terjadi pada hari Idul Adha, di mana para jamaah Haji melakukan penyembelihan hewan kurban di Mina sebagai bentuk pengabdian dan ketaatan kepada Allah. Bagi umat Muslim yang tidak sedang menunaikan Haji, mereka tetap berpartisipasi dalam semangat Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban di tempat tinggal mereka masing-masing.


Sejarah Idul Adha membawa pesan yang kuat tentang pengorbanan, ketaatan, dan solidaritas. Dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, umat Muslim diajak untuk merenungkan pentingnya menyerahkan segala sesuatu yang kita cintai kepada Allah dan menunjukkan kepedulian kepada sesama. Idul Adha bukan hanya sekedar perayaan tahunan, tetapi juga waktu untuk memperdalam iman, mempererat hubungan sosial, dan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Idul Adha: Hari Raya Kurban dalam Islam




Idul Adha, atau dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu hari besar dalam agama Islam yang dirayakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Hari raya ini menandai puncak ibadah Haji di Mekkah dan juga merupakan momen penting untuk memperingati ketaatan Nabi Ibrahim (Abraham) dan putranya Nabi Ismail (Ishmael) kepada Allah.

**Sejarah dan Makna Idul Adha**

Idul Adha memiliki akar sejarah yang kuat dalam kisah Nabi Ibrahim. Menurut keyakinan Islam, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah melalui mimpi untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail. Meskipun berat hati, Nabi Ibrahim dan Ismail bersedia memenuhi perintah tersebut sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Namun, saat hendak dilaksanakan, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba, menandakan penerimaan pengorbanan mereka. 

Peristiwa ini melambangkan pengorbanan, ketaatan, dan keikhlasan yang menjadi inti dari perayaan Idul Adha. Umat Muslim di seluruh dunia mengenang peristiwa ini dengan menyembelih hewan kurban seperti sapi, kambing, atau domba.

**Ritual dan Praktik Idul Adha**

Perayaan Idul Adha dimulai dengan shalat Id yang dilakukan di masjid atau lapangan terbuka. Setelah shalat, khutbah diberikan oleh imam untuk mengingatkan jamaah tentang pentingnya pengorbanan dan ketaatan kepada Allah. 

Setelah shalat, umat Muslim melakukan penyembelihan hewan kurban. Daging hewan kurban ini kemudian dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan terutama kepada mereka yang membutuhkan, sebagai wujud kepedulian dan solidaritas sosial.

**Ibadah Haji dan Idul Adha**

Idul Adha juga erat kaitannya dengan ibadah Haji, yang merupakan rukun Islam kelima. Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Mekkah untuk melaksanakan rangkaian ibadah Haji. Pada tanggal 10 Dzulhijjah, mereka melaksanakan penyembelihan hewan kurban sebagai bagian dari rangkaian ibadah tersebut. Bagi mereka yang tidak dapat menunaikan Haji, penyembelihan kurban di tempat tinggal masing-masing menjadi bentuk partisipasi dan pengabdian yang serupa.

**Filosofi dan Nilai Idul Adha**

Idul Adha mengandung filosofi yang mendalam tentang pengorbanan, ketaatan, dan kebersamaan. Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail mengajarkan bahwa ketaatan kepada Allah adalah prioritas utama bagi setiap Muslim. Selain itu, dengan berbagi daging kurban, umat Muslim diajak untuk meningkatkan rasa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.

**Penutup**

Idul Adha adalah momen yang penuh makna dan hikmah bagi umat Muslim. Melalui peringatan ini, umat Muslim diingatkan akan pentingnya nilai-nilai pengorbanan, ketaatan, dan kepedulian sosial. Selain itu, Idul Adha juga memperkuat ikatan kebersamaan dalam masyarakat melalui ritual penyembelihan hewan kurban dan berbagi daging kepada mereka yang membutuhkan. Hari raya ini tidak hanya menjadi waktu untuk beribadah, tetapi juga untuk merenungkan dan memperkuat nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

Tuesday, 11 June 2024

Manfaat Sholat Subuh



Sholat Subuh adalah salah satu dari lima sholat wajib yang harus dilakukan oleh umat Muslim setiap hari. Sholat ini dilakukan pada waktu fajar sebelum matahari terbit. Selain sebagai kewajiban, sholat Subuh memiliki berbagai manfaat yang signifikan bagi kehidupan spiritual, fisik, dan mental umat Muslim. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari sholat Subuh:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah

Melaksanakan sholat Subuh membantu umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sholat ini mengajarkan kedisiplinan dan ketekunan dalam menjalankan perintah-Nya, serta memberikan kesempatan untuk memulai hari dengan beribadah dan mengingat-Nya. Dengan demikian, sholat Subuh dapat memperkuat hubungan spiritual antara hamba dan Tuhannya.

2. Meningkatkan Kedisiplinan

Sholat Subuh mengajarkan kedisiplinan karena harus dilaksanakan pada waktu yang sangat pagi. Kebiasaan bangun awal untuk sholat membantu seseorang untuk membangun rutinitas yang disiplin dan teratur. Hal ini juga bisa mempengaruhi aktivitas sehari-hari lainnya, menjadikan seseorang lebih produktif dan teratur dalam menjalankan tugas-tugasnya.

3. Menyehatkan Tubuh

Bangun pagi untuk melaksanakan sholat Subuh memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa. Udara pagi yang segar baik untuk pernapasan dan dapat memberikan energi positif untuk memulai hari. Selain itu, gerakan dalam sholat, seperti rukuk dan sujud, juga memiliki manfaat fisik yang dapat melancarkan peredaran darah dan menjaga fleksibilitas tubuh.

4. Menenangkan Pikiran dan Jiwa

Sholat Subuh memberikan ketenangan pikiran dan jiwa. Pada waktu pagi, suasana cenderung lebih tenang dan damai, sehingga memungkinkan seseorang untuk berkonsentrasi dan khusyuk dalam beribadah. Hal ini bisa membantu mengurangi stres dan kecemasan, serta memberikan rasa damai dan tenang dalam menjalani hari.

5. Meningkatkan Konsentrasi dan Fokus

Melaksanakan sholat Subuh membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus. Ketika seseorang terbiasa bangun pagi dan memulai hari dengan ibadah, mereka cenderung memiliki pikiran yang lebih jernih dan fokus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Ini bisa membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

6. Memperoleh Berkah dan Keberuntungan

Dalam ajaran Islam, terdapat banyak hadis yang menyebutkan bahwa sholat Subuh mendatangkan berkah dan keberuntungan. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang melaksanakan sholat Subuh akan mendapatkan perlindungan dan rahmat dari Allah SWT sepanjang hari. Dengan demikian, melaksanakan sholat Subuh dapat membuka pintu rezeki dan keberuntungan bagi seseorang.

7. Memperkuat Ikatan Sosial

Sholat Subuh sering dilakukan secara berjamaah di masjid. Hal ini tidak hanya meningkatkan pahala, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antar umat Muslim. Berkumpul bersama untuk beribadah dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan saling mendukung dalam menjalankan kewajiban agama.

Kesimpulan

Sholat Subuh bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga membawa berbagai manfaat yang signifikan bagi kehidupan spiritual, fisik, dan mental. Melalui sholat Subuh, umat Muslim dapat mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan kedisiplinan, menyehatkan tubuh, menenangkan pikiran, meningkatkan konsentrasi, memperoleh berkah, dan memperkuat ikatan sosial. Dengan demikian, melaksanakan sholat Subuh dengan penuh kesungguhan dan khusyuk akan membawa kebaikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Sunday, 10 March 2024

Menyambut Bulan Ramadhan dengan Hati yang Bersih dan Persiapan yang Matang



Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menantikan kedatangan bulan suci Ramadan dengan penuh antusiasme dan harapan. Bulan penuh berkah ini merupakan waktu untuk beribadah, introspeksi diri, dan meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah SWT. Menyambut bulan Ramadan tidak hanya tentang persiapan fisik, tetapi juga mental dan spiritual. Berikut adalah beberapa cara untuk menyambut bulan Ramadan dengan hati yang bersih dan persiapan yang matang.

1. Persiapan Spiritual:

Ramadan adalah bulan untuk membersihkan jiwa dan memperbaiki hubungan kita dengan Sang Pencipta. Mulailah dengan memperbanyak doa dan dzikir menjelang Ramadan. Mintalah kepada Allah agar diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan Ramadan dan diberikan kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa serta ibadah lainnya dengan baik.

2. Menetapkan Niat:

Niat merupakan pondasi dari semua amalan. Sebelum bulan Ramadan tiba, teguhkan niat di dalam hati untuk menjalankan puasa dan ibadah lainnya karena Allah semata. Niat yang ikhlas akan membuahkan pahala yang berlipat ganda.

3. Membuat Jadwal Ibadah:

Agar ibadah di bulan Ramadan dapat terstruktur dengan baik, buatlah jadwal untuk sholat tarawih, tilawah Al-Qur'an, dzikir, dan ibadah lainnya. Dengan adanya jadwal, kita bisa lebih disiplin dalam mengatur waktu dan meningkatkan kualitas ibadah.

4. Kesehatan Fisik:

Bulan puasa juga menuntut kita untuk menjaga kesehatan fisik. Mulailah dengan mengatur pola makan yang sehat saat sahur dan berbuka. Konsumsi makanan yang bergizi dan hindari makanan yang berlebihan atau tidak sehat. Pastikan juga untuk mendapatkan tidur yang cukup agar tubuh tetap bugar selama menjalankan ibadah puasa.

5. Menjalin Silaturahmi:

Ramadan adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga, teman, dan tetangga. Manfaatkan momen ini untuk saling memaafkan dan mempererat tali persaudaraan. Berikan perhatian khusus kepada mereka yang membutuhkan dengan berbagi makanan berbuka atau bantuan lainnya.

6. Mengatur Keuangan:

Salah satu tradisi yang baik di bulan Ramadan adalah berzakat dan bersedekah. Siapkan bagian dari keuangan untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Dengan berzakat dan bersedekah, kita tidak hanya membantu sesama, tetapi juga membersihkan harta dan menumbuhkan keberkahan dalam hidup.

7. Belajar dan Berbagi Ilmu:

Memperdalam pengetahuan tentang Islam dan mengamalkannya adalah bagian penting dari bulan Ramadan. Ikutilah kajian keislaman, ceramah, atau belajar bersama dengan keluarga dan komunitas. Berbagi ilmu yang bermanfaat juga merupakan amal jariyah yang terus mengalir pahalanya.

Menyambut bulan Ramadan dengan persiapan yang matang akan membantu kita untuk mencapai tujuan spiritual yang lebih tinggi. Semoga dengan kedatangan bulan suci ini, kita dapat menjadi umat yang lebih baik, lebih sabar, dan lebih penuh kasih sayang. Selamat menyambut bulan Ramadan, semoga kita semua diberikan kemudahan dan keberkahan selama bulan penuh rahmat ini. Amin.

Tuesday, 5 March 2024

Contoh Soal Teorema Pythagoras Bagian 1

Sebuah Segitiga siku-siku ABC dengan siku-siku di B. Jika panjang sisi AB adalah 6 cm, panjang BC adalah 8 cm. Maka panjang sisi AC adalah ....

Pembahasan:


Jadi panjang sisi AC adalah 10 cm.

Monday, 4 March 2024

Manfaat Belajar Rumus Pythagoras Di Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sumber:Wikipedia


Rumus Pythagoras adalah salah satu topik pembelajaran matematika di sekolah. Pythagoras adalah rumus yang terdapat dalam materi geometri. Rumus ini berguna untuk menunjukkan hubungan antara panjang sisi miring (hipotenusa) dan sisi sisi tegaknya pada segitiga siku-siku.

Rumus pythagoras pertama kali ditemukan oleh seorang filsuf dan ahli matematika asal Yunani yaitu Pythagoras. Pythagoras lahir pada 570 Sebelum Masehi (SM) di Pulau Samos, daerah Ionia.

Pythagoras belajar matematika dari Thales. Pythagoras dikenal sebagai pria yang cerdas. Ia tertarik mempelajari banyak hal seperti ilmu astronomi, geometri, dan logistik.

Ia juga pernah membuat tesis tentang para arithmos yang berarti bilangan. Tesis tersebut membuat dirinya semakin dikenal dan memberikan sumbangan yang cukup besar dalam bidang ilmu pengetahuan di bidang matematika dan musik.

Berikut 5 manfaat belajar rumus Pythagoras di dalam kehidupan sehari-hari:

1. Untuk mengetahui apakah segitiga itu lancip, tumpul, atau siku-siku. Jika jumlah dua sisi kuadrat sama dengan nilai kuadrat sisi ketiga, yang merupakan sisi miring, maka segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku.

2. Membantu menemukan panjang sisi segitiga yang hilang. Dengan rumus ini kita dapat menemukan panjang sisi ketiga dari segitiga siku-siku. Rumus ini juga berfungsi untuk mengetahui panjang sisi yang hilang pada bujur sangkar dan persegi panjang dari bagun ruang segitiga.

3. Rumus Pythagoras membantu menghitung jarak terpendek antara dua titik bila kita berpergian. Rumus ini merupakan rumus geometri Euclidean sehingga dekat dengan aspek kehidupan sehari-hari.

4. Sebagai dasar untuk menghitung panjang diagonal yang menghubungkan dua garis lurus. Rumus Pythagoras digunakan untuk menghitung bidang arsitektur, pengerjaan kayu atau proyek konstruksi fisik, seperti membangun atap rumah.

5. Rumus pythagoras dapat berguna untuk mengetahui navigasi dua jarak. Sebagai contoh adalah jika kita berada di laut dan menavigasi ke suatu titik yang berjarak 300 mil di utara dan 400 mil di barat, maka kita dapat menggunakan rumus ini untuk menemukan jarak dari kapal ke titik itu.

Sunday, 31 December 2023

Timun Mas dan Raksasa - Dongeng Tanah Jawa



Alkisah di sebuah desa di daerah Jawa Tengah, hidup seorang janda paruh baya yang bernama Mbok Srini. Sejak ditinggal oleh suaminya beberapa tahun, ia hidup sebatang kara, ia pun juga tak memiliki anak.

Karena kesepian, ia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, namun sayangnya harapan itu pupus karena suaminya telah meninggal dunia.

Mbok Srini hanya dapat menunggu keajaiban untuk bisa memiliki anak. Ia berharap keajaiban terjadi padanya, dengan selalu berdoa siang dan malam kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar dapat diberikan anak.

Pada suatu malam, harapan itu datang lewat mimpinya. Dalam mimpinya, Mbok Srini didatangi sesosok raksasa yang menyuruhnya pergi mengambil sebuah bungkusan di bawah pohon besar di hutan tempat biasanya ia mencari kayu bakar. Saat terbangun di pagi hari, Mbok Srini hampir tidak percaya dengan mimpinya semalam.

“Mungkinkah keajaiban akan benar-benar terjadi padaku?” Ia pun bertanya dalam hati dengan ragu.

Namun, Mbok Srini berusaha menghilangkan keraguan hatinya. Dengan penuh harapan, ia bergegas menuju ke hutan yang ditunjuk oleh raksasa itu. Setibanya di hutan, ia mencari bungkusan yang berada di bawah pohon besar.

Namun ia justru sangat terkejut saat menemukan bungkusan yang dikiranya berisi seorang bayi, tetapi isinya hanyalah sebutir biji timun. Hatinya pun kembali bertanya-tanya.

“Apa maksud raksasa itu memberikanku sebutir biji timun?” ucap Mbok Srini dengan bingung.

Di tengah kebingungannya, tanpa disadari ada sesosok raksasa berdiri di belakangnya sambil tertawa terbahak-bahak.

“Ha… ha… ha…!” demikian suara tawa raksasa itu.

Mbok Srini pun terkejut sambil membalikkan badannya. Betapa terkejutnya ia karena raksasa itulah yang hadir dalam mimpinya. Ia pun menjadi ketakutan.

“Ampun, Tuan Raksasa! Jangan memakanku! Aku masih ingin hidup,” Mbok Srini memohon dengan muka pucat.

“Jangan takut, hai perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu. Bukankah kamu menginginkan seorang anak?” tanya raksasa itu.

“Be… benar, Tuan Raksasa!” jawab Mbok Srini dengan gugup.

“Kalau begitu, segera tanam biji timun itu! Nanti kamu akan mendapatkan seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu kepadaku saat ia sudah dewasa. Karena anak itu akan kujadikan santapanku,” ujar raksasa itu.

 

Karena begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Mbok Srini menjawab, “Baiklah, Raksasa! Aku bersedia menyerahkan anak itu kepadamu.”

Setelah Mbok Srini selesai memberikan kesediaannya, raksasa itu pun menghilang. Kemudian ia segera menanam biji timun itu di ladangnya. Dengan penuh harapan, setiap hari ia merawat tanaman itu dengan baik. Dua bulan kemudian, tanaman itu pun mulai berbuah. Namun anehnya, tanaman timun itu hanya berbuah satu.

Semakin hari buah timun menjadi semakin besar melebihi buah timun pada umumnya. Warnanya pun sangat berbeda, karena berwarna kuning keemasan. Ketika buah timun sudah masak, Mbok Srini memetiknya timun yang berat dengan susah payah ke gubuknya.

Betapa terkejutnya ia ketika membelah buah timun itu. Ia melihat seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Saat akan menggendongnya, bayi itu tiba-tiba menangis.

“Ngoa… ngoa… ngoa… !!!” demikian suara bayi itu.

Alangkah bahagianya hati Mbok Srini mendengar suara tangisan bayi yang sudah lama dirindukannya itu. Ia pun memberi nama bayi itu Timun Mas.

“Cup… cup… cup..!!! Jangan menangis anakku sayang… Timun Mas!” hibur Mbok Srini.

Perempuan paruh baya itu tak dapat menyembuyikan kebahagiaannya. Hingga air matanya menetes membasahi kedua pipinya. Perasaan bahagia itu membuatnya lupa dengan janjinya bahwa dia akan memberikan bayi itu kepada raksasa suatu saat kelak.

Ia merawat dan mendidik Timun Mas dengan rasa kasih sayang hingga tumbuh menjadi perempuan yang cantik. Mbok Srini sangat bangga, karena selain cantik, Timun Mas juga memiliki kecerdasan yang luar biasa dan sifatnya yang baik. Oleh karena itu, ia sangat sayang kepadanya.

Suatu malam, Mbok Srini kembali bermimpi didatangi oleh raksasa yang memberi pesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia akan datang menjemput Timun Mas. Sejak itu, ia selalu duduk termenung seorang diri.

Hatinya pun menjadi sedih, karena ia akan berpisah dengan anak yang sangat disayanginya. Ia baru menyadari bahwa raksasa itu ternyata adalah raksasa yang jahat, karena Timun Mas akan dijadikan santapannya!

Melihat Mbok Srini sering duduk termenung, Timun Mas pun bertanya-tanya dalam hati. Suatu sore, Timun Emas memberanikan diri untuk menanyakan kegundahan hati yang dirasakan oleh ibunya.

“Bu, mengapa akhir-akhir ini Ibu selalu tampak sedih?” tanya Timun Mas.

Sebenarnya Mbok Srini tidak ingin menceritakan penyebab kegundahan hatinya, karena dia tidak ingin anaknya itu ikut bersedih. Namun, karena terus didesak, akhirnya ia pun menceritakan asal-usul Timun Mas yang dirahasiakan selama ini.

“Maafkan Ibu, Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu,” kata Mbok Srini dengan wajah sedih.

“Rahasia apa, Bu?” tanya Timun Mas penasaran.

“Ketahuilah, Timun Mas! Sebenarnya, kamu bukanlah anak kandung Ibu yang lahir dari rahim Ibu.” Jawab Mbok Srini

Belum selesai ibunya bicara, Timun Mas tiba-tiba menyela.

“Apa maksud, Ibu?” tanya Timun Mas.

Mbok Srini pun menceritakan semua rahasia tersebut hingga mimpinya semalam bahwa sesosok raksasa akan datang menjemput anaknya itu untuk dijadikan santapan. Mendengar cerita itu, Timun Mas menjadi kaget seolah-olah tidak percaya.

“Aku tidak mau ikut bersama raksasa itu. Aku sangat sayang kepada Ibu yang telah mendidik dan membesarkan Timun,” kata Timun Mas.

Mendengar perkataan Timun Mas, Mbok Srini kembali termenung. Ia mencari cara agar anaknya selamat agar tidak menjadi santapan raksasa itu. Sampai pada hari yang telah dijanjikan oleh raksasa itu, Mbok Srini belum juga menemukan jalan keluar. Hatinya pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia menemukan sebuah akal.

Ia menyuruh Timun Mas agar berpura-pura sakit. Dengan begitu, raksasa tidak akan mau menyantapnya. Saat matahari mulai senja, raksasa itu pun mendatangi gubuk Mbok Srini.

“Hai, Perempuan Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang,” pinta raksasa itu.

“Maaf, Tuan Raksasa! Anak itu sedang sakit keras. Jika kamu menyantapnya sekarang, tentu dagingnya tidak enak. Bagaimana kalau tiga hari lagi kamu datang kemari? Saya akan menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu,” bujuk Mbok Srini yang mencoba mengulur waktu hingga ia menemukan cara agar Timur Mas bisa selamat.

“Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku,” kata raksasa itu.

Setelah Mbok Srini berjanji, raksasa itu pun menghilang. Mbok Srini kembali bingung untuk mencari cara lain. Akhirnya, ia menemukan cara yang untuk dapat menyelamatkan anaknya dari raksasa. Ia akan meminta bantuan kepada seorang pertapa yang tinggal di sebuah gunung.

 

“Anakku! Besok pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui seorang pertapa. Dia adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia dapat membantu kita untuk menghentikan niat jahat raksasa itu,” ungkap Mbok Srini.

“Benar, Bu! Kita harus membinasakan raksasa itu. Karena aku tidak mau menjadi santapannya,” jawab Timun Mas.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, berangkatlah Mbok Srini ke gunung itu. Sesampainya di sana, ia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan maksud kedatangannya.

“Maaf, Tuan Pertapa! Maksud kedatangan saya kemari ingin meminta bantuan kepada Tuan,” kata Mbok Srini.

“Apa yang bisa kubantu, Mbok Srini?” tanya pertapa itu.

Mbok Srini pun menceritakan masalah yang sedang dihadapi anaknya. Mendengar cerita Mbok Srini, pertapa itu pun bersedia membantu.

“Baiklah, tunggu di sini sebentar!” ujar  pertapa itu seraya berjalan masuk ke dalam ruang rahasianya.

Tak berapa lama, pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya kepada Mbok Srini.

“Berikanlah bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini!” jelas pertapa itu.

Setelah mendapat penjelasan itu, Mbok Srini pulang membawa keempat bungkusan tersebut. Setiba di gubuknya, Mbok Srini menyerahkan keempat bungkusan itu dan menjelaskan tujuannya kepada Timun Mas. Kini, hati Mbok Srini mulai agak tenang, karena anaknya sudah mempunyai senjata untuk melawan raksasa itu.

Dua hari kemudian, Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada Mbok Srini. Ia sudah tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Timun Mas.

“Hai, perempuan tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan santapanku!” ancam raksasa itu.

Mbok Srini tidak gentar lagi menghadapi ancaman itu. Dengan tenang, ia memanggil Timun Mas agar keluar dari dalam gubuk. Tak berapa lama, Timun Emas pun keluar lalu berdiri di samping ibunya.

“Jangan takut, Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuk yang telah kusamapaikan kepadamu,” Mbok Srini membisik Timun Mas.

“Baik, Bu!” jawab Timun Mas.

Melihat Timun Mas yang benar-benar sudah dewasa, rakasasa itu semakin tidak sabar ingin segera menyantapnya. Ketika ia hendak menangkapnya, Timun Mas segera berlari sekencang-kencangnya. Raksasa itu pun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kejaran antara makhluk raksasa itu dengan Timun Mas.

Setelah berlari jauh, Timun Mas mulai kecapaian, sementara raksasa itu semakin mendekat. Akhirnya, ia pun mengeluarkan bungkusan pemberian pertapa itu.

Pertama-tama Timun Mas menebar biji timun yang diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib, hutan di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam sekejap, batang timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh raksasa itu. Namun, raksasa itu mampu melepaskan diri dan kembali mengejar Timun Mas.

Timun Emas pun segera melemparkan bungkusan yang berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum tersebut berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi dan runcing. Namun, raksasa itu mampu melewatinya dan terus mengejar Timun Mas, walaupun kakinya berdarah-darah karena tertusuk bambu tersebut.

Melihat usahanya belum berhasil, Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi garam lalu menebarkannya. Seketika itu pula, hutan yang telah dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi lautan luas dan dalam, namun raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah.

Timun Emas pun mulai cemas, karena senjatanya hanya tersisa satu. Jika senjata tersebut tidak berhasil melumpuhkan raksasa itu, maka tamatlah riwayatnya.

Dengan penuh keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Seketika itu pula, tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma menjadi lautan lumpur yang mendidih. 

Alhasil raksasa itu terkalahkan karena tercebur ke dalam lautan lumpur dan tewas seketika. Maka selamatlah Timun Emas dari kejaran dan santapan raksasa itu.

Dengan sekuat tenaga, Timun Mas berjalan menuju ke gubuknya untuk menemui ibunya. Melihat anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung berucap syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas hidup berbahagia.