Angka nol ? Siapa sih yang ga tau angka itu? Wah,
bakal repot banget pastinya ya kalau di dunia ini ga ada yang namanya angka
nol! Ga percaya? Ya bayangin aja gitu, kalau kita mau menulis angka 100 ga ada
angka nol. Bisa? Ya jelas bisa, kan ada angka romawi.. :-D , yap, ada C, ada L,
ada X, dan sebagainya itu. Tapi gimana kalau mau nulis satu milyar? Satu juta?
Angka netral? Nah loh, bingung deh tuh pastinya. Saya sendiri sebagai seorang
praktisi matematika (ciee…), ngebayangin juga tuh kadang kalau angka nol ga
ada, dunia perhitungan kita mau jadi apa.
Nah, tapi sebenarnya temen-temen tau ga sih emang
siapa penemu dari angka nol? Aristoteles? Rene Descartes? Phytagoras? Atau…
Siapa? Ya! Salah semua, yang bener itu ternyata adalah seorang ilmuwan muslim.
Namanya Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi.
Nah, kali ini kita akan sama-sama melihat
bagaimana biografi dari penemu angka nol ini.
Bapak
Aljabar ( 780 – 848 M )
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi adalah penemu ilmu
Al Jabar dan tokoh ilmu pasti, paling besar di dunia Islam. Para ilmuwan Eropa
mengenalnya dengan Al frismus. Dari namanya ini diambil istilah Al Gorism atau
Algoritma.
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi lahir pada tahun
780 M di bagian Barat kota Bagdad. Ayahnya, Musa bin Syakir adalah seorang
pegawai Khalifat al-Ma’mun. Saat usianya menginjak remaja, al-Khawarizmi
didaftarkan oleh ayahnya menjadi pegawai Khalifat al-Ma’mun.
Al-Ma’mun adalah salah seorang Khalifah Abbasiyah
yang sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan. Ia mendirikan Baitul
Hikmah (pusat ilmu pengetahuan) di kota Bagdad. Di tempat ini, ia mengumpulkan
para ilmuwan fisika, matematika, astrologi, sejarawan, penyair, ahli hukum,
ahli hadis dan para musafir (ahli tafsir). Al-Ma’mun meminta mereka untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki dan menuliskannya. Ia juga
meminta para ilmuwan itu untuk menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan
berbahasa Yunani, Yahudi dan Cina ke dalam bahasa Arab. Selama tinggal di Baitul
Hikmah, para ilmuwan itu mendapat tunjangan dan jaminan dari Khalifah
al-Ma’mun.
Penerjemah.
Khalifah Al-Ma’mun sangat tertarik oleh salah
seorang pegawainya yang kelihatan cerdas dan cekatan. Orang itu tidak lain
adalah Al-Khawarizmi.
“Hai anak muda, kemarilah!” kata Al-Ma’mun.”Ada
apa tuan?” jawab Al-Khawarizmi. “Maukah engkau belajar bahasa Sansekerta?”
tanya Al-Ma’mun.”Tentu saja, Tuan,” jawab Al-Khawarizmi gembira.
Pada masa itu, bahasa Sansekerta merupakan bahasa
yang banyak diminati orang untuk dipelajari. Penyebabnya bahasa Sansekerta
merupakan bahasa pengantar dari buku-buku ilmu pengetahuan India.
Atas biaya dari Al-Ma’mun, Al-Khawarizmi kemudian
belajar bahasa Sanskerta hingga mahir. Setelah tiu, ia diberi tugas untuk
menerjemahkan sebuah buku berbahasa Sansekerta yang berjudul Siddhanta. Buku
yang membahas ilmu astronomi ini, diterjemahkan Al-Khawarizmi ke dalam bahasa
Arab dengan sangat baik. Pada tahun 830 M, Al-Khawarizmi mendapat tugas lagi
untuk menerjemahkan buku geografi karya Ptolomeus, seorang ilmuwan Yunani.
Penulis
Setelah sukses menjadi penerjemah Al-Khawarizmi
mulai menulis buku. Buku pertama yang ditulisnya berjudul Suratul Ardhi (peta
dunia). Dalam bukunya ini, Al-Khawarizmi membagi bumi menjadi tujuh daerah yang
disesuaikan dengan perubahan iklim. Peta dunia karya Al-khawarizmi ini
dijadikan model oleh ahli-ahli geografi Barat untuk menggambar peta dunia.
Bersama para ilmuwan lainnya, Al-Khawarizmi
kemudian membuat tabel perhitungan astronomi yang dapat digunakan untuk mengukur
jarak dan kedalaman bumi. Karyanya ini diterima oleh para ilmuwan di Yunani,
India dan Cina. Pada tahun 1226, tabel ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan menjadi dasar penelitian astronomi.
Al-Khawarizmipun mulai dikenal sebagai orang jenius
yang mahir dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan , terutama dalam bidang
matematika. Tulisan-tulisan karya ilmuwan Yunani dikoreksi kesalahannya oleh
Al-Khawarizmi, kemudian dikembangkannya sedemikian rupa sehingga menjadi mudah
dipahami.
Al-Khawarizmi menulis buku matematika yang
berjudul Hisab Aljabar wal Muqabala. Buku ini berisi tentang persamaan linear
dan kuadrat. Dalam bukunya ini ia menjelaskan cara menyederhanakan suatu
persamaan kuadrat.
Misalnya persamaan:
x + 5x + 4 = 4 – 2x + 5x³, dengan aljabar, persamaan ini menjadi : x + 7x + 4 =
4 + 5x³ dengan al-muqabala, persamaan ini menjadi lebih sederhana: x + 7x = 5x³
Buku Hisab Aljabar wal Muqabala ini kemudian
diterjemahkan pada abad ke 12 ke dalam bahasa Latin. Sampai abad ke 16 buku ini
digunakan sebagai buku pegangan para mahasiswa yang belajar matematika di
universitas-universitas di Eropa.
Riwayat
Angka Nol
Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang
menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka nol. Ia menulis buku yang
membahas beberapa soal hitungan dan asal-usul angka, serta sejarah angka-angka
yang sedang kita gunakan. Melalui Al-Khawarizmilah orang-orang Eropa belajar
menggunakan angka nol untuk memudahkan menghitung puluhan, ratusan, ribuan,
dst, dst..
Dengan penggunaan angka tersebut maka kata Arab
Shifr yang artinya nol (kosong) diserap ke dalam bahasa Perancis menjadi kata
chiffre, dalam bahasa Jerman menjadi ziffer, dan dalam bahasa Inggris menjadi
cipher. Bilangan nol ditulis bulat dan didalamnya kosong.
Al-Khawarizmi-pun memperkenalkan tanda-tanda
negatif yang sebelumnya tidak dikenal di kalangan ilmuwan Arab. Para
matematikawan di seluruh dunia mengakuinya dan berhutang budi kepada
Al-Khawarizmi. Ia juga mengarang buku sundials (alat-alat petunjuk waktu dengan
bantuan bayangan sinar matahari).
Al-Khawarizmi berhasil menyusun tabel astronomi
yang sangat lengkap untuk menggantikan tabel astronomi buatan Yunani dan India.
Tabel ini menjadi pegangan para ilmuwan astronomi, baik di Timur maupun di
Barat.
Disalin
Para Ilmuwan Barat
Para ilmuwan Barat seperti Copernicus, banyak
menyalin teori-teori dari para ilmuwan muslim, diantaranya dari Al-Khawarizmi.
Misalnya, tentang perhitungan ketinggian gunung, kedalaman lembah dan jarak
antara dua buah objek yang terletak antara suatu daerah yang berpermukaan datar
atau yang berpermukaan tidak rata.
Bahkan, ada ilmuwan Barat lainnya yang tidak saja
menyalin teori hasil pemikiran al-Khawarizmi, tetapi juga mengakuinya sebagai
penemunya. Misalnya, John Napies (1550-1617 M) dan Simon Stevin (1548-1620 M) .
Mereka mengaku bahwa merekalah penemu rumus ilmu ukur mengenai segitiga, daftar
logaritma dan hitungan persepuluh. Padahal, para ilmuwan Muslim mengetahui
bahwa Al-Khawarizmi-lah yang pertama kali menemukannya.
Wafat
Pada tahun 847 M, Al-Khawarizmi wafat dalam usia
67 tahun. Ia meninggalkan kenangan abadi bagi para ilmuwan matematika di
seluruh dunia. Ia digelari Bapak Matematika karena keberhasilannya dalam
memajukan cabang ilmu ini hingga mencapai puncaknya.
No comments:
Write komentar