A. Teori Belajar Kognitif
Belajar
menurut teori kognitif, suatu aktivitas pembelajaran yang berkaitan dengan
penerimaan informasi, re-organisasi perseptual dan proses internal.Teori
belajar kognitif sudah banyak digunakan pada kegiatan pembelajaran yaitu dalam
merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi, dan tujuan
pembelajaran. Kebebasan, keaktifan, kemandirian,dan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran amat diperhitungkan, agar belajar lebih
bermakna bagi siswa.
Menurut
C. Asri Budininngsih (Belajar dan Pembelajaran:48-49) kegiatan belajar mengikuti
prinsip-prinsip berikut:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap
tertentu.
2. Anak usia play group dan awal sekolah
dasar akan belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda yang nyata.
3. Keaktifan siswa dalam proses belajar amat
penting, karena hanya dengan keaktifan siswa maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Agar dapat menarik minat dan meningkatkan
prestasi belajar perlu mengaitkan pengalaman/ masa lalu, informasi baru dengan
struktur kognitif yang dimiliki.
5. Pemahaman akan meningkat jika materi
pembelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana menuju komplek.
6. Perbedaan individu pada diri siswa perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
Perbedaan tersebut contohnya motivasi, persepsi, kemampuan berpikir,
pengetahuan awal, dsb.
Teori
belajar kognitif dianggap teori yang paling baik untuk mengembangkan potensi
belajar anak, hal ini disebabkan teori ini menekankan keaktifan anak. Teori ini
merubah pandangan anak yang dulu hanya berpandangan subyektif terhadap apa yang
diamatinya akan berubah menjadi pandangan objektif melalui pertukaran ide-ide
dengan orang lain, karena anak diberikan kebebasan dalam berpikir dan
mengutamakan perkembangan kognitif melalui tahapan-tahapan tertentu
B. Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli
1.
Teori Kognitif Jean Piaget (1896-1980)
Perkembangan
kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasari mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf. Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitif
yang cukup dominan selama beberapa abad. Dalam teorinya, Piaget membahas
tentang bagaimana anak belajar, menurutnya dasar belajar adalah aktivitas
anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Anak
tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat,
tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.Interaksi anak dengan masyarakat
merupakan peran penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Semakin
bertambahnya usia seseorang maka susunan sel syaraf mereka akan semakin
kompleks dan kemampuannya akan meningkat
Menurut
Piaget, masyarakat menyesuaikan diri dengan dua cara:
a.
Asimilasi
Asimilasi
terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada.
b.
Akomodasi
Akomodasi
terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
c.
Disequilibrium dan Equilibrium
Penyesuaian
berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium terjadi apabila
proses akomodasi dimulai ketika pengetahuan baru yang dikenalkan tidak cocok
dengan struktur kognitif ada. Sedangkan equilibrium terjadi apabila struktur
kognitif ditata kembali dan disesuaikan dengan pengetahuan baru.Sehingga
pengetahuan baru dapat diakomodasi dan selanjutnya diasimilasi menjadi urutan
dari umum kerinci yang baru.
Menurut
Piaget, anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil interaksi anak, Piaget mengembangkan
empat skemayaitu:
a.
Sensory Motor Stage (0-2 tahun)
Pada
tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan besar dalam kemampuan
bayi untuk mengatur eskpresi (melihat dan mendengar) dan memanipulasi serta
memindahkan objek pada tempat yang ia kehendaki melalui gerakan dan tindakan
fisik.
b.
Pra-Operational Stage (2-7 tahun)
Pada
tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Pada tahap
ini anak sudah mampu mengetahui objek beserta isinya, akan tetapi anak lebih
cenderung memusatkan perhatiannya melalui objek tersebut.
Pada
tahap ini anak melakukan penalaran logika menggantikan pemikiran intuisi sejauh
pemikiran yang dapat diterapkan ke dalam contoh-contohnya yang spesifik dan
nyata. Anak sudah menggunakan konsep kemungkinan
d.
FormalOperationalStage (11-15 tahun)
Pada
tahap ini individu melampui dunia nyata, pengalaman-pengalaman nyata dan
berpikir secara abstrak dan logis.
Perlu
diingat selalu bahwa setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya
apabila tahap sebelumnya belum bisa diselesaikan, di setiap selesainya tahapan,
umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu, hal
ini disebabkan perbedaan perkembangan individu satu dengan yang lain.
2.
Teori Kognitif Jerome Bruner (1966)
Bruner
melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan, terutama
bahasa. Dalam bukunya Toward Theory of Instruction, menyatakan anak
belajar melalui tiga tahap:
a.
Enactive
Tahap
dimana individu melakukan aktivitas yang berhubungan dengan usahanya memahami
lingkungan dengan menggunakan pengetahuan motorik atau gerak
b.
Iconic
Tahap
dimana individu memahami lingkungannya melalui gambar dan visualisasi verbal
atau berbicara.
c.
Symbolic
Tahap
individu memahami lingkungannya melalui gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi
bahasa dan logika.
Dalam
konteks lain Teori Burner juga menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam
belajar. Menurut “DiscoveryLearning” yaitu siswa mengorganisasi metode
penyajian bahwa dengan cara dimana anak dapat mempelajari bahan, sesuai tingkat
kemampuan anak.
The
Act of Discovery
(Bruner)
a.
Adanya suatu kenaikan dari dalam potensi intelektual
b.
Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrensik
c.
Murid mempelajari ‘Bagaiman menemukan sistem belajar baru?”
d.
Murid lebih senang mengingat informasi
3. Teori Kognitif David Ausubel
Teori
belajar dari David Ausubel dikenal dengan “Belajar Bermakna” atau MeaningfullLearning,
Artinya, bahwa yang dipelajari anak memiliki fungsi bagi kehidupannya.
Menurut Ausubell, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke
dalam bayangan yang telah dimiliki. Dalam proses itu seseorang dapat
mengembangkan bayangannya yang ada atau mengubahnya. Dalam proses belajar,
siswa membangun apa yang dia pelajari sendiri.
a.
Langkah – langkah pembelajaran menurut Ausubel:
1)
Menentukan tujuan pembelajaran
2)
Melakukan indentifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi,
gaya
belajar)
3)
Memilih materi pelajaran yang sesuia dengan karateristik siswa dan mengaturnya
dalam bentuk konsep
4)
Menentukan topic-topik dan menampilkannya dalam bentuk AdvanceOrganizer
yang akan dipelajari siswa
5)
Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b.
Dua hal yang perlu diperhatikan agar belajar menjadi lebih bermakna:
1)
Materi yang dipelajari haruslah merupakan materi yang bermakna, sesuai dengan
struktur kognitif siswa
2)
Aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna
Dalam
konteks demikian aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan
terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki pengetahuan
bagaimana melakukannya? Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun
dalam belajar belum bermakna, karena masih diperlukan adanya advanceorginizer,
yaitu kerangka abstraksi atau ringkasan konseptual dari apa yang dipelajari.
Bagi
Ausubel advanceorganizer dapat memberikan tiga manfaat penting:
a.
Dapat menyediakan suatu kerangka konsep untuk materi yang akan dipelajari
b.
Berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) anatara apa yang sedang
dipelajari saat ini dengan apa yang akan dipelajari siswa
c.
Mampu membahas siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah
C.
Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
Metode
belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu SQ3R, rumus ini
bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
SQ3R diartikan sebagai berikut:
1.
Survey
diartikan meneliti atau mengidentifikasi seluruh teks
2.
Question
diartikan menyusun daftar pertanyaan
3.
Read
diartikan membaca berbagai referensi untuk mencari jawaban
4.
Recite
diartikan menghafal setiap jawaban
5.
Review
diarikan sebagai mengulang kembali seluruh jawaban
Proses
belajar akan berjalan baik bila materi – materi belajar yang baru beradaptasi
secara klop dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa. Materi
pembelajaran sangat penting dan harus dipersiapkan agar pelakasanaan
pembelajaran saaat mencapai sasaran.Mulai dari materi fakta, konsep, prinsip,
prosedur dan sikap.
Komponen
yang diperlukan yakni sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru maupun murid
dalam mempelajari materi pelajaran sehingga memudahkan murid dalam memahami
materi.
Secara
umum sumber belajar dapat berupa media cetak berupa buku, majalah, koran yang
sesuai dengan materi yang sedang dibahas di kelas. Media elektronik seperti
komputer, TV, radio yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Prakteknya adalah
sebagai berikut
a)
Guru menyusun materi dengan menggunakan pola dn logika tertentu dari sederhana
ke kompleks
b)
Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada hanya sekadar menghafal.
c)
Memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa
D.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
1.
Kelebihan Teori Belajar Kognitif :
a. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah (problem solving).
b. Dapat meningkatkan motivasi.
2. Kekurangan Teori Belajar Kognitif:
Karena
guru bukan sumber belajar utama dan bukan kepatuhan siswa yang dituntut dalam
refleksi atas apa yang telah di perintahkan dan dilakukan oleh guru. Maka dalam
hal ini kewibawaan guru akan berkurang yang berdampak pada penghormatan seorang
siswa kepada seorang guru juga akan berkurang.
No comments:
Write komentar