Friday 24 May 2019

Model Pembelajaran Make A Match

A.  Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Make A Match (membuat pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe Make A Match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.


Salah satu keunggulan Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia.  Model ini cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan metode ini.

B.  Langkah-langkah Pembelajaran Make A Match
Teknik pembelajaran Make A Match dilakukan di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya siswa dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang sedang dibawanya dengan waktu yang cepat.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match (membuat pasangan) ini adalah sebagai berikut:
1.        Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
2.        Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban
3.        atau soal dari kartu yang dipegang.
4.        Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
5.        Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Model pembelajaran  Make A Match dapat melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama  dengan  anggota  kelompoknya  agar tanggung  jawab dapat  tercapai,  sehingga  semua siswa aktif dalam proses pembelajaran.

C.  Konsep Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran make a match bisa juga di artikan sebagai pembelajaran yang kreatif dan produktif yang mana meliputi:
a. Landasan Pengembangan
Model pembelajaran make a match termasuk pembelajaran yang kreatif dan produktif merupakan model yang di kembangkan dengan mengacu pada pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas hasil belajar, yang mempunyai beberapa karakter sebagai berikut :
1). Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran, keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian kesempatan pada peserta didik untuk melakukan eksplorasi dari konsep bidang ilmu dari berbagai sumber yang relevan dengan topik atau konsep yang sedang di kaji dan menafsirkan hasil eksplotasi tersebut
2). Peserta didik didorong untuk menemukan atau mengkontruksi sendiri konsep yang dikaji melalui penafsiran yang di lakukan dari berbagai cara, seperti observasi, diskusi, atau melakukan percobaan menemukan pasangan kartu yang sesuai
3). Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas bersama yang merupakan arena intraksi untuk memperkaya pengalaman
4). Dalam kontek pembelajaran yang kreatif dapat menciptakan suasana kelas yang memungkinkan peserta didik dan guru merasa bebas mengkaji dan mengekplorasi topik atau materi, dimana guru memberi kartu materi. Kartu tersebut berisikan soal dan materi, sehingga membuat peserta didik berfikir, kemudian mengejar peserta didik tentang ide-ide dari berbagai perspektif, guru juga mendorong peserta didik untuk menunjukan atau mendemonstrasikan pemahamannya tentang topik penting dalam materi menurut caranya sendiri. Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, model pembelajaran ini dapat diasumsikan untuk memotivasi peserta didik dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka tertantang untuk menyelesaikan tugasnya secara kreatif
b. Tujuan
1) Dampak intruksional
Dampak intruksional yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini antara lain:
a) Pemahaman terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu
b) Kemampuan menerapkan konsep atau memecahkan masalah
c) Kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman tersebut
2) Dampak pengiring
Melalui pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk kemampuan berfikir kritis dan kreatif, bertanggung jawab dan bekerja sama serta merupakan tujuan pembelajaran yang bersifat jangka panjang
c. Materi Pembelajaran
Materi yang sesuai diartikan dengan model kreatif dan produktif mengadakan materi yang menuntut pemahaman yang tinggi terhadap nilai, konsep, atau masalah aktual di masyarakat serta keterampilan menerapkan pemahaman tersebut dalam bentuk karya nyata.

D.  Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Make A Match
Kelebihan dan kelemahan model Cooperative Learning tipe Make A Match menurut Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah :
Kelebihan model pembelajaran tipe Make A Match antara lain:
(1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik;
(2) karena ada unsur permainan, metode ini menyengkan;
(3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
(4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi; dan
(5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Kelemahan media Make A Match antara lain:
(1) jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang terbuang;
(2) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;
(3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;
(4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan
(5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.

No comments:
Write komentar