A.
Pengertian Validitas
Berikut ini beberapa pengertian
validitas menurut para ahli:
1. Azwar (1986)
Menurut Azwar Validitas berasal dari
kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
2. Sudjana (2004:12)
Pengertian validitas menurut Sudjana
adalah ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang harus dinilai.
3. Suryabrata (2000:41)
Pengertian validitas menurut Suryabrata
adalah derajat fungsi pengukuran suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya
sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur atap yang hendak diukur.
4. Azwar (1987:173)
Pengertian validitas menurut Azwar
adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes)
dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang
tinggi apabila alat tersebut menajalankan fungsi ukur secara tepat atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut.
5. Arikunto (1999:65)
Pengertian validitas menurut Arikunto
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesalihan suatu tes. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai denga kriteria, dalam arti
memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.
6. Kusaeri (2012:75)
Pengertian validitas menurut Kusaeri
adalah ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull) dan kemanfaatan
(usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes.
7. Nursalam (2003)
Pengertian validitas menurut Nursalam
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshalihan suatu
instrumen.
8. Neuman (2007)
Pengertian validitas menurut Neuman
adalah menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan mengacu pada kesesuaian antara
konstruk, atau cara seorang peneliti mengkonseptualissasikan ide dalam definisi
konseptual dan suatu ukuran. Hal ini mengacu pada seberapa baik ide tentang
realitas “sesuai” dengan realitas aktual. Dalam istilah sederhana, validitas
membahas pertanyaan mengenai seberapa baik realitas sosial yang diukur melalui
penelitian sesuai dengan konstruk yang peneliti gunakan untuk memahaminya.
9. Anastasia dan Urbina (1998)
Pengertian validitas menurut Anastasia
dan Urbina adalah mengenai apa dan seberapa baik suatu alat tes dapat mengukur,
sedangkan reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang
yang sama ketika diuji berulang kali dengan tes yang sama pada kesempatan yang
berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen (equivalent items) yang
berbeda, atau dibawah kondisi pengujian yang berbeda.
10. Gronlund dan Linn (1990)
Pengertian validitas menurut Gronlund
dan Linn adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau
evaluasi.
11. Sukadji (2000)
Pengertian validitas menurut Sukadji
adlaah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.
12. Walizer (1987)
Pengertian validitas menurut Walizer
(1987) adalah tingkaat kesesuaian antara suatu batasan konseptual yang
diberikan dengan bantuan operasional yang telah dikembangkan.
13. Aritonang (2997)
Menurut Aritonang R. (2007) validitas
suatu instrumen berkaitan dengan kemampuan instrument itu untuk mengukur atu
mengungkap karakteristik dari variabel yang dimaksudkan untuk diukur. Instrumen
yang dimaksudkan untuk mengukur sikap konsumen terhadap suatu iklan, misalnya,
harus dapat menghasilkan skor sikap yang memang menunjukkan sikap konsumen
terhadap iklan tersebut. Jadi, jangan sampai hasil yang diperoleh adalah skor
yang menunjukkan minat konsumen terhadap iklan itu.
14. Suharsimi Arikunto
Menurut Suharsimi Arikunto, validitas
adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu
mengukur apa yang akan diukur.
15. Menurut Soetarlinah Sukadji,
validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas suatu tes tidak begitu saja melekat pada tes itu sendiri,
tapi tergantung penggunaan dan subyeknya.
16. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Pengertian validitas menurut KBBI adalah
sifat benar menurut bahan bukti yang ada, logika berpikir atau kekuatan hukum;
sifat valid; kesahihan
Suatu skala atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah
akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa
ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur
tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes
yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil
pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki
validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi
menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat
ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi
validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).
Sisi lain dari pengertian validitas
adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya
mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran
yang cermat mengenai data tersebut.
Cermat berarti bahwa pengukuran itu
dapat memberikan gambran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya mengenai
perbedaan yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran
aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita
harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannya valid,
yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan
tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan
berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur
berat badan.
Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan
untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil
ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang
valid akan memiliki tingkat kesalahan yang kecil sehingga angka yang
dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang
mendekati keadaan yang sebenarnya (Azwar 1986).
Pengertian validitas juga sangat erat
berkaitan dengan tujuan pengukuran. Oleh karena itu, tidak ada validitas yang
berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur biasanya hanya
merupakan ukuran yang valid untuk satu tujuan yang spesifik. Dengan demikian,
anggapan valid seperti dinyatakan dalam “alat ukur ini valid” adalah kurang
lengkap. Pernyataan valid tersebut harus diikuti oleh keterangan yang menunjuk
kepada tujuan (yaitu valid untuk mengukur apa), serta valid bagi kelompok
subjek yang mana? (Azwar 1986)
Validitas suatu instrumen banyak dijelaskan
dalam konteks penelitian sosial yang variabelnya tidak dapat diamati secara
langsung, seperti sikap, minat, persepsi, motivasi, dan lain sebagainya. Untuk
mengukur variabel yang demikian sulit, untuk mengembangkan instrumen yang
memiliki validitas yang tinggi karena karakteristik yang akan diukur dari
variabel yang demikian tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi hanya
melalui indikator (petunjuk tak langsung) tertentu. (Aritonang R. 2007)
B.
Jenis-jenis Validitas
Ebel (dalam Nazirz 1988) membagi
validitas menjadi :
1. Concurrent Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.
2. Construct Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu
pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat
menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
3. Face Validity adalah validitas yang
berhuubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang
seharusnya hendak diukur.
4. Factorial Validity dari sebuah alat
ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang bersamaan dalam
suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, di mana validitas ini
diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
5. Empirical Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria
tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan
oleh pengukuran.
6. Intrinsic Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti
kuantitatif dan objektif untuk mendukung bhwa suatu alat ukur benar-benar
mengukur apa yang seharusny diukur.
7. Predictive Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerj
seorang di msa mendatang.
8. Content Validity adalah validitas
yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.
9. Curricular Validity adalah validitas
yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa
jauh pungukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur
aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi
validitas menjadi tiga yaitu:
1. Content validity (Validitas isi)
adalah validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur
dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validitas ini
adalah “sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur mencakup keseluruhan
kawasan isi objek yang hendak diukur oleh alat ukur yang bersangkutan?” atau
berhubungan dengan representasi dari keseluruhan kawasan.
Validitas isi suatu instrumen berkaitan
dengan kesesuaian antara karakteristik dari variaabel yang dirumuskan pada
definisi konseptual dan operasionalnya. Apabila semua karakteristik variabel
yang dirumuskan pada definisi konseptualnya dapat diungkap melalui butir-butir
suatu instrument, maka instrument itu dinyatakan memiliki validitas isi yang
baik. Sayangnya, hal itu mungkin tidak akan pernah tercapai karena sulitnya
untuk mendefinisikan keseluruhan karakteristik itu. Selain itu, dari seluruh
karakteristik yang dirumuskan pada definisi konseptual suatu variabel
seringkali sulit untuk mengembangkan butir-butir yang valid untuk mengungkap
atau mengukurnya.
Validitas isi dapat dianalisis dengan
cara memperhatikan penampakan luar dari instrument dan dengan menganalisis
kesesuaian butir-butirnya dengan karakteristik yang dirumuskan pada definisi
konseptual variabel yang diukur. Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan
penampilan luar instrument itu disebut validitas tampang (face validity).
Validitas tampang dievaluasi dengan membaca dan menyelidiki butir-butir
instrument serta sekaligus membandingkannya dengan definisi konseptual mengenai
variabel yang akan diukur. Validitas yang dianalisis dengan memperhatikan
kerepresentativan butir-butir instrument disebut validitas penyampelan
(sampling validity) atau kuikulum (curriculum validity). Validitas tampang
maupun penyampelan disebut juga sebagai validitas teoritis karena
penganalisisannya lazim dilakukan tanpa didasarkan pada data empiris. Alat yang
digunakan untuk menganalisis validitas itu adalah logika dari orang yang
menganalisisnya.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau lewat professional judgement. Pertanyaan yang dicari
jawabannya dalam validitas ini adalah ”sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan ini (dengan catatan tidak keluar dari batasan tujuan ukur)
objek yang hendak diukur” atau ”sejauh mana isi tes mencerminkan ciri atribut
yang hendak diukur”.
Selanjutnya, validitas isi terbagi lagi
menjadi dua tipe (Saifuddin Azwar), yaitu:
1. Face Validity (Validitas Muka) adalah
tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada
penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak
sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan maka validitas muka
telah terpenuhi.
2. Logical Validity (Validitas Logis)
disebut juga sebagai Validitas Sampling (Sampling Validity) adalah validitas
yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek
yang hendak diukur.
Validitas logis sangat penting
peranannya dalam penyusunan prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan
memanfaatkan blue-print atu table spesifikasi.
2. Construct validity (Validitas
konstruk) adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
mengungkap suatu trait atau konstruk teoritis yang hendak diukurnya. (Allen
& Yen, dalam Azwar 1986).
Pengujian validitas konstruk merupakan
prosesyang terus berlanjut sejalan dengan perkembangan konsep mengenai trait
yang diukur.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas
konstruk adalah seberapa besar derajat tes mengukur hipotesis yang dikehendaki
untuk diukur. Konstruk adalah perangai yang tidak dapat diamati, yang
menjelaskan perilaku. Menguji validitas konstruk mencakup uji hipotesis yang
dideduksi dari suatu teori yang mengajukan konstruk tersebut.
3. Criterion-related validity (Validitas
berdasar kriteria). Validitas ini menghendaki tersedianya criteria eksternal
yang dapat dijadikan dasar pengujian skor alat ukur. Suatu kriteria adalah
variabel perilaku yang akan diprediksi oleh skor alat ukur.
Dilihat dari segi waktu untuk memperoleh
skor kriterianya, prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam
validitas (Saifuddinn Azwar), yaitu:
1. Validitas Prediktif.
Validitas Prediktif sangat penting
artinya bila alat ukur dimaksudkan untuk berfungsi sebagai predictor bagi
kinerja di masa yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki adanya
prediksi kinerja ini antara lain adalah dalam bimbingan karir; seleksi
mahasiswa baru, penempatan karyawan, dan semacamnya.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas
prediktif adalah seberapa besar derajat tes berhasil memprediksi kesuksesan
seseorang pada situasi yang akan datang. Validitas prediktif ditentukan dengan
mengungkapkan hubungan antara skor tes dengan hasil tes atau ukuran lain
kesuksesan dalam satu situasi sasaran.
2. Validitas Konkuren.
Apabila skor alat ukur dan skor
kriterianya dapat diperoleh dalam waktu yang sama, maka korelasi antara kedua
skor termaksud merupakan koefisien validitas konkuren.
Menurut Saifuddin Azwar, validitas ini
menunjukkan seberapa besar derajat skor tes berkorelasi dengan skor yang
diperoleh dari tes lain yang sudah mantap, bila disajikan pada saat yang sama,
atau dibandingkan dengan criteria lain yang valid yang diperoleh pada saat yang
sama.
Asosiasi Psikologi Amerika (APA) (1974;
dalam Anastasia, 1982) membedakan tiga tipe validitas, yaitu validitas isi,
yang dikaitkan dengan criteria, dan konstruk. Ketiga tipe validitas tersebut
dapat diuji dengan dan atau tanpa menggunakan instrument yang telah teruji
validitas maupun reabilitasnya.
C.
Prinsip Validitas
Ada beberapa prinsip ketika melakukan
uji validitas, yaitu antara lain:
1. Interpretasi yang diberikan pada
asesmen hanya valid terhadap derajat yang diarahkan ke suatu bukti yang
mendukung kecocokan dan kebenarannya.
2. Penggunaan yang bisa dibuat dari
hasil asesment hanya valid terhadap dejarat yang arahnya ke suatu bukti yang
mendorong kecocokan dan kebenarannya.
3. Interpretasi dan kegunaan dari hasil
asesment hanga valid ketika nilai (values) yang didapatkan sesuai
4. Interpretasi dan kegunaan dari hasil
asesment hanya valid ketika konsekuensi (consequences) dari interpretasi dan
kegunaan ini konsisten dengan nilai kecocokan.
No comments:
Write komentar