Di Indonesia, puasa dilakukan dengan durasi yang relatif seimbang dibanding total waktu sehari. Muslim di negara kita umumnya hanya menghabiskan waktu berpuasa selama kurang dari 13 jam.
Namun, di beberapa negara, waktu puasa
mereka sangat ekstrem hingga lebih 20 jam sehari. Sebab, jarak antara waktu
subuh dan magrib terpaut jauh.
Jumlah waktu siang hari memang
bervariasi dari satu negara ke negara lain. Waktu siang di sebuah wilayah
berkaitan erat dengan posisi titik balik matahari, yakni pergantian posisi
matahari dalam setahun dari utara ke selatan Bumi dan sebaliknya.
Bagi umat Islam yang tinggal di belahan
selatan Bumi, misalnya, jumlah waktu puasa mereka paling sedikit tahun ini
karena matahari lebih condong berada di bagian utara Bumi. Menurut catatan
Aljazeera, kota Ushuaia di bagian paling selatan Argentina cuma akan berpuasa 10-11
jam sehari pada tahun ini karena kondisi tersebut.
Sebaliknya, bagi negara-negara yang ada
di bagian paling utara Bumi, waktu puasa mereka tahun ini sangat lama. Kota
Longyearbyen di Norwegia contohnya, Muslim di sana puasa 21 jam lebih kalau
mengikuti aturan dari subuh hingga magrib. Menurut catatan Muslim Pro, waktu
subuh di Longyearbyen pada Rabu (14/4) adalah pukul 01.41 pagi, sedangkan
magrib-nya pada 23.09.
Longyearbyen hanya salah satu kota
dengan waktu puasa terlama. Beberapa kota di negara belahan utara Bumi lain
juga memiliki rentang waktu subuh dan magrib yang ekstrem. Berikut daftarnya
seperti yang dirangkum dari Aljazeera:
- Nuuk, Greenland: 19-20 jam
- Reykjavik, Islandia: 19-20 jam
- Helsinki, Finlandia: 18-19 jam
- Stockholm, Swedia: 17-18 jam
- Glasgow, Skotlandia, Inggris: 17-18
jam
- Oslo, Norwegia: 17-18 jam
- Kopenhagen, Denmark: 17-18 jam
- Moskow, Rusia: 17-18 jam
- Berlin, Jerman: 16-17 jam
- Amsterdam, Belanda: 16-17 jam
- Warsawa, Polandia: 16-17 jam
- London, Inggris: 16-17 jam
- Paris, Prancis: 16-17 jam
- Nur-Sultan, Kazakhstan: 16-17 jam
- Brussel, Belgia: 16-17 jam
- Zurich, Swiss: 16-17 jam
- Bukares, Rumania: 15-16 jam
- Ottawa, Kanada: 15-16 jam
- Sofia, Bulgaria: 15-16 jam
- Roma, Italia: 15-16 jam
- Madrid, Spanyol: 15-16 jam
- Lisbon, Portugal: 15-16 jam
- Athena, Yunani: 15-16 jam
- Beijing, Cina: 15-16 jam
- Washington, DC, AS: 15-16 jam
- Pyongyang, Korea Utara: 15-16 jam
- Ankara, Turki: 15-16 jam
Meski negara-negara di atas punya durasi
siang hari yang ekstrem, Muslim di sana enggak perlu menjalankan waktu puasa
sesuai jadwal subuh dan magrib setempat. Pemuka agama Islam di negara-negara
tersebut umumnya akan mengeluarkan fatwa untuk mengikuti pengaturan waktu di
Mekah, Arab Saudi, atau negara Muslim terdekat.
“Kita pakai akal sehat,” kata Mahmoud
Said, warga Muslim Finlandia yang pindah dari Kenya, dikutip NDTV. “(Mengikuti
jam negara Muslim terdekat) memerlukan 14 sampai 15 jam waktu puasa dan itu
masih bisa, itu tidak buruk.”
Dalam beberapa kasus, waktu siang hari
memang dapat sangat lama jika wilayah terkait berada dalam puncak titik balik
matahari. Menurut laporan Aljazeera, matahari bisa terbit di kota Longyearbyen
pada 20 Agustus dan baru terbenam pada 22 Agustus. Jika Muslim di sana enggak
menyesuaikan waktu puasa mereka di bulan itu, tentunya bakal gempor.
Sebagai catatan, waktu puasa ekstrem di
negara belahan utara Bumi tidak berlangsung selamanya. Karena puasa datang
lebih cepat 10-12 hari setiap tahun, negara di bagian selatan Bumi juga akan
mengalami nasib yang sama ketika matahari condong kepada mereka.
ReplyDeletemari gabung bersama kami di Aj0QQ*com x-)
BONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup. ;-)