Showing posts with label Kerajaan Islam. Show all posts
Showing posts with label Kerajaan Islam. Show all posts

Friday, 26 March 2021

MASUKNYA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


A. Masuknya Islam di Indonesia


Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah dan suka bergaul dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara untuk menjalin hubungan dagang. Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para pedagang dari berbagai negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ketujuh, Selat Malaka telah dilalui oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju negara-negara di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah Indonesia. Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia beriringan dengan proses perdagangan yang terjadi antara bangsa Indonesia dengan bangsa asing. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa secara geografis, Indonesia merupakan sebuah wilayah kepulauan yang terbuka bagi terjadinya interaksi perdagangan. Salah satu dampak dari interaksi tersebut adalah masuknya Islam ke Indonesia.
Saat berada di sini, para pedagang itu mulai menjalin hubungan baik dengan penduduk asli yang pada saat itu sebagian besarnya memiliki kepercayaan Hindu. Pedagang-pedagang tersebut berbagi ilmu tentang Islam. Masyarakat asli pun merasa tertarik dengan Islam. Sebagian besar dari penduduk lokal mengubah keyakinan, lalu memeluk agama islam. Setelah itu, perwakilan antara pedagang dari negara Arab, dan penduduk lokal juga ikut berkontribusi dalam menyebarkan pengaruh Islam di Nusantara.
Terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia, ada beberapa teori dan pendapat yang menyatakan kapan sebetulnya pengaruh kebudayaan dan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Pendapat-pendapat tersebut bukan hanya didasarkan pada bukti-bukti yang telah ditemukan, melainkan juga dikuatkan oleh adanya catatan-catatan sejarah yang dibuat oleh bangsa lain di masa lampau.

Berdasarkan bukti dan temuan sejarah, Islam masuk ke Indonesia dengan beberapa penjelasan waktu yang berbeda, yaitu:
1. Masuknya Islam sejak Abad ke-7 Masehi
Sebagian ahli sejarah menyebut jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah dimulai sejak abad ke 7 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada berita yang diperoleh dari para pedagang Arab. Dari berita tersebut, diketahui bahwa para pedagang Arab ternyata telah menjalin hubungan dagang dengan Indonesia pada masa perkembangan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7.
Dalam pendapat itu disebutkan bahwa wilayah Indonesia yang pertama kali menerima pengaruh Islam adalah daerah pantai Sumatera Utara atau wilayah Samudra Pasai. Wilayah Samudra Pasai merupakan pintu gerbang menuju wilayah Indonesia lainnya. Dari Samudra Pasai, melalu jalur perdagangan agama Islam menyebar ke Malaka dan selanjutnya ke Pulau Jawa.
Pada abad ke 7 Masehi itu pula agama Islam diyakini sudah masuk ke wilayah Pantai Utara Pulau Jawa. Masuknya agama Islam ke Pulau Jawa pada abad ke 7 Masehi didasarkan pada berita dari China masa pemerintahan Dinasti Tang. Berita itu menyatakan tentang adanya orang-orang Ta’shih (Arab dan Persia) yang mengurungkan niatnya untuk menyerang Kalingga di bawah pemerintahan Ratu Sima pada tahun 674 Masehi.
2. Masuknya Islam sejak Abad ke-11 Masehi
Sebagian ahli sejarah lainnya berpendapat bahwa sejarah masuknya Islam ke Indonesia dimulai sejak abad ke 11 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada bukti adanya sebuah batu nisan Fatimah binti Maimun yang berada di dekat Gresik Jawa Timur. Batu nisan ini berangka tahun 1082 Masehi.
3. Masuknya Islam sejak Abad ke-13 Masehi
Di samping kedua pendapat di atas, beberapa ahli lain justru meyakini jika sejarah masuknya Islam ke Indonesia baru dimulai pada abad ke 13 Masehi. Pendapat ini didasarkan pada beberapa bukti yang lebih kuat, di antaranya dikaitkan dengan masa runtuhnya Dinasti Abassiah di Baghdad (1258), berita dari Marocopolo (1292), batu nisan kubur Sultan Malik as Saleh di Samudra Pasai (1297), dan berita dari Ibnu Battuta (1345). Pendapat tersebut juga diperkuat dengan masa penyebaran ajaran tasawuf di Indonesia.

Sedangkan menurut teori pembawanya, masuknya Islam ke Indonesia dibagi dalam:
1. Teori Gujarat
Menurut teori Gujarat, agama Islam datang ke Nusantara ketika abad ke tiga belas. Islam dikatakan datang dari para pedagang daerah Gujarat India. Teori ini dipertegas oleh adanya fakta bahwa ketika pada itu Nusantara menjalin ikatan perdangan yang baik dengan orang-orang Gujarat.
Kerajaan Sriwijaya juga saat pada itu menjadi jantung perdagangan dunia melewati jalur Nusantara – Gujarat – Timur tengah – Eropa. Selain itu juga adanya batu nisan sultan Samudra Pasai, Malik al Saleh yang memiliki ciri orang dari wilayah Gujarat.
2. Teori Mekkah
Teori Mekkah merupakan teori datangnya agama Islam yang baru-baru ada. Pendapat ini merupakan sanggahan dari teori Gujarat. Pada pendapat ini disebutkan Islam masuk ke Nusantara saat itu abad ke-7 (6 abad lebih awal jika dibandingkan dengan teori Gujarat).
Orang yang membawa Islam ke Nusantara adalah orang-orang dari Arab Saudi. Peristiwa ini dibuktikan oleh adanya perkampungan yang telah didiami oleh orang Islam di daerah pesisir barat Sumatera ketika itu abad itu. Lalu, madzhab yang populer kala itu khususnya di Samudera Passai adalah madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir. Dan yang ketiga, adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.
3. Teori Persia
Teori Persia mempunyai anggapan yang sama tentang waktu hadirnya agama Islam ke Nusantara, pada saat abad ke-13. Namun, perbedaannya, teori Persia beranggapan Islam datang dari Persia. Hal itu disebabkan oleh adanya persamaan-persamaan budaya agama Islam di Nusantara dengan di Persia. Dengan masuknya Islam ke Nusantara yang sekarang namanya adalah Indonesia, membuat kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia berkembang. Kerajaan Islam yang ada di Indonesia pun sempat memiliki wilayah kekuasaan yang luas, hingga ke negara tetangga.

B. Cara Penyebaran Islam di Indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai sehingga tidak menimbulkan ketegangan sosial. Cara penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia melalui berbagai saluran berikut ini.
1. Melalui perdagangan
Saluran yang digunakan dalam proses islamisasi di Indonesia pada awalnya melalui perdagangan. Hal itu sesuai dengan perkembangan lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia yang ramai mulai abad ke-7 sampai dengan abad ke- 16, antara Eropa, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, dan Cina. Proses islamisasi melalui saluran perdagangan ini dipercepat oleh situasi politik beberapa kerajaan Hindu pada saat itu, yaitu adipati-adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah pusat di Majapahit. Pedagang-pedagang muslim itu banyak menetap di kota-kota pelabuhan dan membentuk perkampungan muslim.
2. Melalui Perkawinan
Kedudukan ekonomi dan sosial para pedagang yang sudah menetap makin baik. Para pedagang itu menjadi kaya dan terhormat, tetapi keluarganya tidak dibawa serta. Para pedagang itu kemudian menikahi gadis-gadis setempat dengan syarat mereka harus masuk Islam. Cara itu pun tidak mengalami kesulitan. Saluran islamisasi lewat perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila para saudagar atau ulama Islam berhasil menikah dengan anak raja atau adipati. Kalau raja atau adipati sudah masuk Islam, rakyatnya pun akan mudah diajak masuk Islam.
3. Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang telah bercampur dengan mistik dan hal-hal magis. Oleh karena itu, para ahli tasawuf biasanya mahir dalam soalsoal magis dan mempunyai kekuatan menyembuhkan. Kedatangan ahli tasawuf ke Indonesia diperkirakan sejak abad ke-13, yaitu masa perkembangan dan penyebaran ahli-ahli tasawuf dari Persia dan India yang sudah beragama Islam. Bersamaan dengan perkembangan tasawuf, para ulama dalam mengajarkan agama Islam di Indonesia menyesuaikan dengan pola pikir masyarakat yang masih berorientasi pada agama Hindu dan Buddha sehingga mudah dimengerti. Itulah sebabnya, orang Jawa begitu mudah menerima agama Islam.
4. Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan dalam pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya di pesantren, murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung halamannya untuk menyebarkan Islam secara luas.
5. Melalui seni budaya
Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik tradisional (gamelan) dipakai untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada
6. Melalui dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui metode dakwah.

C. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Ketika Islam masuk melalui jalur perdagangan, pusat-pusat perdagangan dan pelayaran di sepanjang pantai dikuasai oleh raja-raja daerah, para bangsawan, dan penguasa lainnya, misalnya raja atau adipati Aceh, Johor, Jambi, Surabaya, dan Gresik. Mereka berkuasa mengatur lalu lintas perdagangan dan menentukan harga barang yang diperdagangkan. Mereka itu yang mula-mula melakukan hubungan dagang dengan para pedagang muslim. Lebih-lebih setelah suasana politik di pusat Kerajaan Majapahit mengalami kekacauan, raja-raja daerah dan para adipati di pesisir ingin melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Oleh karena itu, hubungan dan kerja sama dengan pedagang-pedagang muslim makin erat. Dalam suasana demikian, banyak raja daerah dan adipati pesisir yang masuk Islam. Hal itu ditambah dengan dukungan dari pedagang-pedagang Islam sehingga mampu melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Pada perkembangannya, kerajaan-kerajaan bercorak Islam pun muncul dan berkembang.

Berikut ini adalah Kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang ada di Indonesia, yaitu antara lain:
1.         Kerajaan Samudera Pasai
2.         Kerajaan Aceh
3.         Kerajaan Demak
4.         Kerajaan Banten
5.         Kerajaan Mataram Islam
6.         Kerajaan Gowa
7.         Kerajaan Ternate dan Tidore

Wednesday, 15 May 2019

Kerajaan Samudra Pasai

A. Sejarah Singkat Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Silu atau Merah Selu yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.


B. Raja-Raja Kerajaan Samudra Pasai
No      Periode                    Nama Sultan atau Gelar
1         1267 – 1297          Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu)
2         1297 – 1326          Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I
3         1326 – 133?          Sultan Ahmad I
4         133? – 1349          Sultan Al-Malik azh-Zhahir II
5         1349 – 1406          Sultan Zainal Abidin I
6         1406 – 1428          Ratu Nahrasyiyah
7         1428 – 1438          Sultan Zainal Abidin II
8         1438 – 1462          Sultan Shalahuddin
9         1462 – 1464          Sultan Ahmad II
10       1464 – 1466          Sultan Abu Zaid Ahmad III
11       1466 – 1466          Sultan Ahmad IV
12       1466 – 1468          Sultan Mahmud
13       1468 – 1474          Sultan Zainal Abidin III
14       1474 – 1495          Sultan Muhammad Syah II
15       1495 – 1495          Sultan Al-Kamil
16       1495 – 1506          Sultan Adlullah
17       1506 – 1507          Sultan Muhammad Syah III
18       1507 – 1509          Sultan Abdullah
19       1509 – 1514          Sultan Ahmad V
20       1514 – 1517          Sultan Zainal Abidin IV

C. Kehidupan Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman, meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). Ia sering mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya, tidak banyak yang dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang utusan dari Delhi yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana. Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai memiliki armada dagang yang sangat kuat. Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat kuat imannya sehingga berusaha menjadikan Samudra Pasai sebagai pusat agama Islam yang bermazhab Syafi'i.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.
Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
1. Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
2. Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
3. Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
4. Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
5. Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
6. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

D. Kehidupan Eknomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran. Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia saat itu. Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Pasai – Arab – India – Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus masalah perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.

E. Kehidupan Sosial-Budaya
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

F. Kehidupan Keagamaan
Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.
Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang raja. Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-masyarakat setempat.

G. Kehidupan Politik
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan politik yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah lainnya.
Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama dengan perkembangan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan kerajaan ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran ditengarai oleh beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.
H. Masa Kemunduran Samudra Pasai
Masa kemunduran Samudra Pasai disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kemunduran adalah adanya perselisihan di antara keluarga kerajaan.
Perebutan tahta pemerintahan banyak terjadi  sehingga menyebabkan terjadinya perang saudara dan pemberontak di wilayah kerajaan.
Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada tahun 1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.
Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal menyerang wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra Pasai melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.
Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.

I. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai memiliki berbagai peninggalan sejarah yang sangat berharga. Peninggalan-peninggalan tersebut berupa benda-benda berharga dan makam para raja. Berikut bukti-bukti peninggalan yang diperoleh :
1. Koin Emas
Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri khas unik koin emas dengan tulisan Arab.
2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.
Bagian-bagian lonceng tersebut diukir  dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China dengan desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda lihat di wilayah Lhokseumawe.
3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin yang selanjutnya dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal. Naskah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada tahun 1511 M ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis.

4. Makam Raja-raja Pasai
Makam Raja-raja Pasai merupakan peninggalan sejarah berharga yang sangat melekat mengenai eksistensi Samudra Pasai. Terdapat banyak makam para Raja Pasai yang memerintah dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah makam Sultan Malik As-Saleh yang terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra dengan batu nisan yang ditulis dengan huruf Arab dan Makam Sultan Maulana Al Zhahir yang terletak di sebelahnya.
5. Stempel Kerajaan Samudra Pasai
6. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
7. Makam Perdana Menteri
Samudra Pasai juga meninggalkan beberapa makam perdana menteri. Salah satu makam perdana menteri yang terkenal adalah  makam Tengku Yacob.
Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-Taubah 21-22.
Itulah seputar sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Banyak penjelajah terkenal yang berkunjung ke wilayah Samudra Pasai sehingga banyak catatan sejarah yang berhasil ditorehkan.
Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi generasi-generasi masa depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan Pasai di masa lampau.
Catatan sejarah yang sangat melekat adalah mengenai masa kejayaan dan masa keruntuhan Samudra Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudra Pasai kuat dalam berbagai bidang sehingga memiliki pengaruh besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain.
Sementara pada masa kemundurannya, disebabkan oleh faktor perang saudara dan invasi Portugal ke wilayah Samudra Pasai.
Catatan sejarah lain yang penting adalah peninggalan sejarahnya. Terdapat beberapa peninggalan sejarah penting seperti barang berharga serta makam para raja dan menteri. Peninggalan sejarah merupakan bukti kuat untuk menunjukkan kehidupan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau.