Wednesday, 15 May 2019

Kerajaan Samudra Pasai

A. Sejarah Singkat Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu Samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Silu atau Merah Selu yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.


B. Raja-Raja Kerajaan Samudra Pasai
No      Periode                    Nama Sultan atau Gelar
1         1267 – 1297          Sultan Malik as-Saleh (Meurah Silu)
2         1297 – 1326          Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I
3         1326 – 133?          Sultan Ahmad I
4         133? – 1349          Sultan Al-Malik azh-Zhahir II
5         1349 – 1406          Sultan Zainal Abidin I
6         1406 – 1428          Ratu Nahrasyiyah
7         1428 – 1438          Sultan Zainal Abidin II
8         1438 – 1462          Sultan Shalahuddin
9         1462 – 1464          Sultan Ahmad II
10       1464 – 1466          Sultan Abu Zaid Ahmad III
11       1466 – 1466          Sultan Ahmad IV
12       1466 – 1468          Sultan Mahmud
13       1468 – 1474          Sultan Zainal Abidin III
14       1474 – 1495          Sultan Muhammad Syah II
15       1495 – 1495          Sultan Al-Kamil
16       1495 – 1506          Sultan Adlullah
17       1506 – 1507          Sultan Muhammad Syah III
18       1507 – 1509          Sultan Abdullah
19       1509 – 1514          Sultan Ahmad V
20       1514 – 1517          Sultan Zainal Abidin IV

C. Kehidupan Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman, meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai. Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja Perlak.
Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam. Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir. Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe.
Sepeninggal Sultan Malik al-Saleh, Samudra Pasai diperintah oleh Malik al-Zahir I (1297 – 1302). Ia sering mendapat sebutan Sultan Muhammad. Pada masa pemerintahannya, tidak banyak yang dilakukan. Kemudian takhta digantikan oleh Ahmad yang bergelar Al Malik az-Zahir II. Pada masanya, Samudra Pasai dikunjungi oleh Ibnu Batutah, seorang utusan dari Delhi yang sedang mengadakan perjalanan ke Cina dan singgah di sana. Menurut Ibnu Batutah, Samudra Pasai memiliki armada dagang yang sangat kuat. Baginda raja yang bermazhab Syafi'i sangat kuat imannya sehingga berusaha menjadikan Samudra Pasai sebagai pusat agama Islam yang bermazhab Syafi'i.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis memasuki perairan Selat Malaka dan berhasil menguasai Samudera Pasai pada 1521 hingga tahun 1541. Selanjutnya wilayah Samudera Pasai menjadi kekuasaan Kerajaan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. Waktu itu yang menjadi raja di Aceh adalah Sultan Ali Mughayat.
Berikut ini adalah urutan para raja yang memerintah di Samudera Pasai, yakni:
1. Sultan Malik as Saleh (Malikul Saleh).
2. Sultan Malikul Zahir, meninggal tahun 1326.
3. Sultan Muhammad, wafat tahun 1354.
4. Sultan Ahmad Malikul Zahir atau Al Malik Jamaluddin, meninggal tahun 1383.
5. Sultan Zainal Abidin, meninggal tahun 1405.
6. Sultanah Bahiah (puteri Zainal Abidin), sultan ini meninggal pada tahun 1428.

D. Kehidupan Eknomi
Kehidupan Eknomi masyakarat Kerajaan Samudera Pasai berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran. Hal itu disebabkan karena letak Kerajaan Samudera Pasai yang dekat dengan Selat Malaka yang menjadi jalur pelayaran dunia saat itu. Samudra Pasai memanfaatkan Selat Malaka yang menghubungkan Samudra Pasai – Arab – India – Cina. Samudra Pasai juga menyiapkan bandar-bandar dagang yang digunakan untuk menambah perbekalan untuk berlayar selanjutnya, mengurus masalah perkapalan, mengumpulkan barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri, dan menyimpan barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia.

E. Kehidupan Sosial-Budaya
Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat, Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga bertambah maju.
Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

F. Kehidupan Keagamaan
Sultan Samudra Pasai sangat taat dalam menjalankan syariat Islam, bermazhab Syafi’i dan sangat dekat dengan ahli-ahli teologi Islam dari berbagai bidang.
Karena Rajanya mengamalkan ajaran Islam dengan baik, maka rakyat-rakyatnya yang non-muslim banyak yang berbondong-bondong masuk Islam karena kesetiaannya kepada sang raja. Dalam masanya, kajian Islam berkembang pesat dan banyak diikuti oleh masyarakat-masyarakat setempat.

G. Kehidupan Politik
Wilayah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai sangat luas dan memiliki pengaruh besar bagi kerajaan lain di sekitarnya. Pernah diberitakan bahwa Samudra Pasai memiliki hubungan politik yang baik dengan negeri-negeri lain seperti Cina, Arab, Iran, dan negeri timur tengah lainnya.
Hubungan tersebut menciptakan kerjasama dalam bidang teologi, tafsir, militer, sains, dan bidang-bidang lainnya. Kerajaan Samudra Pasai mengalami masa kejayaan yang cukup lama dengan perkembangan yang luar biasa.
Namun pada akhirnya Samudra Pasai mengalami masa kemunduran yang menyebabkan kerajaan ini berakhir dan melebur dengan Kerajaan Aceh. Masa-masa kemunduran ditengarai oleh beberapa peristiwa yang terjadi di masa pemerintahan.
H. Masa Kemunduran Samudra Pasai
Masa kemunduran Samudra Pasai disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal kemunduran adalah adanya perselisihan di antara keluarga kerajaan.
Perebutan tahta pemerintahan banyak terjadi  sehingga menyebabkan terjadinya perang saudara dan pemberontak di wilayah kerajaan.
Raja Pasai ketika itu tidak mampu berkutik dan bahkan meminta Raja Malaka untuk membantunya. Namun Raja Malaka juga sedang mengalami masa kritis dimana wilayahnya diserang oleh Portugal, hingga akhirnya wilayah Malaka jatuh ke tangan Portugal pada tahun 1511 M. Pada saat itu kekuatan Pasai semakin melemah.
Hingga akhirnya 10 tahun kemudian, yang tepatnya pada tahun 1521 M, Portugal menyerang wilayah Pasai dan pada akhirnya Kerajaan Samudra Pasai runtuh.
Namun sisa-sisa kerajaan masih tetap ada hingga tahun 1524 M dimana Kerajaan Samudra Pasai melebur menjadi bagian wilayah dari Kerajaan Aceh.
Rentetan sejarah yang dimiliki Kerajaan Samudra Pasai menghasilkan beberapa peninggalan sejarah yang berharga. Peninggalan-peninggalan inilah yang ditelusuri oleh para arkeolog sehingga dapat ditemukan kebenaran mengenai peristiwa yang terjadi di zaman dulu.

I. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai memiliki berbagai peninggalan sejarah yang sangat berharga. Peninggalan-peninggalan tersebut berupa benda-benda berharga dan makam para raja. Berikut bukti-bukti peninggalan yang diperoleh :
1. Koin Emas
Koin emas (atau disebut dengan Dirham) sebagai peninggalan sejarah merupakan alat pembayaran yang sah digunakan dalam wilayah Kerajaan Samudra Pasai. Pembuatan koin dirham ini memakai bahan dari campuran emas, perak, dan tembaga dan menghasilkan ciri khas unik koin emas dengan tulisan Arab.
2. Cakra Donya
Cakra Donya ialah sebuah lonceng besar yang terbuat dari besi dan berbentuk stupa yang dihadiahkan oleh kaisar China kepada Sultan Samudra Pasai.
Bagian-bagian lonceng tersebut diukir  dengan ukiran bertuliskan huruf Arab dan China dengan desain yang indah. Sampai saat ini, Cakra Donya masih tetap utuh dan dapat anda lihat di wilayah Lhokseumawe.
3. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Terdapat peninggalan naskah surat yang ditulis oleh Sultan Zainal Abidin yang selanjutnya dikirimkan kepada Kapten Moran sebelum dirinya meninggal. Naskah tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Isi naskah tersebut adalah tentang kondisi Samudra Pasai pada tahun 1511 M ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis.

4. Makam Raja-raja Pasai
Makam Raja-raja Pasai merupakan peninggalan sejarah berharga yang sangat melekat mengenai eksistensi Samudra Pasai. Terdapat banyak makam para Raja Pasai yang memerintah dari waktu ke waktu. Salah satunya adalah makam Sultan Malik As-Saleh yang terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudra dengan batu nisan yang ditulis dengan huruf Arab dan Makam Sultan Maulana Al Zhahir yang terletak di sebelahnya.
5. Stempel Kerajaan Samudra Pasai
6. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
7. Makam Perdana Menteri
Samudra Pasai juga meninggalkan beberapa makam perdana menteri. Salah satu makam perdana menteri yang terkenal adalah  makam Tengku Yacob.
Beliau wafat pada Muharram 630 H atau bertepatan dengan Agustus 1252 M. Batu nisannya ditulis dengan tulisan indah yang mencakup ayat Qursi, Surat Al-Imron :18, dan Surat At-Taubah 21-22.
Itulah seputar sejarah yang ditinggalkan oleh Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Banyak penjelajah terkenal yang berkunjung ke wilayah Samudra Pasai sehingga banyak catatan sejarah yang berhasil ditorehkan.
Catatan sejarah tersebut menjadi suatu bahan yang dapat dipelajari bagi generasi-generasi masa depan yang ingin tahu bagaimana keadaan Kerajaan Pasai di masa lampau.
Catatan sejarah yang sangat melekat adalah mengenai masa kejayaan dan masa keruntuhan Samudra Pasai. Pada masa kejayaannya, Samudra Pasai kuat dalam berbagai bidang sehingga memiliki pengaruh besar dan disegani kerajaan-kerajaan lain.
Sementara pada masa kemundurannya, disebabkan oleh faktor perang saudara dan invasi Portugal ke wilayah Samudra Pasai.
Catatan sejarah lain yang penting adalah peninggalan sejarahnya. Terdapat beberapa peninggalan sejarah penting seperti barang berharga serta makam para raja dan menteri. Peninggalan sejarah merupakan bukti kuat untuk menunjukkan kehidupan Kerajaan Samudra Pasai di masa lampau.

No comments:
Write komentar