Saturday 12 May 2018

Mengenal Matematika | Pengertian Matematika


Apa yang ada dalam benak kamu jika kamu mendengar kata matematika? Sudah pasti yang muncul adalah kata sulit, ribet, pusing, dan bahkan stres.  Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat mengerikan bagi sebagian orang yang pernah mengecap jenjang pendidikan di bangku sekolah, mulai SD sampai perguruan tinggi bahkan masyarakat alergi dengan matematika, mengapa tidak semenjak awal kita belajar kita telah disuguhkan angka-angka, kode-kode, berbagai macam symbol dan berbagai macam bentuk cara atau metode penyelesaian yang terasa sangat rumit.
Dan apakah kamu menyukai matematika? Pastinya tidak, jika di sekolah diadakan angket untuk menghilangkan salah satu mata pelajaran yang diajarkan maka tentu matematikalah yang nomor 1 dilengserkan. Suatu kenyataan yang sangat memilukan bagi guru matematika.
“Tak Kenal Maka Tak Sayang, Tak Sayang Maka Tak Cinta” Mungkin ungkapan ini cocok diterapkan dalam masalah ini, jika kita mengenal apa itu matematika maka pikiran yang menghantui kita selama ini akan hilang dan kita tidak akan berpikir negatif lagi mengenai matematika tersebut.
Nah, untuk mengetahui hal tersebut marilah kita simak penjelasan berikut ini.
A. Pengertian Matematika Menurut Para Ahli
1. Plato (427–347 SM) Plato berpendapat, bahwa matematika itu adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori bilangan) dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif karena secara tidak langsung memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas dan mental abstrak pada objek-objek yang ada secara lahiriah, yang tentunya mempunyai representasi yang bermakna.
2. Aristoteles (348–322 SM) Aristoteles ikut berpendapat bahwa Ia memandang matematika merupakan salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi.
3. Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai “ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting”.
4. Andi Hakim Nasution (1982:12) Andi Hakim Nasution memaparkan defenisi Matematika lebih pada sisi bahasa dimana beliau berpendapat bahwa, Istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).
5. Bertrand Russell berkata: “Matematika dapat didefinisikan sebagai subyek yang mana kita tidak pernah tau tentang apa yang sedang kita bicarakan, maupun apa yang tidak kita katakan benar”.
6. Sujono (1988:5) Sujono mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
6. Sumardyono (2004:28) Pada akhirnya Sumardyono memberikan penjelasan secara umum definisi matematika yang dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya: Matematika sebagai struktur yang terorganisir. Matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat). Matematika sebagai alat (tool). Matematika juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi pelbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika sebagai pola pikir deduktif. Matematika merupakan pengetahuan yang memiliki pola pikir deduktif, artinya suatu teori atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secara deduktif (umum). Matematika sebagai cara bernalar (the way of thinking). Matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, paling tidak karena beberapa hal, seperti matematika matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
Matematika sebagai bahasa artifisial. Simbol merupakan ciri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, yang baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks. Matematika sebagai seni yang kreatif. Penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.
Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides, Elemen.
Kini, matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, dan ilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.
Para matematikawan juga bergulat di dalam matematika murni, atau matematika untuk perkembangan matematika itu sendiri, tanpa adanya penerapan di dalam pikiran, meskipun penerapan praktis yang menjadi latar munculnya matematika murni ternyata seringkali ditemukan kemudian.

No comments:
Write komentar