Model pembelajaran think pair share adalah
salah satu model (tipe) pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap
siswa untuk menunjukkan partisipasi kepada orang lain. Model pembelajaran
koperatif tipe think pair share (TPS) ini memberi kesempatan sedikitnya delapan
kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa (Lie: 2004).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi
teknik pembelajaran kooperatif model think pair share (TPS) adalah suatu tipe
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat bekerja dengan
sendirinya (secara individu) serta dapat juga siswa bekerja sama dengan yang
lainnya (siswa lainnya).
Adapun definisi pembelajaran kooperatif tipe
think pair share menurut Arends (dalam Komalasari, 2010: 84) yang menyatakan
bahwa, model pembelajaran think pair share adalah suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi
murid lebih banyak waktu untuk berfikir, untuk merespon dan saling membantu.
Pelaksanaan Think Pair Share meliputi tiga
tahap yaitu Think (berpikir), Pairing (berpasangan), dan Sharing (berbagi). TPS
memiliki keistimewaan, yaitu siswa selain bisa mengembangkan kemampuan
individunya sendiri, juga bisa mengembangkan kemampuan berkelompoknya serta
keterampilan atau kecakapan sosial.
Keterampilan sosial dalam proses pembelajaran
tipe TPS antara lain:
1.
Keterampilan sosial siswa dalam berkomunikasi meliputi dua aspek, yaitu:
a. Aspek bertanya
Aspek bertanya meliputi keterampilan sosial
siswa dalam hal bertanya kepada teman dalam satu kelompoknya ketika ada materi
yang kurang dimengerti serta bertanya pada diskusi kelas.
b. Aspek menyampaikan ide atau pendapat
Meliputi keterampilan siswa menyampaikan
pendapat saat diskusi kelompok serta berpendapat (memberikan tanggapan atau
sanggahan) saat kelompok lain presentasi.
2.
Keterampilan sosial aspek bekerjasama
Keterampilan sosial siswa pada aspek yang
bekerjasama meliputi keterampilan sosial siswa dalam hal bekerjasama dengan
teman dalam satu kelompok untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.
3.
Keterampilan sosial aspek menjadi pendengar yang baik
Keterampilan sosial siswa pada aspek menjadi
pendengar yang baik yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan guru, teman dari
kelompok lain saat sedang presentasi maupun saat teman dari kelompok lain
berpendapat.
B. Tahapan
dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
Dibawah ini adalah tahapan-tahapan didalam
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share menurut Ibrahim (2000:40),
yaitu antara lain sebagai berikut :
Tahap 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan pelajaran, kemudian meminta kepada siswa untuk memikirkan pertanyaan tersebut
secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Berpasangan (Pairing)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa
yang lain untuk mendiskusikan apa yang teah dipikirkannya pada tahap berpikir.
Pada tahap ini setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil
pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar atau
paling meyakinkan.
Tahap 3 : Berbagi (Sharing)
Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi
dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan
berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang
secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran
pasangan.
C. Langkah-langkah
dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair
Share pada umumnya adalah:
a.
Pendahuluan
Fase1: Persiapan
1.
Guru melakukan apersepsi
2.
Guru menjelaskan tentang pembelajaran TPS
3.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4.
Guru memberikan motivasi
b.
Kegiatan inti
Fase 2: pelaksanaan pembelajaran tipe TPS
Langkah pertama
1.
Menyampaikan pertanyaan : Guru menyampaikan pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang akan disampaikan.
2.
Siswa memperhatikan/mendengarkan dengan aktif penjelasan dan pertanyaan
dari guru.
Langkah kedua
1.
Berpikir : siswa berpikir secara individual.
2.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari
permasalahan yang disampaikan oleh guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan
meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikiran masing-masing.
Langkah ketiga
1.
Berpasangan : setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing
dengan pasangan.
2.
Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban yang menurut mereka paling benar atau
meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.
Pelaksanaan model ini dapat dilengkapi dengan LKS sebagai lembar kerja,
kumpulan soal latihan atau pertanyaan yang dikerjakan secara kelompok.
Langkah keempat
1.
Berbagi : siswa berbagi jawaban mereka dengan seluruh kelas.
2.
Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual
atau kelompok didepan kelas. Individu/kelompok yang lain diberi kesempatan
untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok
tersebut.
3.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil pemecahan
masalah yang telah mereka diskusikan, dan memberikan pujian bagi kelompok yang
berhasil baik dan memberi semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan
baik (jika ada).
Fase 3 : Penutup
1.
Dengan bimbingan guru siswa membuat simpulan dari materi yang telah
didiskusikan.
2.
Guru memberikan evaluasi atau latihan soal mandiri.
3.
Siswa diberi PR dari buku paket/LKS, atau mengerjakan ulang soal
evaluasi
D. Kelebihan
dan Kekurangan model pembelajaran think pair share (TPS)
Menurut Fadholi (2009:1) yang menyatakan
bahwa terdapat 5 kelebihan model pembelajaran think pair share yaitu antara
lain sebagai berikut:
1. Memberi murid waktu lebih banyak untuk
berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain.
2. Lebih mudah dan cepat membentuk
kelompoknya.
3. Murid lebih aktif dalam pembelajaran
karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya
terdiri dari 2 orang.
4. Murid memperoleh kesempatan untuk
mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh murid, sehingga ide yang ada
menyebar.
5. Memungkinkan murid untuk merumuskan dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan, karena secara
tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
Kemudian menurut Fadholi (2009:1) yang menyatakan
bahwa terdapat 4 kelemahan (kekurangan) model pembelajaran think pair and share
yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Jumlah murid yang ganjil berdampak pada
saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan.
2. Jika terdapat perselisihan, maka tidak ada
penengah.
3. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
4. Sulit untuk diterapkan disekolah yang
rata-rata kemampuan muridnya rendah.
No comments:
Write komentar