A. Pengertian
Pembelajaran Jigsaw
Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan
kawan-kawannya dari Universitas Texas dan kemudian di adaptasi oleh Slavin dan
kawan-kawannya. Menurut Arends (1997) model pembelajaran kooperatif jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok
kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi
pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
kelompok yang lain. Pendapat tersebut dijelaskan kembali oleh Anita Lie
(2004:69) mengatakan bahwa, Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et
al. sebagai metode cooperative learning.
Sedangkan
menurut Agus Suprijono( 2009: 89 ) Model pembelajaran kooperatif jigsaw
merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi kelas dalam
kelompok-kelompok lebih kecil.
Selain
itu Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) mengatakan, dalam pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang,
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab secara mandiri.
Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Kelompok
asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil
dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi
setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Para
anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada
masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari
topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi
para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada
kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka
dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu
untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok
ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok
asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah
interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi
yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja
sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan
memecahkan masalah yang biberikan.
B. Langkah-langkah Pembelajaran
Jigsaw
Sesuai
dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti
gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran
Jigsaw, yaitu:
1.
Awal Kegiatan Pembelajaran
a.
Persiapan Pembelajaran
1).
Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru
dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan
tujuan dipelajarinya topik tersebut.
2).
Materi
Materi
pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian
pembelajaran tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta
banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan
dipelajari oleh siswa.
3).
Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok
dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 4-6 orang yang
heterogen baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang
sosialnya
4).
Menentukan Skor Awal
Skor
awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau
nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.
b.
Rencana Kegiatan Pembelajaran
1).
Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan
menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2).
Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua
sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3).
Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang
didiskusikannya.
4).
Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5).
Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau
menghargai prestasi kelompok.
c.
Sistem Evaluasi Pembelajaran
Dalam
evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1).
Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2).
Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3).
Presentasi
Materi
Evaluasi
1).
Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
2.
Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.
C. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Pembelajaran Jigsaw (Model Team Ahli)
1.
Kelebihan
Bila
dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a.
Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang
bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
b.
Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c.
Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara
dan berpendapat.
d.
Ruang lingkup dipenuhi ide – ide yang bermanfaat dan menarik untuk di
diskusikan.
e.
Meningkatkan rasa tanggung – jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi
untuk dirinya sendiri dan orang lain.
f.
Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.
g.
Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
h.
Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
i.
Melatih keberanian dan tanggung – jawab siswa untuk mengajarkan materi yang
telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
2.
Kelemahan
Dalam
penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
a.
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar
memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota
kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru
mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b.
Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami
kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan
secara akurat.
c.
Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru
harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang
cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d.
Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran.
d.
Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu
ke kelompok lain.
e.
Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaikan materi pada teman jika
tidak punya rasa percaya diri.
e.
Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman
lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
f.
Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
g.
Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu
yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
h.
Aplikasi model pembelajaran ini pada kelas yang besar (lebih dari 30 siswa)
sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
D. Faktor Keberhasilan
Model Pembelajaran Jigsaw
Faktor-faktor
kunci keberhasilan yang harus diperhatikan dalam penerapan model pembelajaran
jigsaw adalah:
1.
Positive interdependence. Setiap anggota kelompok harus memiliki ketergantungan
satu sama lain yang dapat menguntungkan dan merugikan anggota kelompok lainnya.
2.
Individual accountability. Setiap anggota kelompok harus memiliki rasa tanggung
jawab atas kemajuan proses belajar seluruh anggota termasuk dirinya sendiri.
3.
Face-to-face promotive interaction. Anggota kelompok melakukan interaksi tatap
muka yang mencakup diskusi dan elaborasi dari materi pembahasan.
d.
Social skills. Setiap anggota kelompok harus memiliki kemampuan bersosialisasi
dengan anggota lainnya sehingga pemahaman materi dapat diperoleh secara
kolektif.
e.
Groups processing and Reflection. Kelompok harus melakukan evaluasi terhadap
proses belajar untuk meningkatkan kinerja kelompok
No comments:
Write komentar