Thursday 17 October 2019

Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar  merupakan  peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks, yang dapat dipandang dari dua subjek yaitu guru dan siswa. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.


1. Tujuan Instruksional, Tujuan Pembelajaran dan Tujuan Belajar
Dari segi guru tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus dalam UU pendidikan yang berlaku. Dalam hal ini misalnya, UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Acuan pada kurikulum yang berlaku tersebu, berarti juga mengaitkan pada bahan belajar yang “harus” diajarkan oleh guru. Bahan belajar tersebut ditentukan oleh ahli kurikulum.

Dari segi siwa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar. Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti sebab mengisyaratkan keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa, dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar perantara bagi siswa. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri. Bagi siswa, hal itu berarti melakukan emansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.

2. Siswa dan Tujuan Belajar
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar dan merespons dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.

Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar enyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.

Kegiatan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusam tersebut disesuaikan dengan perilaku yang dapat dilakukan siswa.

Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tuuan belajarnya “sementara”. Dengan belajar, maka kemampuan siswa meningkat. Meningkatnya kemampuan mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar yang baru. Bila semua siswa menerima semua sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa membuat sasaran belajar sendiri. Dengan demikian makin lama siswa akan dapat membut program belajarnya sendiri.

Dari kegiatan interaksi belajar mengajar, guru mengajari siswa dengan harapan bahwa siswa dapat belajar. Dengan belajar maka kemampuan siswa akan meningkat. Ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa semakin berfungsi. Sementara itu usia dan perkembangan jiwanya juga semakin meningkat. Dari segi perkembangan, anak telah memiliki tujuan sendiri pada usia muda (pubertas) dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar dan memiliki rasa tanggung jawab. Dari segi pembelajaran, sadar dan tanggung jawab tersebut perlu pendidikan. Dengan kata lain perlahan-lahan siswa perlu dididik agar memiliki rasa tanggung jawab dan membuat program belajar dengan tujuan belajar sendiri.

No comments:
Write komentar