Wednesday 14 November 2018

Kerajaan Kalingga (Kerajaan Holing)

A. Sejarah berdirinya Kerajaan Kalingga

Pada masa pemerintahan Prabu Wasumurti, Kerajaan Keling menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Kalingga di India. Hubungan tersebut semakin dekat, ketika Putra Mahkota Kalingga yang bernama Santanu di nikahkan dengan putri sang prabhu bernama Dewi Wasundari alias Dewi Bhadrawati. Setelah pernikahan mereka selesai, Prabu Wasumurti memberikan anugerah berupa sebagian wilayah kerajaan Keling kepada Santanu. Untuk menandai adanya hubungan kekerabatan antara Keling dan Kalingga, maka wilayah tersebut dinamakan Kerajaan Kalingga sedangkan Ibukotanya disebut Keling.
Santanu kemudian dilantik menjadi raja Kalingga  yang pertama di Jawa pada tahun 632 M. Kerjaan Kalingga biasa juga disebut dengan kerajaan Ho-Ling.

B. Raja-Raja Kerajaan Kalingga
1. Santanu (632-648)
Bergelar Prabhu Kirathasingha. Beliau pernah mengirimkan duta besarnya ke Cina, pada tahun 632 M dan 640 M. Menurut catatan I-Tshing, diketahui bahwa pada tahun 644 M, datang seorang pendeta buddha dari cina bernama Hwi-Ning. Ia menetap di Kalingga selama 3 tahun. Kemudian, Hwi-Ning menerjemahkan salah satu kitab suci agama Budha Hinayana yang berbahasa Sanksekerta ke dalam bahasa Cina. Dalam usahanya tersebut Hwi-Ning dibantu oleh seorang pendeta kerajaan Kalingga yang bernama Janabadra.

2. Selendra (648-674)
Bergelar Prabhu Kartikeyasingha sang mokteng Mahamerwacala. Beliau telah dua kali mengirimkan duta besarnya ke Cina, pertama pada tahun 648 M, dan kedua pada tahun 666 M. Diketahui, Beliau wafat di Gunung Mahameru. Dari pernikahan Prabu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, dikaruniai satu Putri dan satu Putra. yaitu :
a. Dewi Parwati, diperisteri oleh raja Mandiminyak dari Galuh,
b. Radiyah Narayana, menjadi menantu raja Jayasinghanegara dari Keling.

3. Maharani Sima (674-695)
Bergelar Sri Maharani Mahisa Suramardini Satyaputikeswara. Beliau adalah Raja yang terkenal dari kerajaan Kalingga. Pada masa pemerintahannya, Hukum dan Keadilan diterapkan secara disiplin. Hal tersebut berlaku bagi seluruh warga negara Kalingga yang melanggar aturan akan diberikan sanksi tegas. Suatu saat seorang saudagar Arab berkeinginan untuk membuktikan ketaatan rakyat Kalingga terhadap hukum yang diterapkan. Ia meletakkan pundi-pundi uang di jalanan pusat kota. Ternyata tak ada seorangpun yang berani menyentuh atau pun mengambilnya. Hingga suatu hari secara tidak sengaja kaki Putra Mahkota menyentuh pundi-pundi itu. Maka Ratu Sima memerintahkan agar anaknya di potong kakinya sebagai hukuman. Karena hukuman itu dirasa terlalu berat, para penasehat Ratu memohon agar hukuman diperingan, namun Ratu tetap teguh dengan pendiriannya. Setelah didesak, Ratu Sima memutuskan untuk meringankan hukumannya. Kaki putra mahkota tidak jadi dipotong tetapi hanya jari-jari kakinya saja.
Setelah Ratu Sima wafat pada tahun 695 M, kerajaan Kalingga dibagi menjadi dua wilayah kerajaan, untuk Dewi Parwati di sebelah utara, dan untuk Radiyah Narayana di sebelah selatan. Sang Mandiminyak, suami Dewi Parwati, tidak menggantikan di situ, karena ia menjadi raja di kerajaan Galuh.

Kerajaan Kalingga Utara
4. Dewi Parwati (695-717)
Dari pernikahan Prabhu Mandiminyak dengan Dewi Parwati dikaruniai seorang Putri, bernama Dewi Sannaha. Kemudian Dewi Sannaha naik tahta menggantikan ibundanya.

5. Dewi Sannaha (717-732)
Sannaha menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Bratasenawa. Mereka berdua memiliki Putra yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Kerajaan Kalingga Selatan
4. Narayana (695-732)
Setelah Prabhu Narayana wafat, Beliau digantikan oleh puteranya yaitu Sang Prabhu Dewa Singha.

5. Dewa Singha
Pada waktu itu Sang Prabhu Dewa Singha memerintah wilayah selatan yang tunduk di bawah kekuasaan Sanjaya.

C. Kehidupan Politik, Ekonomi, Agama dan Sosial Budaya
1. Kehidupan Politik Kerajaan Kalingga
Kehidupan Politik Pada abad 7 Masehi Kerajaan Kalingga pernah dipimpin seorang ratu bernama Sima. Ratu Sima menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil, dan bijaksana. Dia melarang rakyatnya untuk menyentuh dan mengambil barang bukan milik mereka yang tercecer di jalan. Bagi siapa pun yang melanggar akan memperoleh hukuman berat. Hukum di Kalingga dapat ditegakkan dengan baik. Rakyat taat pada peraturan yang dibuat ratu mereka. Oleh sebab itu, ketertiban dan ketentraman di Kalingga berjalan baik. Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima mempunyai cucu bernama Sahana yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari Kerajaan Galuh. Sahana mempunyai anak bernama Sanjaya yang kelak menjadi Dinasti Sanjaya. Sepeninggalan Ratu Sima, Kerajaan Kalingga ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan dan pertanian. Letaknya yang dekat dengan pesisir utara Jawa Tengah menyebabkan Kalingga gampang diakses oleh para pedagang dari luar negeri. Kalingga adalah daerah penghasil kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading sebagai barang dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga aren. Minuman tesebut mempunyai rasa manis dan bisa memabukkan. Dari hasil perdagangan dan pertanian itu, penduduk Kalingga hidup makmur.

3. Kehidupan Agama Kerajaan Kalingga
Kerajaan Kalingga adalah pusat agama Buddha di Jawa. Agama Buddha yang berkembang di Kalingga adalah ajaran Buddha Hinayana. Pada tahun 664 seseorang pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Dia datang untuk menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Cina. Usaha Hwing-ning ditolong oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Jnanabadra.

4. Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Kalingga
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat kepemimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam menjalankan hukum dan pemerintahan. Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara rakyat dengan anggota kerabatnya sendiri. Berita mengenai ketegasan hukum Ratu Sima pernah didengar oleh Raja Ta-Shih. Ta-Shih adalah sebutan Cina untuk kaum muslim Arab dan Persia. Raja Ta-Shih lalu menguji kebenaran khabar tersebut. Dia memerintahkan anak buahnya untuk meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah Kerajaan Ratu Sima. Selama tiga tahun kantong itu dibiarkan tergeletak di jalan dan tidak seorang pun berani menyentuh. Setiap orang melewati kantong emas itu berusaha menyingkir. Pada suatu hari putra mahkota tidak sengaja menginjak kantong itu sehingga isinya berhamburan. Kejadiaan ini membuat Ratu Sima marah dan memerintahkan hukuman mati untuk putra mahkota. Akan tetapi, para menteri berusaha memohon pengampunan untuk putra mahkota. Ratu Sima menanggapi permohonan itu dengan memerintahkan agar jari kaki putra mahkota yang menyentuh kantong emas dipotong. Peristiwa ini adalah bukti ketegasan Ratu Sima dalam menegakkan hukum.

D. Peninggalan Kerajaan Kalingga
1. Prasasti
a. Prasasti Tukmas
Prasasti Tukmas ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.

b. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuno dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu. Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

2. Candi dan situs bersejarah
a. Candi Angin Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
b. Candi Bubrah Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
c. Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria. Di Puncak Rahtawu (Gunung Muria) dekat dengan Kecamatan Keling di sana terdapat empat arca batu, yaitu arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu. Sampai sekarang belum ada yang bisa memastikan bagaimana mengangkut arca tersebut ke puncak itu mengingat medan yang begitu berat. Pada tahun 1990, di seputar puncak tersebut, Prof Gunadi dan empat orang tenaga stafnya dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta (kini Balai Arkeologi Yogyakarta) menemukan Prasasti Rahtawun. Selain empat arca, di kawasan itu ada pula enam tempat pemujaan yang letaknya tersebar dari arah bawah hingga menjelang puncak. Masing-masing diberi nama (pewayangan) Bambang Sakri, Abiyoso, Jonggring Saloko, Sekutrem, Pandu Dewonoto, dan Kamunoyoso.

Tuesday 13 November 2018

Landasan Pendidikan Nasional

Pendidikan Nasional sebagai wahana dan sarana pembangunannegara dan bangsa di tuntut mampu mengantisipasi proyeksi kebutuhan masa depan. Tuntutan tersebut sangat bergayut dengan aspek-aspek penataan pendidikan nasional yang bertumpupada basis kehidupan masyarakat indonesia secara komprehensif.


1. Landasan Fiosofis

Filsafat pendidikan nasional indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada pancasila.nilai pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan pedidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Nilai- nilai tersebut bukan hanya mewarnai muatan pelajaran dalam kurikulum tetapi juga dalam corak pelaksanaan. Dua pandangan yang dipertimbangkan dalam menentukan landasan filosofis dalam pendidikan nasional indonesia. Pertama, adalah pandangan tentang manusia indonesia. Kedua,pandangan tentang pendidikan nasional itu sendiri. Dengan dua pandangan tentang pendidikan nasional ini menjadikan tugas penyelenggaraan pendidikan menjadi urusan dan kewajiban semua pihak sehingga pendidikan dibangun dengan komitmen yang kuat oleh semua unsur bangsa.dalam perpestif pandangan filosofis, peserta didik indonesia dipandangan sebagai makhluk yang berharkat dan bermartabat yang berkembang dengan dukungan pendidikan.

2. Landasan sosiologis

Lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi,politik, sebagai pranatan kemasyarakatan,pembudayaan masyarakat belajar harus dijadikan sarana ekonstuksi sosial. Pendidikan nasional yang berlandaskan sosiologis dalam penyelenggaraannya harus memperhatikan aspek yang berhubungan dengan sosial baik proklemannya maupun demografis. Masalah yang kini sedang dihadapi bangsa adalah masalah disparitas sosial ekonomi sehngga pendidikan dirancang untuk mengurangi beban disparitas tersebut. Aspek sosial lainnya seperti ketidaksamaan mengakses informasi yang konsekuensinya akan mempertajang kesenjangan sosial dapat dieliminir melalui pendidikan.

3. Landasan yuridis

Sebagai penyelenggaraan pendidikan nasional yang utama,perlu pelaksanaan berdasar pada perundangan sehngga bangunan pendidikan nasional yang sah menurut undang-undang. Hal ini sangan penting karna hakekatnya pendidikan nasional adalah perwujudan dari kehendak UUD 1945. Landasan yuridis bukan semata dijadikan landasan bagi penyelenggaraan pendidikan namun sekaligus dijadikan alat untuk mengatur sehingga bagi penyelenggaraan pendidikan yang menimpah, maka dengan landasan yuridis tersebut dikenakan sanksi. Dalam praktek penyelenggaraan pendidikan tidak sedikit penyimpangan. Memang sering kali penyimpangan tersebut tidak begitu langsung di rasakan sebaga kerugian, namun dalam jangkau panjang bahkan dalam skala nasonal dapat menimbulkan kerugian besar bukan hanya material tetapi juga mental spiritual. Itulah sebabnya disamping dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi.


Thursday 1 November 2018

Dasar Pertimbangan memilih media pembelajaran

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannyadikelas atas dasar pertimbangan antara lainnya:
1. Bermaksud mendemonstrasikannya seperti halnya pada kuliah tentang media.
2. Merasa sudah akrab dengan media tersebut, misalnya seorang dosen yang sudah terbiasa menggunakan proyek transparansi.
3. Ingin memberi gambaran atau penjelasan yang lebih konkrit
4. Merasa bahwa media dapat berbuat lebih dari yang bisa dilakukannya, misalnya untuk menarik minat atau gairah belajar siswa.


Jadi dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak.
Mc. Connel  (Sadiman,Arif S,2003:82) mengatakan
“Bila media itu sesuai pakailah
”If The Medium Fits, Use It!”.

Henich dan kawan-kawan (Arsyad Azhar, 2010:67) megajukan model perencanaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE. (ASSURE adalah singkatan dari Analyze learner characteristics, State objective, Select, or modify media, Utilize, Require learner response, and Evaluate).
Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
[ A ] Analyze learner characteristics, Menganalisis karakteristik umum kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah lanjutan atau perguruan tinggi, anggota organisasi pemuda, perusahan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya dan sosial ekonomi, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi antara lain pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal mereka.
[ S ] State objective, Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang diharapkan siswa miliki dan kuasai setelah proses belajar- mengajar selesai. Tujuan ini akan mempengaruhi pemilihan media dan urut-urutan penyajian dan kegiatan belajar.
[ S ] Select, Memilih, memodifikasi, atau merancang dan mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mencapai tujuan, materi dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Di samping itu perlu diperhatikan apakah materi dan media itu akan mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi, telah terbukti efektif-jika pernah diuji cobakan, dan menyiapaka petunjuk untuk berdiskusi atau kegiatan follow-up. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan atau tidak sesuai dengan sasaran partasipasi, materi dan media itu dapat dimodifikasi. Jika tiak memungkinkan untu memodifikasi yang telah tersedia, barulah memilih alternatif ketiga yaitu merancangdan mengembangan materi dan media yang baru. Tentu saja kegiatan ini jauh lebih mahal dari segi biaya, waktu, dan tenaga. Namun demikian, kegiatan ini memungkinkan untuk menyiapkan materi dan media yang tetap dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
[ U ] Utilize, Mengunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan media yang tepat, diperlukan persiapan bagaimana dan berapa banyak waktu yang diperlukan untuk menggunakannya. Di samping praktik dan latihan menggunakannya, persiapan ruangan juga diperlukan seperti tata letak tempat duduk siswa, fasilitas yang diperlukan seperti meja peralatan, listrik, layar, dan lain-lain harus dipersiapkan sebelum penyajian.
[ R ] Require learner response, Meminta tanggapan dari siswa. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respons dan umpan balik mengenai keefektivan proses belajar mengajar. Respons siswa dapat bermacam-macam, seperti mengulaagi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi/pelajaran, atau menganalisa alternatif pemecahan masalah/ kasus. Dengan demikian, siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar.
[ E ] Evaluate, Mengevaluasi proses belajar. Tujuan utama evaluasi di sini adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektivan media, pendekatan, dan guru sendiri.

Pada tingakat yang menyeluruh dan umum pemilihan media dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1. Hambatan pengembangan dan pembelajaran yang meliputi faktor-faktor dana, fasilitas dan peralatan yang telah tersedia, waktu yang tersedia( waktu mengajar dan pengembangan materi dan media), sumber-sumber yang tersedia (manusia dan material);
2. Persyaratan isi, tugas, dan jenis pembelajaran. Isi pelajaran beragam dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, misalnya penghafalan, penerapan keterampilan, pengertian hubungan-hubungan, atau penalaran dan pemikiran tingkatan yang lebih tinggi. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut perilaku yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan memerlukanteknik dan media penyajian dan berbeda pula.
3. Hambatan dari sisi siswa dengan mempertimbangkan kemampuan dan keterampilan awal, seperti membaca, mengetik dan menggunakan komputer, dan karakteristik siswa lainnya.
4. Pertimbangan lainnya adalah tingkat kesenangan (preferensi lembaga, guru, dan pelajar) dan keefektivan biaya.
5. Pemilihan media sebaiknya mempertimbangkan pula:
a. Kemampuan mengkomodasikan penyajian stimulus yang tepat (visual dan / atau audio)
b. Kemampuan mengkomodasikan respons siswa yang tepat (tertulis, audio, dan / atau kegiatan fisik)
c. Kemampuan mengkomodasikan umpan balik
d. Pemilihan media utama dan media sekunder untuk penyajian informasi atau stimulus, dan untuk latihan dan tes (sebaiknya latihan dan tes menggunakan media yang sama). Misalnya untuk tujuan belajar yang melibatkan penghafalan.
6. Media sekunder harus mendapat perhatian karena pembelajaran yang berhasil menggunakan media yang beragam. Dengan penggunaan media yang beragam, siswa memiliki kesempatan untuk menghubungkan dan berinteraksi dengan kebutuhan belajar mereka secara perorangan.

Wednesday 31 October 2018

Prinsip-prinsip dalam Pemilihan Media Pembelajaran Matematika


Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
1. Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran tersebut.
2. Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda. Faktor-faktor seperti, kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan tingkat pemahaman.
3. Tujua pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.
4. Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan itu materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.
5. Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan persyaratan untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.
6. Emosi. Pembelajaran yang melibat emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosiaonal seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7. Partsipasi. Agar pembelajaran berlangsug dengan baik seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tridak sekedar diberitahu kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
8. Umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabial belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
9. Penguatan (reinforcement). Apabila siswa berhasil belajarnya, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.
10. Latiahan dan pengulangan. Sesuatau hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jala. Agar sesuatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi da dilatihdalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.
11. Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru.

Saturday 27 October 2018

Prosedur Pemilihan Media Pembelajaran Matematika

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pemilihan media, meskipun caranya berbeda-beda. Namun demikian ada hal yang seragam bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada efektifitas program pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh adalah mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan sangat dipengaruhi oleh:
Pertama, kompetensi dasar dan indikator apa yang akan dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran ataupun diklat. Dari kajian kompetensi dasar dan indikator tersebut bisa dianalisis media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut.
Kedua, materi pembelajaran (instructional content), yaitu bahan atau kajian apa yang akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertim-bangan lainnya, dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauh mana kedalaman yang harus dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbang-kan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.
Ketiga, familiaritas media dan karakteristik siswa/guru, yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasa-an lain) dari siswa terhadap media yang akan digunakan.
Keempat, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena pe-milihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari se-jumlah media yang ada ataupun yang akan dikembangkan.

Bila kita akan merancang media, seyogyanya melalui tiga tahap utama, yaitu:
Pertama, define (pembatasan), dalam fase ini menyangkut rumusan tuju-an, rancangan media apa yang akan dikembangkan, beberapa persiapan awal dalam perancangan media yang menyangkut: bahan, materi, dana, serta aspek perancangan lainnya.
Kedua, develop (pengembangan), dalam fase ini sudah dimulai proses pembuatan media yang akan dikembangkan, sesuai dengan fase pertama.
Ketiga, evaluation (evaluasi), yaitu fase terakhir untuk menilai media yang sudah dikembangkan/dibuat, setelah melalui tahap uji coba, revisi, kajian dengan pihak lain.

Selain pertimbangan di atas, dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION, yaitu akronim dari access, cost, technology, interactivity, organization, dan novelty.
1. Access
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang kita perlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaat-kan oleh murid? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu di-pertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah murid diijinkan untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk murid. Murid harus memperoleh akses.
2. Cost
Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat men-jadi pilihan kita. Media canggih biasanya mahal. Namun, mahalnya biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaatnya. Semakin banyak yang menggu-nakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada satu media tertentu,  namun perlu di-perhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah menggunakannya? Mi-salnya kita ingin menggunakan media audio visual di kelas. Perlu kita pertim-bangkan, apakah ada listrik, voltase listrik cukup dan sesuai?
4. Interactivity
Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan ten-tu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.
5. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana pengorgani-sasiannya. Apakah di sekolah ini tersedia satu unit yang disebut pusat sumber belajar?
6. Novelty
Kebaruan dari media yang dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.
Tujuan pengelompokan maupun pemilihan media memang sangat berlainan. Karena itu juga tidak perlu heran bila kemudian timbul berbagai  jenis, cara, maupun prosedur pemilihan media. Namun demikian bila terlihat dari bentuknya cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga model yaitu:
1. Model flowChart, (Eliminasi).
Menggunakan sistem pengguguran (batal) dalam pengambilan keputusan.
Contoh:

2. Model Matriks.
Menangguhkan pengambilan keputusan, untuk memilih ini cocok kalau menggunakan media rancangan.
Contoh:

3. Model Cheklist.
Menangguhkan keputusan untuk memilih sampai seluruh kriteria dipertimbangkan, hal ini cocok untuk media jadi dan media rancangan.
a.    Apakah materinya penting dan berguna bagi siswa?
b.    Apakah dapat menarik minat siswa untuk belajar?
c.    Apakah ada kaitannya dan mengena secara langsung dengan tujuan pem-belajaran?
d.    Bagaimana format penyajiannya diatur? Apakah memenuhi tata urutan yang teratur?
e.    Bagaimana dengan materinya, mutakhir dan authentik?
f.    Apakah konsep dan kecermatannya terjamin?
g.    Apakah isi dan presentasinya memenuhi standar?
h.    Apakah penyajiannya objektif?
i.    Apakah bahannya memenuhi standar kualitas teknis?
j.    Apakah bahan tersebut sudah diuji coba?

Meskipun belum ada penelitian tentang hal ini, namun nampaknya model cheklist lebih sesuai untuk membakukan prosedur pemilihan media. Jadi, model matriks lebih serasi untuk digunakan dalam pemilihan media rancangan, sedangkan model flowchart dapat digunakan untuk menggambarkan proses pemilihan media jadi maupun media rancangan.
Anderson (Sadiman,Arif S,2003:86) melihat pemilihan media sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan intruksional. Untuk keperluan itu dia membagi media dalam sepuluh kelompok yaitu:
a) Media audio
b) Media cetak
c) Media cetak bersuara
d) Media proyeksi (visual)
e) Media proyeksi dengan suara
f) Media visual bergerak
g) Media audio visual gerak
h) Objek
i) Sumber manusia dan lingkungan
j) Media komputer

Tuesday 23 October 2018

Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran Matematika


Media pembelajaran yang  beraneka ragam jenisnya  tentunya  tidak akan digunakan seluruhnya secara serentak dalam kegiatan pembelajaran, namun hanya beberapa saja. Untuk itu perlu di lakukan pemilihan media tersebut. Agar pemilihan media pembelajaran tersebut tepat, maka perlu dipertimbangkan faktor/kriteria-kriteria dan langkah-langkah pemilihan media.
Kriteria yang perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam  memilih media pembelajaran menurut Nana Sudjana (Sudjana,Nana. 1990:4-5)  adalah sebagai berikut:
1. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran. Artinya media pengajaran dipilih atas daasr tujuan-tujuan instruksional yang ditetapkan. Tujuan-tujuan  instruksional yang berisikan unsur pemahaman apliksi, analisis, sentesis lelah memungkinkan digunakannya media pengajaran
2. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pengajaran yang bersifat fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
3. Kemudahan memperoleh media; artinya media diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umunya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan praktis penggunaannya
4. Keterampilan guru dalam menggunakannya, apa pun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaranuntuk mempertingggi kualitas pengajaran.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
6. Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memenuhi media untuk pendidikan dan  terkandung didalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau propori dalam bentuk persen bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar dan poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berfikir tinggi.

I Nyoman Sudana Degeng (1993; 26-27) menyatakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu dipertimbangkan guru/pendidik dalam memilih media pembelajaran, yaitu:
1) tujuan instruksional;
2) keefektifan;
3) siswa;
4) ketersediaan;
5) biaya pengadaan;
6) kualitas teknis.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992/1993: 67-68) kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu:
1) Tujuan;
2) Karakteristik siswa;
3) Alokasi waktu;
4) Ketersediaan;
5) Efektivitas;
6) Kompatibilitas; dan
7) Biaya.

Dick dan Carey (Sudiman,Arief.s. 2003:83) menyebutkan bahwa di samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:
a) Ketersediaan sumber tempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
b) Apakah untuk membeli atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitasnya
c) Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama. Artimya bisa digunakan dimanapun dengan peralatan yang ada disekitarnya dan kapan pun serta  mudah dijinjing dan dipindahkan.
d)Efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang.

Arsyad (1997: 76-77) menyatakan bahwa kriteria memilih media yaitu:
1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai;
2) tepat untuk mendukung isi pelajaran;
3) praktis, luwes, dan tahan;
4) guru terampil menggunakannya;
5) pengelompokan sasaran; dan
6) mutu teknis.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa pada prinsipnya pendapat-pendapat tersebut memiliki kesamaan dan saling melengkapi. Selanjutnya menurut hemat penulis yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media yaitu tujuan pembelajaran, keefektifan, peserta didik, ketersediaan, kualitas teknis, biaya, fleksibilitas, dan kemampuan orang yang menggunakannya serta alokasi waktu yang tersedia.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hal ini akan  diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, mungkin ada  sejumlah alternatif yang dianggap cocok untuk tujuan-tujuan itu. Sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok. Kecocokan banyak ditentukan oleh kesesuaian karakteristik tujuan yang akan dicapai dengan karakteristik media yang akan digunakan.
2. Keefektifan. Dari beberapa alternatif media yang sudah dipilih, mana yang  dianggap paling efektif untuk mencapai  tujuan yang telah ditetapkan. 
3. Peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang bisa diajukan ketika kita memilih media pembelajaran berkait dengan peserta didik, seperti: apakah media yang dipilih sudah sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik itu kemampuan/taraf berpikirnya, pengalamannya, menarik tidaknya media pembelajaran bagi peserta didik? Digunakan untuk peserta didik  kelas dan jenjang  pendidikan yang mana? Apakah untuk belajar secara individual, kelompok kecil, atau kelompok besar/kelas? Berapa jumlah  peserta didiknya? Di mana lokasinya? Bagaimana gaya belajarnya? Untuk kegiatan tatap muka atau jarak jauh? Pertanyaan-pertanyaan tersebut  perlu dipertimbangkan ketika memilih dan menggunakan media dalam kegiatan pembelajaran.
4. Ketersediaan. Apakah  media yang diperlukan itu sudah tersedia? Kalu belum, apakah media itu dapat diperoleh dengan mudah? Untuk tersedianya media ada beberapa alternatif yang dapat diambil yaitu membuat sendiri, membuat bersama-sama dengan peserta didik, meminjam menyewa, membeli dan mungkin bantuan.
5. Kualitas teknis. Apakah media media yang dipilih itu kualitas baik? Apakah memenuhi syarat sebagai media pendidikan? Bagaimana keadaan daya tahan media yang dipilih itu?
6. Biaya pengadaan. Bila memerlukan biaya untuk pengadaan media, apakah tersedia biaya untuk itu? Apakah yang dikeluarkan seimbang dengan manfaat dan hasil penggunaannya? Adakah media lain yang mungkin lebih murah, tetapi memiliki keefektifan setara?
7. Fleksibilitas (lentur), dan kenyamanan media. Dalam memilih media harus dipertimbangkan kelenturan dalam arti dapat digunakan dalam berbagai situasi dan pada saat digunakan tidak berbahaya.
8. Kemampuan orang yang menggunakannya. Betapapun tingginya nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat yang banyak bagi orang yang tidak mampu menggunakannya.
9. Alokasi waktu, waktu yang tersedia dalam proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap penggunaan media pembelajaran. Untuk itu ketika memilih media pembelajaran kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti; apakah dengan waktu yang tersedia cukup untuk pengadaan media, apakah waktu yang tersedia juga cukup untuk penggunaannya.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap sesuai untuk membantu mempemudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan ssehingga mempersulit tugas guru, tetapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh karena itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar dan mengajar.