Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari
siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu
proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi
apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan
mereka.
Langkah-langkah
yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausebel sebagai berikut
:
1. Advance Organizer (Handout)
1. Advance Organizer (Handout)
Penyampaian
awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental
akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengatahui sebelumnya apa yang
akan disampaikan guru.
2.
Progressive Differensial
Materi
pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau
konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan
contoh-contoh.
3.
Integrative Reconciliation
Penjelasan
yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang
telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4.
Consolidation
Pemantapan
materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga
siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.
Kemudian
Suparno (1997) juga mengatakan, bahwa pembelajaran bermakna adalah suatu
proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur
pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaan.
Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke
dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok
dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki
siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang
sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap
olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang
menyenangkan yang akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi
secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa.
Pembelajaran
bermakna erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran Vygotsky (Social
and Emancipator Constructivism). Paham ini berpendapat bahwa siswa
mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari
pemikiran dan berinteraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini
merupakan teori tentang penciptaan makna. Selanjutnya, teori ini dikembangkan
oleh Piaget (Piagetian Psychological Constructivism) yang menyatakan
bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan
interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena,
ide atau informasi baru yang dipelajari.
Langkah-langkah
kegiatan yang mengarah pada timbulnya pembelajaran bermakna adalah sebagai
berikut:
1. Orientasi mengajar
tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan juga diarahkan
untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa.
2. Topik-topik yang
dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan. Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau
sesuatu yang dipaksakan oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai
alat yang dibutuhkan dalam kehidupan anak.
3. Metode mengajar
yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan
bersifat bermain yang menyenangkan.
4. Dalam proses
belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan bekerjasama
dengan orang lain.
5. Bahan pelajaran
yang digunakan hendaknya bahan yang konkret
6. Dalam menilai
hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif dengan
menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak yang
relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.
Pembelajaran bermakna bisa terjadi jika relevan dengan
kebutuhan peserta didik, disertai motivasi instrinsik dan kurikulum yang tidak
kaku. Kejadian belajar bermakna didorong oleh hasrat dan intensitas
keingintahuan peserta didik tentang bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini,
Rogers (1969) mengemukakan tentang iklim kelas yang memungkinkan terjadinya
belajar bermakna, yaitu sebagai berikut:
1. Terimalah peserta
didik apa adanya.
2. Kenali dan bina
peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri.
3. Usahakan sumber
belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memlilh dan
menggunakannya.
4. Gunakan pendekatan
inquiry-discovery.
5. Tekankan
pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung
jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya
No comments:
Write komentar