Penelitian Tindakan Kelas
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA
KELAS VIIIB SMP NEGERI 1
PALOPO
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
IWAN
210 120 069
IIIB
Dosen Pembina: Dra. Hj. Marwati Abdul
Malik, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
(UMPAR)
2012
I. JUDUL: MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VIIIB
SMP NEGERI 1 PALOPO.
II. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan
wahana yang sangat penting dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas.
Dalam proses pendidikan, terjadi proses transformasi budaya, adat, maupun norma
yang mampu mengubah pola pikir manusia. Pendidikan yang baik mampu mengubah
manusisa ke arah kedewasaan dan kesempurnaan yang ideal. Kegiatan pendidikan
ini memiliki kurikulum yang memuat pelajaran dan materi yang akan diajarkan,
salah satu diantaranya adalah pelajaran matematika.
Matematika
merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting disetiap jenjang
pendidikan, dalam berbagai disiplin ilmu dan dalam memajukan pola pikir manusia.
Tak dapat dipungkiri kalau setiap periode kehidupan manusia tidak lepas dari
matematika. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasari oleh
penguasaan matematika, karena dengan menguasai matematika merupakan kunci utama
dalam menguasai ilmu dan teknologi. Matematika adalah salah satu sarana
berpikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan
berpikir logis, sistematis dan kritis dalam diri peserta didik, menekankan pada
penguasaan konsep bahkan matematika diperlukan sebagai alat untuk memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran di sekolah, sebagian siswa memandang matematika sebagai
mata pelajaran yang membosankan, relatif sulit untuk diterima dengan baik,
bahkan menakutkan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran matematika
diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya, dalam penggunaan
metode mengajar tidak harus sama untuk semua materi, sebab dapat terjadi bahwa
suatu metode mengajar tertentu cocok untuk satu materi tetapi tidak untuk
pelajaran yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap
materi matematika masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pada SMP Negeri 1 Palopo.
Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan beberapa guru matematika
yang mengajar di kelas VIIIB bahwa penguasaan materi matematika oleh
siswa tergolong rendah.
Disamping itu, sampai
dengan saat ini anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika masih merupakan mata pelajaran yang
cenderung kurang menarik, membosankan
dan sukar bagi siswa, Hal ini dapat dilihat dari rata-rata
nilai pada semester II tahun 20010/2011 adalah 60 yang masih berada dibawah
Standar Nilai (KKM 65) dan masih banyaknya siswa yang mengikuti Remedial dari guru
matematika. Hal ini menandakan bahwa hasil belajar matematika siswa belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan dan memuaskan, jadi efektifitas pembelajaran belum memperoleh tarap yang tinggi.
Dengan demikian belum ada indikasi
bahwa pembelajaran matematika
merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Rendahnya mutu
pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran yang ada di
sekolah. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana
yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta
sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi
kurang efektif. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien,
menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton
dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan
siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat dalam belajar.
Dari data-data di
atas sudah saatnya guru matematika membuka paradigma baru dalam
pengajaran matematika di kelas. Dimana matematika yang selama ini dianggap sebagai mata
pelajaran yang membosankan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan
mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan
antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas melalui
pengalaman-pengalaman belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar matematika, yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang lebih di kenal
dengan istilah PAKEM dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk
lebih aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika dan pada akhirnya akan berimbas terhadap
peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik sekaligus tertantang untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul:
“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran PAKEM Pada Siswa
Kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo”.
B. Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan pembelajaran
PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo melalui
pembelajaran PAKEM.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1.
Bagi Siswa
Proses pembelajaran ini dapat membantu
meningkatkan cara belajar yang baik, efektif, efisien dan menyenangkan sehingga
hasil belajar akan lebih meningkat.
2.
Bagi Guru.
Sebagai bahan referensi dalam menemukan strategi pembelajaran yang lebih
efektif dan menyenangkan.
3.
Bagi Sekolah
Dapat dijadikan
suatu bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran, sebagai upaya
peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
4.
Bagi Peneliti
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan pengalaman, pembelajaran serta menambah wawasan
pengetahuan peneliti sebagai calon guru untuk menjadi profesinya kelak.
II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA
BERFIKIR
A.
Kajian Pustaka
1.
Pengertian Belajar
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
sebagai hasil proses belajar yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, daya reaksinya, daya penerimaannya.
Winkel (Wanwan
Setiawan, 2004: 2) mendefinisikan
belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan
sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar
dapat dipandang sebagai usaha untuk melakukan
proses perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Hamalik
(2007: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kekuatan melalui pengalaman (learning is defined as the modificationoor
strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini
belajar merupakan suatu proses, sustu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan bukan penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Menurut Slameto
(Dahlina, 2011: 4) secara psokologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku
dalam belajar adalah: 1. Perubahan ini terjadi secara sadar, 2. Perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional,
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4. Perubahan dalam
belajar bukan bersifat sementara dan, 6. Perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku.
Dari dua
pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah sutu proses
perrubahan tingkah laku yang bersifat positif dalam diri seseorang. Perubahan
tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
bentuk misalnya dalam bertambahnya penetehuan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan
sikap.
2.
Pengertian Matematika
Matematika
timbul mula-mula karena kebutuhan manusia mempelajari alam. Dari kebutuhan ini
alam dijadikan sumber ide-ide yang melalui abstraksi diperoleh konsep matematika.
Menurut Hasma (Arifuddin, 2010: 6) menyatakan bahwa konsep matematika yang satu
dengan yang lainya berkolerasi membentuk konsep yang baru yang lebih kompleks.
Menurut R. Soejadi
(Sudarsono, 2008: 5) ada beberapa definisi matematika, yaitu:
a.
Matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b.
Matematika adalah pengetahuan
tentang bilanga dan kalkulasi.
c.
Matematika adalah pengetahuan
tentang logik dan berhubungan dangan bilangan.
d.
Matematika adalah pengetahuan
tentang fakta-fakta kuantitatif da masalah tentang ruang dan bentuk.
e.
Matematika adalah pengetahuan
tentang struktur-struktur yang logis.
f.
Matematika adalah pengetahuan
tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut James
(Sudarsono, 2008: 5) matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam jumlah yang
banyaknya terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Begle
(Sudarsono, 2008: 5) sasaran atau obyek penelaahan adalah fakta, konsep, operasi,
dan prinsip. Obyek penelaahan tersebut menggunakan symbol-simbol yang kosong
dari arti. Ciri ini yang memungkinkan matematika dapat memasuki wilayah bidang
studi dan cabang ilmu lain.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan
bersifat deduktif yang tidak hanya membahas tentang ruang dan bilangan tetapi juga berhubungan dengan pola
dan struktur.
3.
Hakekat Belajar Matematika
Matematika adalah pelajaran yang berstruktur tersusun secara
berurutan, logis dan berjenjang mulai dari yang sederhana sampai tingkat yang
paling kompleks, mulai dari yang mudah sampai tingkat yang paling sulit.
pelajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga konsep terdahulu
mendasari konsep berikutnya. Jika konsep terdahulu tidak dipahami maka sulit
untuk menerima dan memahami konsep selanjutnya. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Hudoyo (Arifuddin, 2010: 7) yang menyatakan bahwa mempelajari konsep
B yang berdasarkan kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu
konsep A. tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Ini berarti mempelajari matematika harus bertahap dan berurutan serta
berdasarkan pada pengalaman belajar yang
terdahulu.
Menurut Jerome Bruner (Arfan Taufan, 2011: 8) belajar matematika
adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat
didalam materiyang dipelajari serta mencari hubungan-hubungannya antara
konsep-konsep dan struktur-stuktur suatun materi untuk menjadikan materi itu
dipahami secara lebih konprehensif.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (Arfan Taupan, 2011: 8) yang
menyatakan bahwa hakekat belajar matematika itu berkenaan dengan ide-ide dan
struktur-struktur dimana
hubungan-hubungannya diatur menurut aturan logis. Ide-ide dan struktur-struktur
dalam matematika ini merupakan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara
hierarki dan penalarannya deduktif.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses aktif dalam memehami
arti dan struktur-struktur, konsep-konsep matematika kemudian menerapkan pada
situasi nyata sehingga terjadi perubahan
pengetahuan dan keterampilan.
B. Pembelajraran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyanangkan (PAKEM).
Istilah PAKEM
semula dikembangkan dari istilah AJEL (Aktif Joyful And Efectif Learning).Untuk
pertama kalinya di Indonesia yaitu pada tahun 1999, metode ini dikenal dengan
istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif Dan Menyenangkan).seiring dengan
perkembangan manajemen berbasis sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah PEAM diganti
menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Pada hakekatnya landasan-landasan teori yang digunakan adalah
mengambil teori-teori tentang aktif learning.
Pembelajaran
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses
pembelajaran. Pertama, proses interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan
guru, rekan siswa, multi-media, multi–media, referensi, lingkungan dan
sebagainya). Kedua, proses komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman
belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita dan dialog).
Ketiga, proses refleksi (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan dari apa
yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses
eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan langsung indera mereka
melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara).
Pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyanangkan (PAKEM) termasuk salah satu pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, kreativitas, dan efektivitas
siswa, selain itu dalam proses pembelajaran terdapat pula unsur menyenangkan,
sehingga siswa tidakmerasa bosan dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam
proses pembelajarann PAKEM tidak ada langkah-langkah khusus yang mengarah ke
pembelajaran tersebut, tetapi ada beberapa model atau metode yang berorientasi
PAKEM, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah, problem solving,
pemberian tugas dan resitasi, dan metode-metode pembelajaran lainnya.
1). Inovasi Tindakan Yang
Dilaksanakan Pada Pendekatan PAKEM
a.
Pembelajaran Aktif Dalam Matematika
Aktif yang
dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa, sehingga siswa aktif dalam bertanya, mempertanyakan dan
mengemukakan gagasan. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah
guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberika kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakekat belajar. Peran aktif dari seorang siswa sangat penting dalam rangka
pembentukan generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain.
Menurut Dangnga,
M.S (Arfan Taupan, 2011: 12) berpendapat bahwa belajar aktif merupakan
pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang
aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan
akhir dari belajar aktif. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna
untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi
siswa dan guru untuk sama-sama berkembangdan bebagi pengetahuan, ketermpilan
dan pengalaman.
Pembelajaran aktif
atau active learning adalah suatu istilah yang memayungi beberapa model
pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada seorang
pelajar. Menurut Taslimuharom (Arfan Taupan, 2011: 13) mengemukakan bahwa
proses belajar dapat dikatakan active learning jika mengandung komitmen,
tanggung jawab dan motivasi.
a).
Komitmen (ketertarikan pada
tugas)
Artinya materi,
metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan
siswa, dan bersifat pribadi.
b).
Tanggung jawab
Tanggung jawab
merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang kepada siswa untuk kritis.
Guru lebih banyak mendengar daripada berbicara, menghomati ideide siswa,
memberi pilihan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
c).
Motivasi
Motivasi belajar
ada dua macam, yaitu motivasi intrinsikdan ekstrinsik. Dalam pembelajaran ini,
motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan agar proses belajar yang
ditekuninya muncul berdasatkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena
dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat
karena pendekatan belajar yang dilakukan gurulebih dipusatkan pada siswa.
Active learning
dapat dibangun oleh seoarang guru yang gembira , tekun,dan setia pada tugasnya,
bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide
baru dan saran dari siswa atau orang tuanya/masyarakat, tiap hari energinya
untuk siswa supaya belajar kreatif,selalu membimbing, seorang pendengar yang baik,
memahami kebutuhan siswa secara individual,dan mengikuti perkembangan
pengetahuan.
Paling sedikit ada
tiga alasan mengapa belajar aktif perlu diterapkan, yaitu:
a).
Karakeristik anak
Pada dasarnya anak
dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Sifat ingin tahu
merupakan modal dasar bagiperkembangan sifat kritis, dan imajinasi bagi prilaku
kreatif.
b).
Hakekat belajar
Belajar adalah
menemukan dan membangun makna oleh si pembelajar terhadap informasi dan
pengalaman yang disaring melalui persepsi, pikiran dan perasaan si pembelajat.
Belajar bukanlah proses penyerapan pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru.
Pengetahuan dibangun sendiri dari si pembelajar.
c).
Karakteristik lulusan yang
dikehendaki
Agar mampu
bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang
peka, mandiri (termasuk kreatif), dan bertanggung jawab. Peka berarti berpikir
tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain. Mandiri
berarti berani dan mampu bertindak tanpa selalu bergantung pada orang lain.
Bertanggung jawab berarti siap menerima dari keputusan dan tindakan yang
diambil.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaaran aktif atau active learningadalah
mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlihat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan
baik. Oleh karena, itu siswa harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan
mendiskusikannya dengan orang lain.
b.
Pembelajaran Kreatif Dalam Matematika
Kreatif yang
dimaksud yaitu agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga
memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Jerry Wermstroom (Arfan
Taupan, 2011: 15) mengatakan bahwa proses kreatif adalah suatu format
eksplorasi yang berbeda dengan yang lain, yaitu proses yang dihubungkan dalam
pengalaman hidup bukan merupakan suatu model umum, proses pembelajaran yang
kreatif adalah suatu tindakan penemuan yang dilakukan secara terus menerus,
penggalian yang mendalam dengan hati, pikiran, dan semangat untuk mendapatkan
keindahan dan pengalaman baru yang dapat ia rasakan. Belajar dikatakan kreatif
bukan dilihat dari orang lain, namun dilihat dari pelaku belajar itu sendiri.
Agar pelaksanaan
PAKEM berjalan sebagaimana diharapkan, Jonh B. Biggs dan Rows Telfer (Arfan
Taupan, 2011: 15), menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah
pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang
baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
a).
Memahami potensi siswa yang
tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat
dan minat mereka.
b).
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
dan bantuan jika mereka membutuhkan.
c).
Menghargai potensi siswa yang
lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.
d).
Mendorong siswa umtuk terus
maju mencapai dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.
e).
Mengakui pekerjaan siswa dalam
satu bidang memberikan samangat pada pekerjaan lain berikutnya.
f).
Menggunakan kemampuan fantasi
dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan
kehidupan nyata.
g).
Memuji keindahan perbedaan
potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa.
h).
Mendorong dan menghargai
keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran
mandiri.
i).
Menyatakan kepada para siswa
bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan
fasilitator bagi siswa.
j).
Menciptakan suasana belajar
yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan
minat belajar siswa.
k).
Mendorong terjadinya proses
pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri agar terbentuk budaya belajar
yang bermakna pada siswa.
l).
Memberikan tes/ujian yang bisa
mendorong tejadinya unpan balik dan semangat gairahpada siswa untuk ingin
materi lebih dalam.
Randsepp
(Endang Supardi, 2004: 11) menyebutkan
ciri-ciri tentang pemikiran kreatif sebagai berikut:
a). Sensitif terhadap masalah-masalah,
b). Mampu menghasilkan sejumlah ide besar,
c). Fleksibel,
d). Keaslian,
e). Mau mendengarkan perasaan,
f). Keterbukaan pada gejala bawah sadar,
g). Mempunyai motivasi,
h). Bebas dari rasa takut gagal,
i). Mampu berkonsentrasi, dan
j).
Mempunyai kemampuan
memilih.
Berdasarkan survei
kepustakaannya, Supriadi (Arfan Taupan, 2011: 17) mengidentifikasi 24 ciri
kepribadian kreatif, yaitu:
1)
Terbuka terhadap pengalaman
baru,
2)
Fleksibel dalam menyatakan
pendapat dan perasaan,
3)
Bebas dalam menyatakan pendapat
dan perasaan,
4)
Menghargai fantasi,
5)
Tertarik pada kegiatan-kegiatan
kreatif,
6)
Mempunyai pendapat sendiri dan
tidak mudah terpengaruh oleh orang lain,
7)
Mempunyai rasa ingin tahu yang
besar,
8)
Toleran terhadap perbedaan
pendapat dan situasi yang tidak pasti,
9)
Berani mengambil resiko yang
diperhitungkan,
10)
Percaya diri dan mandiri,
11)
Memiliki tanggung jawab dan
komitmen pada tugas,
12)
Tekun dan tidak mudah bosan,
13)
Tidak kehabisan akal dalam
memecahkan masalah,
14)
Kaya akan inisiatif,
15)
Peka terhadap situasi
lingkumgan,
16)
Lebih berorientasi ke masa kini
dan masa depan daripada masa lalu,
17)
Memiliki citra diri dan
stabilitas emosional yang baik,
18)
Tertarik pada hal-hal yang
abstrak, kompleks, holistik, dan menganding teka teki,
19)
Memiliki gagasan yang orisinal,
20)
Mempunya monat yang luas,
21)
Menggunakan waktu luang untuk
kegiatan yang bermanfaat dan konstuktif bagi pengembangan diri,
22)
Kritis terhadap pendapat orang
lain,
23)
Senang mengajukan pertanyaan
yang baik, dan
24)
Memiliki kesadaran etika.
Agar pembelajaran
PAKEM dapat berjalan dengan lancar, maka sifat kreatif dalam PAKEM tidak boleh
dipisahkan, semua hal ini tergantung pada guru dan siswa. Oleh karena itu,
pebelajaran kreatif tidak hanya bersumber atau berpusat pada guru, akan tetapi
kreativitas itu juga dikembangkan oleh siswa. Hidup di era kompetisiketat saat
ini membutuhkan ide-ide kreatif untuk tampil sebagai pemenang, sehingga guru
harus mendorong kreativitas anak ddik agar dapat berkembang dengan cepat. Tanpa
kreativitas yang terlatih dan mewarnai kehidupan seseorang setiap saat, ia akan
terpental dari ketatnya peersaingan dan tajamnya perbedaan yang muncul.
Kreativitas adalah
hasil belajar dalam kehidupan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat
dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar kecakapan kognitif
itu mempunyai tingkatan-tingkatan. Adapun tingkatan –tingkatan yang dimaksud
adalah:
a).
Informasi non verbal,
b).
Informasi fakta dan pengetahuan
verbal,
c).
Konsep dan prinsip,
d).
Pemecahan masalah dan
kreativitas.
Adapun ciri
individu yang kreatif:
a).
Hasrat keingin tahuan yang
cukup besar,
b).
Bersikap terbuka terhadap
pengalaman baru,
c).
Panjang akal,
d).
Keinginan untuk menemukan dan
meneliti
e).
Cenderung lebih menyukai tugas
yang berat dan sulit,
f).
Cenderung mencari jawaban yang
luas dan memuaskan,
g).
Memiliki sesikasi bergairah
serta aktif dalam melaksanakan tigas,
h).
Berpikir fleksibel,
i).
Menanggapi pernyataan yang
diajukan serta cenderung member jawaban lebih banyak,
j).
Kemampuan membuat analisa dan
sintesis,
k).
Memiliki semangat bertanya
serta meneliti,
l).
Memiliki daya abstraksi yang
cukup baik,
m).
Memiliki latar belakang membaca
yang cukup luas.
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kreatif adalah bagaimana guru
menciptakan kegiatan belajar yang beragam, artinya guru diharapkan dapat
menerapkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu,
siswa juga memiliki peranan dalam hal ini, dimana gurumendorong siswa untuk
dapat mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam proses pembelajaran.
c.
Pembelajaran Efektif Dalam Matematika
Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak
menghasilkan apa yang harus dikuasi siswa setelah proses pembelajaran
berlangsung. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa,
sebab belajar memiliki sajumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Kanold (Arfan
Taupan, 2011: 20 ) mengemukakan bahwa pembelajaran yang harus dicapai dapat
diwujudkan melalui satu resep yang meliputi: (1). Perencanaan, (2). Penyajian
dan, (3). Penutup pertemuan.
Unsur-unsur yang
tercakup dalam tahap perencanaan adalah: (a). Memulai pertemuan dengan tinjauan
singkat atau masalah pembuka selesai, (b). Memulai pembelajaran dengan
pemberitahuan tujuan dan alasan secara singkat, (c). menyajikan bahan
pengajaran baru sedikit demi sedikit, dan diantara bagian-bagian yang sedikit
itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami, bertanya dan sebagainya,
(d). Memberikan petunjuk yang rinci untuk setiap tugas bagi siswa, dan, (e).
memberikan pemahaman siswa dengan jalan mengajukan banyak pertanyaaan dan
memberikan latihan yang cukup banyak, membolehkan siswa bekerja sama sampai
pada tingkat siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri.
Dari segi
penyajian materi pelajaran, unsure-unsur yang harus diperhatikan adalah: (a).
Pemeriksaan pemahaman siswa dilakukan dengan pemberian tugas. Guru memberikan
penjelasan pembuka jalan, kemudian siswa menyelesaikan tugas, kemudian siswa
menyelesaikan tugas itu, lalu erkeliling memeriksa hasil pembelajaran, member
bantuan, dan siswa membuat ringkasan proses atau langkah-langkah penyelesaian
tugas tersebut, (b). Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, siswa
diberi waktu cukup untuk menemukan jawaban, kemudian salah seorang siswa
ditunjuk secara acak untuk menjawab pertanyaan tadi, akhirnya ditawarkan kepada
siswa lain untuk menilai kebenaran atau ketepatannyam, (c). pada pembelajaran
tentang konsep atau prosedur, siswa mengerjakan latihan terbimbing.
Sebelum pertemuan
diakhiri, hal-hal berikut hendaknya diperhatikan, (a). jika waktu tinggal
sedikit, gunakan untuk membuat ringkasan dari pelajaran yang baru saja selesai
disajikan, (b). jika sisa waktu agak banyak, digunakan untuk membicirakan
langkah awal penyelesaian untuk tugas di rumah (PR).
Sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan
belajar mengajar secara efektif dan efisiean, yaitu:
a).
Perlu bimbingan,
b).
Kondisi dan strategi belajar,
c).
Metode belajar,
d).
Strategi belajer
Berdassarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajara dikatakan efektif
apabila proses pembelajaran yang telah ditetapkan telah tercapai dengan baik
dan efektivitas suatu pembelajaran dapat terwujud melalui belajar bermakana.
Disamping itu, guru juga mencapai tujuan pembelajaran dan siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan.
d.
Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan
Proses
pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak.
Seluruh potensi itu hanya dapat dikembangkan manakala siswa terbebas dari rasa
takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses
pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Agar siswa dapat
memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Penciptaan suasana
belajar yang menyenangkan dapat pula diwujudkan melalui penerapan teknik-teknik
mengajar yang sesuai dengan kondisi anak didik. Oleh karena itu, kurikulum
harus senantiasa dievaluasi dan direvisi, agar bahan ajar yang disajikan
sejalan dengan perkembangan peserta didik, dan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mempunyai daya jangkau kedepan. Cara lain yang
dapat ditempuh sehingga suasana kelas dapat lebih menyenangkan adalah
penggunaan alat peraga.
Dave Meier
(Indrawati, 2009: 16) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai
suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti
suasana ribut, hura-hura, kesenangan ang sembrono dan kemeriahan yang dangkal.
Ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan adalah sebagai berikut:
a).
Rileks
b).
Bebas dari tekanan
c).
Aman
d).
Bangkitnya minat belajar
e).
Adanya keterlibatan penuh
f).
Perhatian peserta didik
tercurah
g).
Lingkungan belajar yang menarik
(misalnya keadaan kelas tenang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta
didik bergerak)
h).
Bersemangat
i).
Perasaan gembira
j).
Konsentrasi tinggi
Menurut Rose dan
Nocholl (Arfan Taupan, 2011: 22 ) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran yang
menyenangkan adalah sebagai berikut:
a).
Menciptakan lingkungan tanpa
stress (rileks), yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun
dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b).
Menjamin bahwa bahanajar itu
relevan. Anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya bahan
ajar.
c).
Menjamin bahwa belajar secara
emosional adalah positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika
belajar dilakukan bersama orang lain, ketika adanya humor dan dorongan
semangat, waktu rahat jeda yang teratur.
d).
Melibatkan secara sadar semua
indra dan otak kiri maupun kanan.
e).
Menantang peserta didik untuk
dapat berpikir jauh kedepan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari,
dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan yaitu dimana guru
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman memperhatikan
penjelasan guru, aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan dalalm
proses belajar mengajar.
2). Cici-ciri/karakteristik
PAKEM
Adapun
ciri-ciri/karakteristik PAKEM antara lain sebagai berikut:
a).
Pembelajarannya mengaktifkan
peserta didik
b).
Mendorong kreativitas peserta
didik dan guru
c).
Pembelajarannya efektif
d).
Pembelajarannya menyenangkan
utamanya bagi peserta didik.
3). Prinsip PAKEM
Dalam pelaksanaan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyanangkan sekurang-kurangnya ada
empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasikan, yaitu:
a).
Mengalami
Dalam hal
memahami, siswa belajarbanyak melalui berbuat dan pengalaman langsung dengan
mengaktifkan banyak indra serta terlibat secara aktif baik, mental, maupun
emosional. Beberapa contoh dari prinsip mengalami ini adalah melakukan
pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, dan penggunaan alat peraga.
b).
Interaksi
Interaksi antara
sisiwa dengan siswa maupun siswwa dengan guru perlu untuk dijaga agar
mempermudah dalam proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran memungkinkan
terjadinya interaksi multi arah. Dengan interaksi, pembelajaran menjadi lebih
hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makana yang terbangun
semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat.
c).
Komunikasi
Komunikasi dapat
diartikan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja
belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik, karena kegiatan
pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik.
d).
Refleksi
Refleksi berarti
memikirkan kembali apa yang diperbuat. Melalui refleksi kita dapat mengetahu
efektivitas pembelajaran yang sudah berlangsung, karena kegiatan pembelajaran
memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan.
Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang
bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran.
4). Kelemahan PAKEM
Pembelajaran PAKEM
erupakan suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas, kreatifitas, efektivitas
serta menyenangkan, akan tetapi PAKEM juga mempunyai kelemahan dalam prosesnya.
Adapun kelemahan PAKEM yaitu sebagaimana telah dijelaskan sebelaumnya,bahwa
PAKEM menuntut seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam pembejajaran,
sehingga mampu memberikan inspirasi dan
motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Apabila guru
pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
Kelemahan lainnya
adalah pendekatan ini mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif,
dan kreatif dalam mencari dan merandang media/bahan ajar alternatif yang mudah
murah, dan sederhana, namun relevan dengan tema pelajaran yang sedang
dipelajari.
5). Hal-hal yang penting dalam
pelaksanaan PAKEM
Dalam pelaksanaan
PAKEM ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a).
Memahami sifat yang dimiliki
anak.
Pada dasarnya anak
memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang
kaya, atau anak orang miskin, semua terlahir dengan kedua sifat tersebut. Sifat
tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan
kreatif.
b).
Mengenal anak secara perorangan.
Para siswa berasal
dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda.
Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu diperhatikan dan harus
tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
c).
Memenfaatkan prilaku anak dalam
pengorganisasian belajar.
Sebagi makhluk
sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan atau berkelompok.
Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam mrlakukan
tugas atau membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara berpasangan atau
berkelompok.
d).
Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya
hidup ini adalah untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif kritis. Untuk menganalisis masalah dan
kreatif untuk melahirkan alternaitf pemecahan masalah.
e).
Mengembangkan ruang kelas
sebagai lingkkungan belajaryang menarik.
Ruang kelas yang
menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas.
f).
Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar.
Lingkungan (fisik,
sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sngat kaya untuk bahan belajat anak.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek
kajian (sumber belajar).
g).
Memberikan umpan balik yang
baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
Mutu hasil belajar
akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.pemberian umpan balik dari
guru kepada sisiwa merupakan salah satu bentuk interksi antara guru dan siswa
tersebut.
h).
Membedakan aktif fisik dan
aktif mental
Banyak guru yang
malah merasa puas bila menyaksikan para siswa agak sibuk bekerja dan bergerak.
Apalagi jika bangku dan media diatur berkelompok serta siswa duduk saling
berhadapan.
6). Pelaksanaan PAKEM
Secara garis
besar, gambaran pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM) adalah sebagai berikut:
(1).
Siswa belajar dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalaui berbuat.
(2).
Guru menggunakan bebagai alat
bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok
bagi siswa.
(3).
Guru mengatur kelas dengan
memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok
baca”.
(4).
Guru menerapkan cara belajar
yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
(5).
Guru mendorong siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, unntuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
B. Kerangka Berpikir
Salah satu
karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat
abstrak ini mengakibatkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika, yang pada akhirnya rendahnya hasil belajar matematika. Bila
ditelaah lebih lanjut rendahmya prestasi metemasika siswa disebabkan oleh
banyak faktor, antara lain dari siswa sendiri yang mengalami masalah secara
keseluruhan atau sebagian dalam matematika. Selain tu, proses belajar
matematika belum sepenunya bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep
sangat lemah.
Pembelajaran PAKEM
merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan
kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya
dengan penekanan belajar sambil bekarja. Sementara menggunakan berbagai sumber
dan alat bantu belajar termasuk pemilihan lingkungan supaya pembelajaran
menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
Berdasarkan uraian
tersebut, maka pembelajaran PAKEM diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas siswa kelas SMP Negeri 1 Palopo. Secara sisteamtis,
kerangka berfikir ini dapat digambarkan pada skema berikut:
Gambar 2. 1 Skema Kerangka berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian
pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakannya
adalah: ”Jika dalan pembelajaran digunakan pembelajaran PAKEM maka hasil
belajar matematika siswa kelas SMP Negeri 1 Palopo akan meningkat.
IV. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas VIIIB (classroom action research) yang pelaksanaannya meliputi:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, obserfasi, dan refleksi.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo tahun ajaran 2011/2012 dengan
jumlah siswa 31 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 14 perempuan.
C. Faktor yang Diteliti
Faktor yang
diteliti dalam penelitian ini addalah:
1)
Faktor input, yaitu materi dan
metode/pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses
pembelajaran langsung.
2)
Faktor proses, yaitu denga
melihat interaksi siswa di dalam kelas, baik itu antara siswa dengan gurumaupun
interaksi antara siswa dan siswa lainnya, serta melihat aktivitas, kreativitas,
kreativitas dan unsur menyenangkan dalam proses pembelajaran.
3)
Faktor output, yaitu dengan
melihat atau meneliti peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan
pembelajaran PAKEM.
D.
Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahtafsiran dalam memahami istilah dalam penelitian
ini, maka perlu diberi batasan sebagai berikut:
a). Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan adalah salah satu pendekatan yang digunakan
dalam proses pembelajaran. aktif
diartikan peserta didik maupun guru
berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. kreatif diartikan guru memberi variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dan membuat alat bantu
belajar, bahkan menciptakan teknik-teknik mengajar tertentu sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik
dan tujuan belajarnya. Efektif yang diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan
(Kompetensi) merupakan pijakan utama suatu
rancangan pembelajaran. Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar-mengajar
yang “Hidup”, Semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan
mendorong pemusatan perhatian peserta didik terhadap belajar.
b).
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam menampilkan
pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari yang meliputi konsep
matematika, rumus, serta kemampuan dalam menyelesaikan tes yang diberikan pada
setiap akhir siklus.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur
penelirian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Kedua siklus ini yaitu
siklus I dan siklus II, dimana siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan dan
siklus II juga berlangsung selama 4 kali pertemuan. Sesuai dengan hakekat
penelitian tindakan kelas, siklus II meripakan perbaikan dari siklus I.
Pada setiap siklus
terdiri dari4 tahap yaitu: (1). Tahap perencanaan, (2). Tahap tindakan, (3).
Tahap observasi, dan (4). Tahap refleksi. Secara rinci prosedur penelitian
tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
1.
Siklus I
a). Tahap pecencanaan
Pada saat ini, ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh peneliti sebelum
memerankan dirinya sebagai guru dalam kelas. Adapun hal-hal yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1).
Melaksakan observasi awal pada
kelas tempat peneltian.
2).
Menelaah kurikulum yang sedang
berjalan pada semester ganjil tahun
ajaran 2011/2012.
3).
Mmbuat perangkat pembelajaran
pada setiap pertemuan yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4).
Membuat lembar observasi untuk
mengamati keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, antara lain kehadiran,
kreativitas, efektivitas.
5).
Membuat alat bantu untuk
mendukung terlaksananya pembelajaran PAKEM.
6).
Mendesain alat evaluasi untuk
melihat apakah pembelajaran PAKEM
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
b). Tahap tindakan
Tahap ini
merupakan implementasi atau tindak lanjut dari tahap perencanaan, adapun yang
akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1).
Tiap pertemuan diawali dengan
pemberian motivasi serta tujuan pembelajaran kepada siswa.
2).
Guru menyampaikan pembelajaran
yang digunakan yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM).