Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Metode Pembelajaran. Show all posts

Saturday, 25 June 2016

Metode Drill

A. Pengertian Metode Drill


Sebelum mendefinisikan tentang metode drill terlebih dahulu mengetahui tentang metode mengajar itu sendiri. Abu Ahmad mengatakan “Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan”. Oleh karena itu peranan metode pengajaran ialah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan mengajar guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif di bandingkan dengan gurunya. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan kondisi pembelajaran.
Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan oleh guru adalah bagaimana guru memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh tetapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh guru. Abu Ahmad mengatakan, ”metode drill adalah suatu
cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan- kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari”.
Sedangkan Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain berpandapat, Metode latihan yang disebut juga dengan metode training yaitu merupakan suatu cara kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan ketrampilan.
Dalam buku Nana Sudjana, Metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa drill adalah latihan dengan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinyu/untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan. Harus disadari sepenuhnya bahwa apabila penggunaan metodc tersebut tidak/kurang tepat akan menimbulkan hal-hal yang negatif; anak kurang kreatif dan kurang dinamis.
B. Macam-macam Metode Drill
Bentuk- bentuk Metode drill menurut Muhaimin dan Abdul Mujib, dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk teknik, yaitu sebagai berikut:
1. Teknik Inquiry (kerja kelompok)
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajar sekelompok anak didik untuk bekerja sama dan memecahakan masalah dengan cara mengerjakan tugas yang diberikan.
2. Teknik Discovery (penemuan)
Dilakukan dengan melibatkan anak didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi.
3. Teknik Micro Teaching
Digunakan untuk mempersiapkan diri anak didik sebagai calon guru untuk menghadapi pekerjaan mengajar di depan kelas dengan memperoleh nilai tambah atau pengetahuan, kecakapan dan sikap sebagai guru.
4. Teknik Modul Belajar
Digunakan dengan cara mengajar anak didik melalui paket belajar berdasarkan performan (kompetensi).
5. Teknik Belajar Mandiri
Dilakukan dengan cara menyuruh anak didik agar belajar sendiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Tidak disangka ternyata di dalam metode drill itu sendiri juga terdapat beberapa teknik yang bisa dipakai untuk melaksanakan metode drill tersebut. Yang mana semua metode tersebut bagus untuk pembelajaran tetapi semua itu tidak terlepas dari pemilihan materi yang cocok dengan teknik metode tersebut.
C. Tujuan Penggunaan Metode Drill
Metode drill biasanya digunakan untuk tujuan agar siswa:

  1. Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalakan kata-kata, menulis, mempergunakan alat,
  2. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,menjumlahkan, 
  3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan yang lain.

Dengan adanya tujuan tersebut, kita bisa mengetahui berbagai kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik.

D. Syarat-Syarat Dalam Metode Drill

  1. Masa latihan harus menarik dan menyenangkan.
  2. Agar hasil latihan memuaskan, minat instrinsik diperlukan.
  3. Tiap-tiap langkah kemajuan yang dicapai harus jelas.
  4. Hasil latihan terbaik yang sedikit menggunakan emosi
  5. Latihan-latihan hanyalah untuk ketrampilan tindakan yang bersifat otomatik.
  6. Latihan diberikan dengan memperhitungkan kemampuan/daya tahan murid, baik segi jiwa maupun jasmani.
  7. Adanya pengerahan dan koreksi dari guru yang melatih sehingga murid tidak perlu mengulang suatu respons yang salah.
  8. Latihan diberikan secara sistematis.
  9. Latihan lebih baik diberikan kepada perorangan karena memudahkan pengarahan dan koreksi.
  10. Latihan-latihan harus diberikan terpisah menurut bidang ilmunya.

E. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam penggunaan teknik latihan agar bila berhasil guna dan berdaya guna perlu ditanamkan pengertian bagi instruktur maupun siswa ialah:

  1. Tujuan harus dijelaskan kepada siswa sehingga selesai latihan mereka diharapkan dapat mengerjakan dengan tepat sesuai apa yang diharapkan.
  2. Tentukan dengan jelas kebiasaan yang dilatihkan sehingga siswa mengetahui apa yang harus dikerjakan.
  3. Lama latihan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
  4. Selingilah latihan agar tidak membosankan.
  5. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan siswa untuk perbaikan secara klasikal sedangkan kesalahan perorangan dibetulkan secara perorangan pula.

Guru perlu memperhatikan dan memahami nilai dari latihan itu sendiri serta kaitannya dengan keseluruhan pelajaran di sekolah. Dalam persiapan sebelum memasuki latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan pelajaranpelajaran lain yang diterimanya. Persiapan yang baik sebelum Iatihan mendorong/mernotivasi siswa agar responsif yang fungsional, berarti dan bermakna bagi penerima pengetahuan dan akan lama tinggal dalam jiwanya karena sifatnya permanen, serta siap untuk digunakan/dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan.
E. Prinsip Dan Petunjuk Menggunakan Metode Drill

  1. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu.
  2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
  3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
  4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
  5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
  6. Drill hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis.
  7. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersikap diagnostik: a. Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna. b. Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul. c. Respon yang benar harus diperkuat. d. Baru kemudian diadakan variasi, perkembangan arti dan kontrol
  8. Masa latihan secara relatif singkat, tetapi harus sering dilakukan.
  9. Pada waktu latihan harus dilakukan proses essensial.
  10. Di dalam latihan yang pertama-tama adalah ketepatan, kecepatan dan pada akhirnya kedua-duanya harus dapat tercapai sebagai kesatuan.
  11. Latihan harus memiliki arti dalam rangka tingkah laku yang lebih luas.
  12. Sebelum melaksanakan, pelajar perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
  13. Ia perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk kehidupan selanjutnya.
  14. Ia perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.
Latihan itu pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau ketrampilan dari apa yang telah dipelajari. Tapi juga tidak lepas dari seberapa jauh kemampuan siswa tersebut. Selain itu, metode ini tidak usah terlalu lama digunakan, asalkan sering dipakai. Sehingga murid lama-kelamaan akan terbiasa dengan penggunaan metode tersebut. Jadi
metode ini tidak boleh terlalu dipaksakan ketika siswa sudah dirasa tidak mampu menerima materi tersebut dengan metode ini. Mengingat latihan ini kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berfikir, maka hendaknya guru/pengajar memperhatikan tingkat
kewajaran dari metode ini:

  1. Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik seperti menulis, permainan, pembuatan dan lain-lain.
  2. Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-rumus dan lain-lain.
  3. Untuk melatih hubungan, tanggapan seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul peta dan lain-lain.
F. Langkah-Langkah penerapan Drill
Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan itu perlu instruktur/guru memperhatikan langkah-langkah/prosedur yang disusun demikian:

  1. Gunakanlah latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang dilakukan secara otomatis, ialah yang dilakukan siswa tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang mendalam. Tetapi dapat dilakukan dengan cepat seperti gerak refleks saja, seperti: menghafal, menghitung, lari dan sebagainya.
  2. Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. Latihan itu juga mampu menyadarkan siswa akan kegunaan bagi kehidupannya saat sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Juga dengan latihan itu siswa merasa perlunya untuk melengkapi pelajaran yang diterimanya.
  3. Di dalam latihan pendahuluan instruktur harus lebih menekankan pada diagnosa, karena latihan permulaan itu kita belum bisa mengharapkan siswa dapat menghasilkan ketrampilan yang sempurna. Pada latihan berikutnya guru perlu meneliti kesukaran atau hambatan yang timbul dan dialami siswa, sehingga dapat memilih/menentukan latihan mana yang perlu diperbaiki. Kemudian instruktur menunjukkan kepada siswa respons/tanggapan yang telah benar dan memperbaiki respons-respons yang salah. Kalau perlu guru mengadakan variasi latihan dengan mengubah situasi dan kondisi latihan, sehingga timbul response yang berbeda untuk peningkatan dan penyempurnaan kecakapan atau ketrampilannya.
  4. Perlu mengutamakan ketepatan, agar siswa melakukan latihan secara tepat, kemudian diperhatikan kecepatan; agar siswa dapat melakukan kecepatan atau ketrampilan menurut waktu yang telah ditentukan; juga perlu diperhatikan pula apakah respons siswa telah dilakukan dengan tepat dan cepat.
  5. Guru memperhitungkan waktu/masa latihan yang singkat saja agar tidak meletihkan dan membosankan, tetapi sering dilakukan puda kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan kemungkinan rasa gembira itu bisa menghasilkan ketrampilan yang baik.
  6. Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan proses yang esensial/yang pokok atau inti; sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah/tidak perlu kurang diperlukan.
  7. Instruktur perlu memperhatikan perbedaan individual siswa. Sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masing-masing tersalurkan/dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengawasi dan memperhatikan latihan perseorangan. Dengan langkahlangkah itu diharapkan bahwa latihan akan betul-betul bermanfaat bagi siswa untuk menguasai kecakapan itu. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di sekolah.

G. Keuntungan atau Kelebihan Metode Drill

  1. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, kemauan dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
  2. Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti dan mendorong daya ingatnya.
  3. Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera serta langsung dari guru, memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.
  4. Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
  5. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari.
  6. Guru bisa lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran.
  7. Untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, kata-kata atau kalimat, membuat alat-alat, menggunakan alat-alat (mesin permainan dan atletik) dan terampil menggunakan peralatan olah raga.
  8. Untuk memperoleh kecakapan mental dan memperoleh kecakapan dalam bentuk asosiasi yang dibuat serta pembentukan kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan serta kecepatan pelaksanaan.
  9. Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan yang tidak memerlukan konsentrasi dalam pelaksanaannya serta pembentukan kebiasaan-kebiasaan tersebut.

Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang.
Dengan adanya berbagai keuntungan dari penggunaan metode drill ini maka diharapkan bahwa latihan akan benar-benar bermanfaat bagi siswa untuk menguasai materi tersebut. Serta dapat menumbuhkan pemahaman untuk melengkapi penguasaan pelajaran yang diterima secara teori dan praktek di sekolah.
H. Kelemahan Metode Drill dan Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan- Kelemahan Tersebut
1. Kelemahan Metode Drill
a. Latihan Yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali menimbulkan kebosanan.
b. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok belajar/latihan.
c. Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
d. Latihan yangs selalu diberikan di bawah bimbingan guru, perintah guru dapat melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.
e. Karena tujuan latihan adalah untuk mengkokohkan asosiasi tertentu, maka murid akan merasa asing terhadap semua struktur-struktur baru dan menimbulkan perasan tidak berdaya.
f. Menghambat bakat dan inisiatif siswa, karena siswa lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
g. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dan kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton, mudah membosankan.
h. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seolah- olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis.
i. Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghafal dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hafalan dan secara otomatis mengingatkannyabila ada pertanyaan- pertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berfikir secara logis.
Sebagai suatu metode yang diakui banyak mempunyai kelebihan, juga tidak dapat disangkal bahwa metode drill ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Maka dari itu, guru yang ingin mempergunakan metode drill ini kiranya tidak salah bila memahami karakteristik metode ini terlebih dahulu.
2. Petunjuk Untuk Mengurangi Kelemahan-Kelemahan di Atas
a. Janganlah seorang guru menuntut dari murid suatu respons yang sempurna, reaksi yang tepat.
b. Jika terdapat kesulitan pada murid pada saat merespon, mereaksi, hendaknya guru segera meneliti sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan tersebut.
c. Berikanlah segera penjelasan-penjelasan, baik bagi reaksi atau respon yang betul maupun yang salah. Hal ini perlu dilakukan agar murid dapat mengevaluasi kemajuan dari latihannya.
d. Usahakan murid memiliki ketepatan merespon kemudian kecepatan merespon.
e. Istilah-istilah baik berupa kata-kata maupun kalimat-kalimat yang digunakan dalam latihan hendaknya dimengerti oleh murid. Sebelum kita memulai metode tersebut hendaknya kita mengetahui tentang kelemahan-kelemahan yang akan kita hadapi nantinya. Sehingga guru bisa memprediksi apa-apa yang akan terjadi ketika metode ini tidak berhasil. Tetapi kelemahan tersebut bisa diatasi apabila guru mengetahui petunjuk supaya kekurangan tersebut bisa sedikit teratasi.
I. Latihan Siap (Drill) Cocok Digunakan Bilamana untuk Memperoleh:

  1. Kecakapan motorik, seperti mengulas, menulis, menghafal, membuat alatalat, menggunakan alat/ mesin, permainan dan atletik.
  2. Kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal tanda-tanda simbol dan sebaginya.
  3. Asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya.
  4. Dalam mengajarkan kecakapan dengan metode latihan siap guru harus mengetahui sifat kecakapan itu sendiri.
  5. Kecakapan sebagai penyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata.
  6. Kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pergaulan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi.

Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode drill ini, ada dua fase
yaitu:

  1. Fase integratif, dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan.
  2. Fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang derulang kali. Jadi variasi praktek di sini ditujukkan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditunjukkan untuk mempertinggi efensiensi, bukan untuk mendalami arti.

Friday, 24 June 2016

Metode Penugasan (Resitasi)

A. Pengertian Metode Penugasan (Resitasi)
Yang dimaksud dengan metode tugas (resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah “cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggung jawabkannya.” Misalnya tugas ayang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan dalam kelas, halaman sekolah, perpustakaan, masjid atau dimana saja asalkan tugas tersebut dikerjakan, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru. Dalam percakapan sehari-hari metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi sebenarnya metode ini lebih luas dari pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari tiga fase antara lain: pertama pendidik memberikan tugas, kedua anak didik melaksanakan tugas belajar, dan ketiga siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah dipelajari.
Dengan cara ini diharapkan agar siswa belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan ini, karena dengan tugas ini siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain. Merangsang anak didik agar lebih giat belajar lagi, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan berdiri sendiri, memperkaya kegiatan luar, memperkuat hasil belajar. Selain itu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang berguna dan konstruktif.
Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementar waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini dapat digunakan. Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan atau satu perintah membaca suatu bahan pelajaran kemudian didiskusikan di dalam kelas, atau mencari uraian yang belum jelas disebutkan dalam buku pelajaran. Dapat juga tugas secara lisan, mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Hanya diharapkan bila guru memberikan tugas kepada siswa, hari berikutnya agar dicek, dikerjakan apa tidak. Kemudian dievaluasi untuk memotvasi siswa agar mengetahui hasil kerja siswa. Tugas dapat berupa perintah kemudian siswa mempelajari bersama secara kelompok atau sendiri, kemuadian mereka disuruh menyusun laporan atau didiskusikan dengan seluruh siswa. Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya, selain itu siswa menjadi terhasil untuk mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B. Fase Memberikan Tugas (Resitasi)
Yakni guru memberikan tugas-tugas yang baik secara perorangan yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan:

  1. Tujuan yang akan dicapai.
  2. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut.
  3. Sesuai dengan kemampuan siswa.
  4. Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa.
  5. Disediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.

C. Pelaksanaan Tugas (resitasi)

  1. Memberikan atau pengawasan oleh guru. 
  2. Di berikan dorongan sehingga siswa mau bekerja.
  3. Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
  4. Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang dia peroleh dan sistematis.

D. Fase Mempertanggung Jawabkan Tugas
Hal yang harus dikerjakan dalam fase ini:

  1. Laporan siswa baik lisan maupun tertulis dari apa yang dikerjakan.
  2. Ada tanya jawab atau diskusi kelompok.
  3. Penilaian dari para siswa baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya. Dan fase mempertanggung jawabkan inilah yang disebut dengan resitasi.

Adapun menurut Zakiyyah Darajat Pemberian tugas dapat dilakukan dalam beberapa hal, yaitu:

  1. Murid diberi tugas mempelajari bagian dari suatu buku teks baik secara kelompok maupun secara perorangan. Diberi waktu tertentu untuk mengerjakannya, kemudian murid yang bersangkutan mempertanggungjawabkan.
  2. Murid diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu yang tujuannya melatih mereka dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan motorik.
  3. Murid diberi tugas untuk mengatasi masalah tertentu atau problem tertentu dengan cara mencoba untuk mengucapkannya. Dengan tujuan agar murid biasa berfikir ilimiah (logis dan sistematis) dalam memecahkan suatu masalah.
  4. Murid diberi tugas untuk melaksanakan proyek dengan tujuan agar murid-murid membiasakan diri untuk brtanggungjawab terhadap penyelesaian suatu masalah, yang telah disediakan dana bagaimana mengolah selanjutnya.

Dalam metode pemberian tugas atau resitasi ini syarat yang harus diketahui oleh pendidik dan siswa yang diberi tugas yaitu:

  1. Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga muri disamping sanggup mengerjakannya juga sanggup menghubungkannya dengan pelajaran-pelajaran tertentu.
  2. Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada murid akan dapat dilaksanakannya karena sesuai kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya.
  3. Guru harus menanamkan kepada murid bahwa tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang ditimbul dari hati sanubarinya.
  4. Jenis tugas diberikan kepada murid harus dimengerti benar-benar sehingga murid tidak ada keraguan dalam melaksanakannya.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi)
Dalam penggunaan suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan metode ini.
1. Kelebihan Metode Tugas (Resitasi)

  • Karena siswa memahami sendiri pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan jiwanya.
  • Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, tanggung jawab dan melatih berdiri sendiri.
  • Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok.

2. Kekurangan Metode Tugas (Resitasi)

  • Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan atau hanya meniru pekerjaan temannya.
  • Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik.
  • Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa.