Showing posts with label Penelitian. Show all posts
Showing posts with label Penelitian. Show all posts

Thursday 19 September 2019

Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian disebut instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur variabel yang diteliti. Setelah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan insterumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya.Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Sebuah instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan reabilitas dan validitas.  Instrumen penelitian hendaknya dibuat sendiri oleh peneliti.


Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen penelitian terdiri dari:
1. Tes (test)
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Kuisioner (angket)
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan responden. Di samping cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar, dan tersebar di wilayah yang luas.
3. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dan lebih mendalam pada responden yang jumlah sedikit.
4. Observasi (Pengamatan)
Sutrisno Hadi (Suardika, 2010)  mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam, proses kerja dan penggunaan responden kecil. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan film dokumenter dan data lain yang relevan.
6. Rating scale (skala bertingkat)
Rating scale adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berisi skala yang bertingkat yang harus dipilih dengan cara melingkari (0). Pada rating scale, data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Tuesday 8 January 2019

Perbedaan Penelitian Tindakan (PTK) dengan Eksperimen



A.  Penelitian Tindakan (PTK)
Penelitian tindakan adalah suatu penyelidikan atau penelitian dalam konteks usaha yang berfokus pada peningkatan kualitas organisasi serta kinerjanya. Biasanya didesain serta dilakukan oleh praktisi yang menganalisa data untuk mengingkakan mutu praktek mereka. Penelitian tindakan dapat dilakukan dalam suatu tim atau oleh perorangan. Pendekatan penelitian dengan tim disebut sebagai Penelitian Kolaborativ.

Penelitian tindakan memiliki potensi untuk menciptakan peningkatan yang relatif stabil disekolah. Hal ini memberikan kemungkinan baru kepada pendidik untuk melakukan refleksi terhadap cara mengajar mereka, mencari dan menguji ide, metoda, material baru, serta melihat seberapa efektifnya suatu pendekatan baru, berbagi upan balik dengan anggota tim lainnya, membuat keputusan mengenai pendekatan yang akan digunakan dalam satu tim mengenai evaluasi terhadap kurikulum, instruksi serta sistem evaluasi.

Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan beberapa kali siklus, karena dalam penelitian tindakan fokus pada sisi perbaikan. Artinya, penelitian tindakan ini memberikan beberapa kali perlakuan sampai ditemukan hasil yang maksimal. Jika dalam satu kali perlakuan sudah didapatkan hasil yang optimal, maka penelitian tindakan hanya cukup pada satu siklus saja, namun hal ini ini jarang terjadi.

B.  Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis, dan terkontrol untuk memprediksi atau mengontrol fenomena. Penelitian eksperimen bertujuan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat (cause and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen. Hasilnya dibandingkan dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Oleh karenanya, penelitian eksperimen bertujuan untuk pengajuan hipotesis penelitian, memprediksi kejadian atau peristiwa di alam latar eksperimental, untuk menarik generalisasi hubungan-hubungan antar variabel.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan desain atau uji coba dengan mengajukan stimuli baru atau perlakuan pada sampel penelitian. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil penelitian dengan menguji hipotesis yang diajukan sebagai simpulan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti juga dituntut untuk kritis dalam memahami faktor-faktor pengaruh yang mungkin mendasari obyek eksperimen. Dengan demikian, maka hasil penelitian benar-benar diperoleh dari stimuli atau perlakuan yang dieksperimenkan.

C.  Kesimpulan
Dari wacana di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai perbedaan penelitian tindakan dengan penelitian eksperimen seperti di bawah ini:

Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan satu kali, karena dalam penelitian eksperimen hanya sekedar menguji hipotesis. Sedangkan penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan beberapa kali siklus, karena penelitian berahir jika hasil yang diperoleh sudah maksimal atau sesuai dengan ukuran yang diberikan.

Penelitian eksperimen menekankan hasil, karena hasil pengujian hipotesis yang diperoleh pasti diterima meskipun nihil. Sedangkan penelitian tindakan kelas (PTK) menekankan pada proses, karena selama hasil belum dicapai dimungkinkan terjadi kekurang tepatan proses yang dilakukan.

Penelitian eksperimen dapat digunakan dalam prosedur penelitian tindakan, misalnya dengan bereksperimen berbagai metode sampai hasilnya sesuai. Sedangkan penelitian tindakan tidak termasuk dalam prosedur penelitian eksperimen. 

Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif



Berikut ini perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif ditinjau dari beberapa hal:
1.  Teori
Penelitian kuantitatif merupakan penganut aliran positivisme, yang perhatiannya ditujukan pada fakta-fakta tersebut. Artinya, pendekatan ini berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
Adapun penelitian kualitatif menganut aliran femnomenologis, yang menitik beratkan kegiatan penelitian ilmiah dengan jalan penguraian dan pemahaman atas gejala sosial yang diamatinya. Artinya, jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, maka dasar teori sebagai pijakan ialah adanya interaksi simbolik dari suatu gejala dengan gejala lain yang ditafsir berdasarkan pada budaya yang bersangkutan dengan cara mencari makna semantis universal dari gejala yang sedang diteliti.

2.  Pendekatan
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan  kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif, lebih lanjut, mementingkan pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing.  Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

3.  Tujuan
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai “grounded theory research”. Maksudnya, penelitian ini betujuan untuk menemukan ciri-ciri sifat dari fenomena, kemudian dicari hubungan yang mendasarinya hingga menjadi sebuah teori yang terbentuk.
Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variable, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan  hasilnya. Artinya, penelitian ini betujuan untuk verifikasi teori dengan cara perantara pengujian hipotesis dengan teknik statistik,

4.  Desain
Melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat umum, dan berubah-ubah/ berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Kesimpulannya, desain hanya digunakan sebagai asumsi untuk melakukan penelitan, oleh karena itu  desain harus bersifat fleksibel dan terbuka.
Adapun penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, desainnya harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin sebelumnya. Desainnya bersifat spesifik dan detil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian yang akan dilaksanakan sebenarnya. Oleh karena itu, jika desainnya salah, hasilnya akan menyesatkan. Contoh desain kuantitatif: ex post facto dan desain experimental yang mencakup diantaranya one short case study, one group pretest, posttest design, Solomon four group design dan lain-lain.

5.  Analisis Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori baru, contoh dari model analisa kualitatif ialah analisa domain, analisa taksonomi, analisa komponensial, analisa tema kultural, dan analisa komparasi konstan (grounded theory research).
Analisa dalam penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris teori yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara tuntas dengan menggunakan sarana statistik, seperti korelasi, uji t, analisa varian dan covarian, analisa faktor, regresi linear dll.nya.

6.  Data
Pada pendekatan kualitatif, data bersifat deskriptif, maksudnya data dapat berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, artefak dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian dilakukan.
Sebaliknya penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif datanya bersifat kuantitatif/ angka-angka statistik ataupun koding-koding yang dapat dikuantifikasi. Data tersebut berbentuk variable-variabel dan operasionalisasinya dengan skala ukuran tertentu, misalnya skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

7.  Sampel
Sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sample didasarkan pada kualitasnya bukan jumlahnya. Oleh karena itu, ketepatan dalam memilih sample merupakan salah satu kunci keberhasilan utama untuk menghasilkan penelitian yang baik. Sampel juga dipandang sebagai sample  teoritis dan tidak representatif.
Sedang pada pendekatan kuantitatif, jumlah sample  besar, karena aturan statistik mengatakan bahwa semakin sample besar akan semakin merepresentasikan kondisi riil. Karena pada umumnya pendekatan kuantitatif membutuhkan sample yang besar, maka stratafikasi sample diperlukan . Sampel biasanya diseleksi secara random. Dalam melakukan penelitian, bila perlu diadakan kelompok pengontrol untuk pembanding sample yang sedang diteliti. Ciri lain ialah penentuan jenis variable yang akan diteliti, contoh, penentuan variable yang mana yang ditentukan sebagai variable bebas, variable tergantung, varaibel moderat, variable antara, dan variabel kontrol. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan pengontrolan  terhadap variable pengganggu.

8.  Teknik
Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka yang bersangkutan akan menggunakan teknik observasi atau dengan melakukan observasi terlibat langsung, seperti yang dilakukan oleh para peneliti bidang antropologi dan etnologi sehingga peneliti terlibat langsung dengan yang diteliti. Dalam praktiknya, peneliti akan melakukan review terhadap berbagai dokumen, foto-foto dan artefak yang ada. Interview yang digunakan ialah interview tertutup.
Jika pendekatan kuantitatif digunakan maka teknik yang dipakai akan berbentuk observasi terstruktur, survei dengan menggunakan kuesioner, eksperimen dan eksperimen semu. Dalam melakukan interview, biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk mendapatkan seperangkat data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan penelitian dan jenis data yang diperlukan.

9.  Hubungan Peneliti
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan yang dibangun didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila sample itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan sebagai partner bukan obyek penelitian.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan yang diteliti. Hubungan ini seperti hubungan antara subyek dan obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat objektivitas yang tinggi. Pada umumnya penelitiannya  berjangka waktu pendek.

10.  Kelebihan Dan Kekurangan
Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variable-variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses penentuan sample, pengambilan data dan penentuan alat analisanya.

Wednesday 28 November 2012

Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan PTK yakni sebagai berikut.
  1. PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan. 
  2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi. 
  3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik pembelajaran).
Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelak- sanaan tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai berikut.
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. 1. Siklus Kegiatan PTK
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari dua siklus. Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:

A. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah sebagai berikut.
1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk melaksanakan PTK.
2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk menentukan alternatif solusi.
3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara lain sebagai berikut.
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya, jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain sebagai berikut.
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.

B. Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan sebagai berikut.
(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup; (a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

C. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.

D. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.

E. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

Thursday 19 April 2012

Penelitian Tindakan Kelas

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA
KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 PALOPO



PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


Oleh :

IWAN
210 120 069
IIIB
Dosen Pembina: Dra. Hj. Marwati Abdul Malik, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
(UMPAR)
2012
 



I. JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PAKEM PADA SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 PALOPO.

II.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam upaya menciptakan manusia yang berkualitas. Dalam proses pendidikan, terjadi proses transformasi budaya, adat, maupun norma yang mampu mengubah pola pikir manusia. Pendidikan yang baik mampu mengubah manusisa ke arah kedewasaan dan kesempurnaan yang ideal. Kegiatan pendidikan ini memiliki kurikulum yang memuat pelajaran dan materi yang akan diajarkan, salah satu diantaranya adalah pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting disetiap jenjang pendidikan, dalam berbagai disiplin ilmu dan dalam memajukan pola pikir manusia. Tak dapat dipungkiri kalau setiap periode kehidupan manusia tidak lepas dari matematika. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus didasari oleh penguasaan matematika, karena dengan menguasai matematika merupakan kunci utama dalam menguasai ilmu dan teknologi. Matematika adalah salah satu sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis dan kritis dalam diri peserta didik, menekankan pada penguasaan konsep bahkan matematika diperlukan sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran di sekolah, sebagian siswa memandang matematika sebagai mata pelajaran yang membosankan, relatif sulit untuk diterima dengan baik, bahkan menakutkan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya, dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk semua materi, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk satu materi tetapi tidak untuk pelajaran yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pada SMP Negeri 1 Palopo. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan beberapa guru matematika yang mengajar di kelas VIIIB bahwa penguasaan materi matematika oleh siswa tergolong rendah. Disamping itu, sampai dengan saat ini anggapan siswa bahwa mata pelajaran matematika masih merupakan mata pelajaran yang cenderung kurang menarik, membosankan  dan sukar bagi siswa,  Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pada semester II tahun 20010/2011 adalah 60 yang masih berada dibawah Standar Nilai (KKM 65) dan masih banyaknya siswa yang mengikuti Remedial dari guru matematika. Hal ini menandakan bahwa hasil belajar matematika siswa belum menunjukkan hasil yang menggembirakan dan memuaskan, jadi efektifitas pembelajaran belum memperoleh tarap yang tinggi. Dengan demikian belum ada indikasi bahwa pembelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran yang ada di sekolah. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang berminat dalam belajar.
Dari data-data di atas sudah saatnya guru matematika membuka paradigma baru dalam pengajaran matematika di kelas. Dimana matematika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran dikelas melalui pengalaman-pengalaman belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar matematika, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang lebih di kenal dengan istilah PAKEM dapat menciptakan situasi yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika dan pada akhirnya akan berimbas terhadap peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik sekaligus tertantang untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo”.

B.     Rumusam Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah dengan pembelajaran PAKEM  dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo?

C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Negeri 1 Palopo melalui pembelajaran PAKEM.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut:
1.      Bagi Siswa
Proses pembelajaran ini dapat membantu meningkatkan cara belajar yang baik, efektif, efisien dan menyenangkan sehingga hasil belajar akan lebih meningkat.
2.      Bagi Guru.
Sebagai bahan referensi dalam menemukan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan.
3.      Bagi  Sekolah
Dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran, sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
4.      Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman, pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan peneliti sebagai calon guru untuk menjadi profesinya kelak.

II.  KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A.    Kajian Pustaka
1.      Pengertian Belajar
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya reaksinya, daya penerimaannya.
Winkel (Wanwan Setiawan, 2004: 2) mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan sikap. Perubahan itu bersifat tetap dan berbekas. Belajar dapat dipandang sebagai usaha untuk melakukan proses perubahan tingkah laku kearah menetap sebagai pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Hamalik (2007: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh  kekuatan melalui pengalaman (learning is defined as the modificationoor strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, sustu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan bukan penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.
Menurut Slameto (Dahlina, 2011: 4) secara psokologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih jauh dikatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam belajar adalah: 1. Perubahan ini terjadi secara sadar, 2. Perubahan dalam belajar  bersifat kontinu dan fungsional, 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara dan, 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Dari dua pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah sutu proses perrubahan tingkah laku yang bersifat positif dalam diri seseorang. Perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk misalnya dalam bertambahnya penetehuan, pemahaman, keterampilan, dan perubahan sikap.

2.      Pengertian Matematika
Matematika timbul mula-mula karena kebutuhan manusia mempelajari alam. Dari kebutuhan ini alam dijadikan sumber ide-ide yang melalui abstraksi diperoleh konsep matematika. Menurut Hasma (Arifuddin, 2010: 6) menyatakan bahwa konsep matematika yang satu dengan yang lainya berkolerasi membentuk konsep yang baru yang lebih kompleks.
Menurut R. Soejadi (Sudarsono, 2008: 5) ada beberapa definisi matematika, yaitu:
a.       Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b.      Matematika adalah pengetahuan tentang bilanga dan kalkulasi.
c.       Matematika adalah pengetahuan tentang logik dan berhubungan dangan bilangan.
d.      Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif da masalah tentang ruang dan bentuk.
e.       Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
f.       Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut James (Sudarsono, 2008: 5) matematika adalah ilmu tentang logika  mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Begle (Sudarsono, 2008: 5) sasaran atau obyek penelaahan adalah fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Obyek penelaahan tersebut menggunakan symbol-simbol yang kosong dari arti. Ciri ini yang memungkinkan matematika dapat memasuki wilayah bidang studi dan cabang ilmu lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak dan bersifat deduktif yang tidak hanya membahas tentang ruang  dan bilangan tetapi juga berhubungan dengan pola dan struktur.

3.      Hakekat Belajar Matematika
Matematika adalah pelajaran yang berstruktur tersusun secara berurutan, logis dan berjenjang mulai dari yang sederhana sampai tingkat yang paling kompleks, mulai dari yang mudah sampai tingkat yang paling sulit. pelajaran matematika tersusun sedemikian rupa sehingga konsep terdahulu mendasari konsep berikutnya. Jika konsep terdahulu tidak dipahami maka sulit untuk menerima dan memahami konsep selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hudoyo (Arifuddin, 2010: 7) yang menyatakan bahwa mempelajari konsep B yang berdasarkan kepada konsep A, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep A. tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B. Ini berarti mempelajari matematika harus bertahap dan berurutan serta berdasarkan pada pengalaman belajar yang terdahulu.
Menurut Jerome Bruner (Arfan Taufan, 2011: 8) belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat didalam materiyang dipelajari serta mencari hubungan-hubungannya antara konsep-konsep dan struktur-stuktur suatun materi untuk menjadikan materi itu dipahami secara lebih konprehensif.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hudoyo (Arfan Taupan, 2011: 8) yang menyatakan bahwa hakekat belajar matematika itu berkenaan dengan ide-ide dan struktur-struktur  dimana hubungan-hubungannya diatur menurut aturan logis. Ide-ide dan struktur-struktur dalam matematika ini merupakan konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hierarki dan penalarannya deduktif.
Dari uraian di atas  dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses aktif dalam memehami arti dan struktur-struktur, konsep-konsep matematika kemudian menerapkan pada situasi nyata sehingga terjadi  perubahan pengetahuan dan keterampilan.

B.     Pembelajraran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyanangkan (PAKEM).
Istilah PAKEM semula dikembangkan dari istilah AJEL (Aktif Joyful And Efectif Learning).Untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu pada tahun 1999, metode ini dikenal dengan istilah PEAM (Pembelajaran Efektif, Aktif Dan Menyenangkan).seiring dengan perkembangan manajemen berbasis sekolah (MBS), pada tahun 2002 istilah PEAM diganti menjadi PAKEM, yaitu kependekan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pada hakekatnya landasan-landasan teori yang digunakan adalah mengambil teori-teori tentang aktif learning.
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajaran. Pertama, proses interaksi (siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, multi–media, referensi, lingkungan dan sebagainya). Kedua, proses komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita dan dialog). Ketiga, proses refleksi (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan dari apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan. Keempat, proses eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan langsung indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara).
Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyanangkan (PAKEM) termasuk salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas, kreativitas, dan efektivitas siswa, selain itu dalam proses pembelajaran terdapat pula unsur menyenangkan, sehingga siswa tidakmerasa bosan dalam proses kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajarann PAKEM tidak ada langkah-langkah khusus yang mengarah ke pembelajaran tersebut, tetapi ada beberapa model atau metode yang berorientasi PAKEM, diantaranya yaitu pembelajaran berbasis masalah, problem solving, pemberian tugas dan resitasi, dan metode-metode pembelajaran lainnya.

1).    Inovasi Tindakan Yang Dilaksanakan Pada Pendekatan PAKEM
a.      Pembelajaran Aktif Dalam Matematika
Aktif yang dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif dalam bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberika kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif dari seorang siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Menurut Dangnga, M.S (Arfan Taupan, 2011: 12) berpendapat bahwa belajar aktif merupakan pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembangdan bebagi pengetahuan, ketermpilan dan pengalaman.
Pembelajaran aktif atau active learning adalah suatu istilah yang memayungi beberapa model pembelajaran yang memfokuskan tanggung jawab proses pembelajaran pada seorang pelajar. Menurut Taslimuharom (Arfan Taupan, 2011: 13) mengemukakan bahwa proses belajar dapat dikatakan active learning jika mengandung komitmen, tanggung jawab dan motivasi.
a).    Komitmen (ketertarikan pada tugas)
Artinya materi, metode dan strategi pembelajaran bermanfaat untuk siswa, sesuai dengan kebutuhan siswa, dan bersifat pribadi.
b).    Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan suatu proses belajar yang memberi wewenang kepada siswa untuk kritis. Guru lebih banyak mendengar daripada berbicara, menghomati ide­ide siswa, memberi pilihan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk memutuskan sendiri.
c).    Motivasi
Motivasi belajar ada dua macam, yaitu motivasi intrinsikdan ekstrinsik. Dalam pembelajaran ini, motivasi intrinsik siswa harus lebih dikembangkan agar proses belajar yang ditekuninya muncul berdasatkan minat dan inisiatif sendiri, bukan karena dorongan lingkungan atau orang lain. Motivasi belajar siswa akan meningkat karena pendekatan belajar yang dilakukan gurulebih dipusatkan pada siswa.
Active learning dapat dibangun oleh seoarang guru yang gembira , tekun,dan setia pada tugasnya, bertanggung jawab, motivator yang bijak, berpikir positif, terbuka pada ide baru dan saran dari siswa atau orang tuanya/masyarakat, tiap hari energinya untuk siswa supaya belajar kreatif,selalu membimbing, seorang pendengar yang baik, memahami kebutuhan siswa secara individual,dan mengikuti perkembangan pengetahuan.
Paling sedikit ada tiga alasan mengapa belajar aktif perlu diterapkan, yaitu:
a).    Karakeristik anak
Pada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Sifat ingin tahu merupakan modal dasar bagiperkembangan sifat kritis, dan imajinasi bagi prilaku kreatif.
b).    Hakekat belajar
Belajar adalah menemukan dan membangun makna oleh si pembelajar terhadap informasi dan pengalaman yang disaring melalui persepsi, pikiran dan perasaan si pembelajat. Belajar bukanlah proses penyerapan pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Pengetahuan dibangun sendiri dari si pembelajar.
c).    Karakteristik lulusan yang dikehendaki
Agar mampu bertahan dan berhasil dalam hidup, lulusan yang diinginkan adalah generasi yang peka, mandiri (termasuk kreatif), dan bertanggung jawab. Peka berarti berpikir tajam, kritis, dan tanggap terhadap pikiran dan perasaan orang lain. Mandiri berarti berani dan mampu bertindak tanpa selalu bergantung pada orang lain. Bertanggung jawab berarti siap menerima dari keputusan dan tindakan yang diambil.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaaran aktif atau active learningadalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan terlihat secara  pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Oleh karena, itu siswa harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain.

b.      Pembelajaran Kreatif Dalam Matematika
Kreatif yang dimaksud yaitu agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menurut Jerry Wermstroom (Arfan Taupan, 2011: 15) mengatakan bahwa proses kreatif adalah suatu format eksplorasi yang berbeda dengan yang lain, yaitu proses yang dihubungkan dalam pengalaman hidup bukan merupakan suatu model umum, proses pembelajaran yang kreatif adalah suatu tindakan penemuan yang dilakukan secara terus menerus, penggalian yang mendalam dengan hati, pikiran, dan semangat untuk mendapatkan keindahan dan pengalaman baru yang dapat ia rasakan. Belajar dikatakan kreatif bukan dilihat dari orang lain, namun dilihat dari pelaku belajar itu sendiri.
Agar pelaksanaan PAKEM berjalan sebagaimana diharapkan, Jonh B. Biggs dan Rows Telfer (Arfan Taupan, 2011: 15), menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
a).    Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka.
b).    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan.
c).    Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka.
d).   Mendorong siswa umtuk terus maju mencapai dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka.
e).    Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang memberikan samangat pada pekerjaan lain berikutnya.
f).     Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.
g).    Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa.
h).    Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri.
i).      Menyatakan kepada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.
j).      Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa.
k).    Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna pada  siswa.
l).      Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong tejadinya unpan balik dan semangat gairahpada siswa untuk ingin materi lebih dalam.
Randsepp (Endang Supardi, 2004: 11) menyebutkan ciri-ciri tentang pemikiran kreatif sebagai berikut:
a).    Sensitif terhadap masalah-masalah,
b).    Mampu menghasilkan sejumlah ide besar,
c).    Fleksibel,
d).   Keaslian,
e).    Mau mendengarkan perasaan,
f).     Keterbukaan pada gejala bawah sadar,
g).    Mempunyai motivasi,
h).    Bebas dari rasa takut gagal,
i).      Mampu berkonsentrasi, dan
j).      Mempunyai kemampuan memilih.
Berdasarkan survei kepustakaannya, Supriadi (Arfan Taupan, 2011: 17) mengidentifikasi 24 ciri kepribadian kreatif, yaitu:
1)      Terbuka terhadap pengalaman baru,
2)      Fleksibel dalam menyatakan pendapat dan perasaan,
3)      Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan,
4)      Menghargai fantasi,
5)      Tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif,
6)      Mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain,
7)      Mempunyai rasa ingin tahu yang besar,
8)      Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti,
9)      Berani mengambil resiko yang diperhitungkan,
10)  Percaya diri dan mandiri,
11)  Memiliki tanggung jawab dan komitmen pada tugas,
12)  Tekun dan tidak mudah bosan,
13)  Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah,
14)  Kaya akan inisiatif,
15)  Peka terhadap situasi lingkumgan,
16)  Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu,
17)  Memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik,
18)  Tertarik pada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistik, dan menganding teka teki,
19)  Memiliki gagasan yang orisinal,
20)  Mempunya monat yang luas,
21)  Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstuktif bagi pengembangan diri,
22)  Kritis terhadap pendapat orang lain,
23)  Senang mengajukan pertanyaan yang baik, dan
24)  Memiliki kesadaran etika.
Agar pembelajaran PAKEM dapat berjalan dengan lancar, maka sifat kreatif dalam PAKEM tidak boleh dipisahkan, semua hal ini tergantung pada guru dan siswa. Oleh karena itu, pebelajaran kreatif tidak hanya bersumber atau berpusat pada guru, akan tetapi kreativitas itu juga dikembangkan oleh siswa. Hidup di era kompetisiketat saat ini membutuhkan ide-ide kreatif untuk tampil sebagai pemenang, sehingga guru harus mendorong kreativitas anak ddik agar dapat berkembang dengan cepat. Tanpa kreativitas yang terlatih dan mewarnai kehidupan seseorang setiap saat, ia akan terpental dari ketatnya peersaingan dan tajamnya perbedaan yang muncul.
Kreativitas adalah hasil belajar dalam kehidupan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar kecakapan kognitif itu mempunyai tingkatan-tingkatan. Adapun tingkatan –tingkatan yang dimaksud adalah:
a).    Informasi non verbal,
b).    Informasi fakta dan pengetahuan verbal,
c).    Konsep dan prinsip,
d).   Pemecahan masalah dan kreativitas.
Adapun ciri individu yang kreatif:
a).    Hasrat keingin tahuan yang cukup besar,
b).    Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru,
c).    Panjang akal,
d).   Keinginan untuk menemukan dan meneliti
e).    Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit,
f).     Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan,
g).    Memiliki sesikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tigas,
h).    Berpikir fleksibel,
i).      Menanggapi pernyataan yang diajukan serta cenderung member jawaban lebih banyak,
j).      Kemampuan membuat analisa dan sintesis,
k).    Memiliki semangat bertanya serta meneliti,
l).      Memiliki daya abstraksi yang cukup baik,
m).  Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kreatif adalah bagaimana guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, artinya guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Selain itu, siswa juga memiliki peranan dalam hal ini, dimana gurumendorong siswa untuk dapat mengembangkan ide-ide kreatifnya dalam proses pembelajaran.

c.       Pembelajaran Efektif Dalam Matematika
Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup bila proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasi siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa, sebab belajar memiliki sajumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Kanold (Arfan Taupan, 2011: 20 ) mengemukakan bahwa pembelajaran yang harus dicapai dapat diwujudkan melalui satu resep yang meliputi: (1). Perencanaan, (2). Penyajian dan, (3). Penutup pertemuan.
Unsur-unsur yang tercakup dalam tahap perencanaan adalah: (a). Memulai pertemuan dengan tinjauan singkat atau masalah pembuka selesai, (b). Memulai pembelajaran dengan pemberitahuan tujuan dan alasan secara singkat, (c). menyajikan bahan pengajaran baru sedikit demi sedikit, dan diantara bagian-bagian yang sedikit itu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami, bertanya dan sebagainya, (d). Memberikan petunjuk yang rinci untuk setiap tugas bagi siswa, dan, (e). memberikan pemahaman siswa dengan jalan mengajukan banyak pertanyaaan dan memberikan latihan yang cukup banyak, membolehkan siswa bekerja sama sampai pada tingkat siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri.
Dari segi penyajian materi pelajaran, unsure-unsur yang harus diperhatikan adalah: (a). Pemeriksaan pemahaman siswa dilakukan dengan pemberian tugas. Guru memberikan penjelasan pembuka jalan, kemudian siswa menyelesaikan tugas, kemudian siswa menyelesaikan tugas itu, lalu erkeliling memeriksa hasil pembelajaran, member bantuan, dan siswa membuat ringkasan proses atau langkah-langkah penyelesaian tugas tersebut, (b). Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, siswa diberi waktu cukup untuk menemukan jawaban, kemudian salah seorang siswa ditunjuk secara acak untuk menjawab pertanyaan tadi, akhirnya ditawarkan kepada siswa lain untuk menilai kebenaran atau ketepatannyam, (c). pada pembelajaran tentang konsep atau prosedur, siswa mengerjakan latihan terbimbing.
Sebelum pertemuan diakhiri, hal-hal berikut hendaknya diperhatikan, (a). jika waktu tinggal sedikit, gunakan untuk membuat ringkasan dari pelajaran yang baru saja selesai disajikan, (b). jika sisa waktu agak banyak, digunakan untuk membicirakan langkah awal penyelesaian untuk tugas di rumah (PR).
Sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisiean, yaitu:
a).    Perlu bimbingan,
b).    Kondisi dan strategi belajar,
c).    Metode belajar,
d).   Strategi belajer
Berdassarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajara dikatakan efektif apabila proses pembelajaran yang telah ditetapkan telah tercapai dengan baik dan efektivitas suatu pembelajaran dapat terwujud melalui belajar bermakana. Disamping itu, guru juga mencapai tujuan pembelajaran dan siswa mencapai kompetensi yang  diharapkan.

d.      Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak. Seluruh potensi itu hanya dapat dikembangkan manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Agar siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada saat belajar. Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan dapat pula diwujudkan melalui penerapan teknik-teknik mengajar yang sesuai dengan kondisi anak didik. Oleh karena itu, kurikulum harus senantiasa dievaluasi dan direvisi, agar bahan ajar yang disajikan sejalan dengan perkembangan peserta didik, dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempunyai daya jangkau kedepan. Cara lain yang dapat ditempuh sehingga suasana kelas dapat lebih menyenangkan adalah penggunaan alat peraga.
Dave Meier (Indrawati, 2009: 16) memberikan pengertian menyenangkan atau fun sebagai suasana belajar dalam keadaan gembira. Suasana gembira disini bukan berarti suasana ribut, hura-hura, kesenangan ang sembrono dan kemeriahan yang dangkal. Ciri-ciri suasana belajar yang menyenangkan adalah sebagai berikut:
a).    Rileks
b).    Bebas dari tekanan
c).    Aman
d).   Bangkitnya minat belajar
e).    Adanya keterlibatan penuh
f).     Perhatian peserta didik tercurah
g).    Lingkungan belajar yang menarik (misalnya keadaan kelas tenang, pengaturan tempat duduk leluasa untuk peserta didik bergerak)
h).    Bersemangat
i).      Perasaan gembira
j).      Konsentrasi tinggi
Menurut Rose dan Nocholl (Arfan Taupan, 2011: 22 ) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran yang menyenangkan adalah sebagai berikut:
a).    Menciptakan lingkungan tanpa stress (rileks), yaitu lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun dengan harapan akan mendapatkan kesuksesan yang lebih tinggi.
b).    Menjamin bahwa bahanajar itu relevan. Anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya bahan ajar.
c).    Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif. Pada umumnya, hal tersebut dapat terjadi ketika belajar dilakukan bersama orang lain, ketika adanya humor dan dorongan semangat, waktu rahat jeda yang teratur.
d).   Melibatkan secara sadar semua indra dan otak kiri maupun kanan.
e).    Menantang peserta didik untuk dapat berpikir jauh kedepan dan mengekspresikan apa yang sedang dipelajari, dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami bahan ajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menyenangkan yaitu dimana guru menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa merasa nyaman memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan dalalm proses belajar mengajar.

2).    Cici-ciri/karakteristik PAKEM
Adapun ciri-ciri/karakteristik PAKEM antara lain sebagai berikut:
a).    Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik
b).    Mendorong kreativitas peserta didik dan guru
c).    Pembelajarannya efektif
d).   Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik.

3).    Prinsip PAKEM
Dalam pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyanangkan sekurang-kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat diidentifikasikan, yaitu:
a).    Mengalami
Dalam hal memahami, siswa belajarbanyak melalui berbuat dan pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra serta terlibat secara aktif baik, mental, maupun emosional. Beberapa contoh dari prinsip mengalami ini adalah melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, dan penggunaan alat peraga.
b).    Interaksi
Interaksi antara sisiwa dengan siswa maupun siswwa dengan guru perlu untuk dijaga agar mempermudah dalam proses pembelajaran, kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi multi arah. Dengan interaksi, pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makana yang terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat.
c).    Komunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik, karena kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik.
d).   Refleksi
Refleksi berarti memikirkan kembali apa yang diperbuat. Melalui refleksi kita dapat mengetahu efektivitas pembelajaran yang sudah berlangsung, karena kegiatan pembelajaran memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi dapat memberikan peluang untuk memunculkan gagasan baru yang bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran.

4).    Kelemahan PAKEM
Pembelajaran PAKEM erupakan suatu pembelajaran yang menekankan aktivitas, kreatifitas, efektivitas serta menyenangkan, akan tetapi PAKEM juga mempunyai kelemahan dalam prosesnya. Adapun kelemahan PAKEM yaitu sebagaimana telah dijelaskan sebelaumnya,bahwa PAKEM menuntut seorang guru untuk aktif dan kreatif dalam pembejajaran, sehingga mampu memberikan  inspirasi dan motivasi siswa untuk belajar dan mengembangkan kreativitasnya. Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai.
Kelemahan lainnya adalah pendekatan ini mengharuskan seorang guru untuk berperan aktif, proaktif, dan kreatif dalam mencari dan merandang media/bahan ajar alternatif yang mudah murah, dan sederhana, namun relevan dengan tema pelajaran yang sedang dipelajari.

5).    Hal-hal yang penting dalam pelaksanaan PAKEM
Dalam pelaksanaan PAKEM ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a).    Memahami sifat yang dimiliki anak.
Pada dasarnya anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, atau anak orang miskin, semua terlahir dengan kedua sifat tersebut. Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap berpikir kritis dan kreatif.
b).    Mengenal anak secara perorangan.
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran.
c).    Memenfaatkan prilaku anak dalam pengorganisasian belajar.
Sebagi makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam mrlakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara berpasangan atau berkelompok.
d).   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah.
Pada dasarnya hidup ini adalah untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif kritis. Untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternaitf pemecahan masalah.
e).    Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkkungan belajaryang menarik.
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas.
f).     Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sngat kaya untuk bahan belajat anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
g).    Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar.
Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar.pemberian umpan balik dari guru kepada sisiwa merupakan salah satu bentuk interksi antara guru dan siswa tersebut.
h).    Membedakan aktif fisik dan aktif mental
Banyak guru yang malah merasa puas bila menyaksikan para siswa agak sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan media diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.
6).    Pelaksanaan PAKEM
Secara garis besar, gambaran pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah sebagai berikut:
(1). Siswa belajar dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalaui berbuat.
(2). Guru menggunakan bebagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
(3). Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan “pojok baca”.
(4). Guru menerapkan cara belajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
(5). Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, unntuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

B.     Kerangka Berpikir
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini mengakibatkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika, yang pada akhirnya rendahnya hasil belajar matematika. Bila ditelaah lebih lanjut rendahmya prestasi metemasika siswa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain dari siswa sendiri yang mengalami masalah secara keseluruhan atau sebagian dalam matematika. Selain tu, proses belajar matematika belum sepenunya bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep sangat lemah.
Pembelajaran PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekarja. Sementara menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar termasuk pemilihan lingkungan supaya pembelajaran menjadi lebih menarik, menyenangkan, dan efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pembelajaran PAKEM diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas siswa kelas SMP Negeri 1 Palopo. Secara sisteamtis, kerangka berfikir ini dapat digambarkan pada skema berikut:
Gambar 2. 1 Skema Kerangka berpikir

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka rumusan hipotesis tindakannya adalah: ”Jika dalan pembelajaran digunakan pembelajaran PAKEM maka hasil belajar matematika siswa kelas SMP Negeri 1 Palopo akan meningkat.

IV. METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas VIIIB (classroom action research) yang pelaksanaannya meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, obserfasi, dan refleksi.

B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIIB SMP  Negeri 1 Palopo tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah siswa 31 orang yang terdiri dari 17 laki-laki dan 14 perempuan.

C.    Faktor yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini addalah:
1)      Faktor input, yaitu materi dan metode/pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran langsung.
2)      Faktor proses, yaitu denga melihat interaksi siswa di dalam kelas, baik itu antara siswa dengan gurumaupun interaksi antara siswa dan siswa lainnya, serta melihat aktivitas, kreativitas, kreativitas dan unsur menyenangkan dalam proses pembelajaran.
3)      Faktor output, yaitu dengan melihat atau meneliti peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran PAKEM.

D.    Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahtafsiran dalam memahami istilah dalam penelitian ini, maka perlu diberi batasan sebagai berikut:

a).    Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran  aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan  adalah salah satu pendekatan yang digunakan dalam  proses pembelajaran. aktif diartikan  peserta didik maupun guru berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. kreatif diartikan guru  memberi  variasi dalam  kegiatan  belajar-mengajar dan membuat alat bantu belajar, bahkan menciptakan teknik-teknik  mengajar  tertentu  sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dan tujuan belajarnya. Efektif yang diartikan sebagai  ketercapaian  suatu  tujuan (Kompetensi) merupakan  pijakan  utama  suatu rancangan pembelajaran. Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar-mengajar yang “Hidup”, Semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong pemusatan perhatian peserta didik terhadap belajar.

b).   Hasil Belajar Matematika
          Hasil belajar matematika adalah kemampuan siswa dalam menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari yang meliputi konsep matematika, rumus, serta kemampuan dalam menyelesaikan tes yang diberikan pada setiap akhir siklus.

E.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelirian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Kedua siklus ini yaitu siklus I dan siklus II, dimana siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan dan siklus II juga berlangsung selama 4 kali pertemuan. Sesuai dengan hakekat penelitian tindakan kelas, siklus II meripakan perbaikan dari siklus I.
Pada setiap siklus terdiri dari4 tahap yaitu: (1). Tahap perencanaan, (2). Tahap tindakan, (3). Tahap observasi, dan (4). Tahap refleksi. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:

1.      Siklus I
a).    Tahap pecencanaan
Pada saat ini, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh peneliti sebelum memerankan dirinya sebagai guru dalam kelas. Adapun hal-hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1).    Melaksakan observasi awal pada kelas tempat peneltian.
2).    Menelaah kurikulum yang sedang berjalan pada semester ganjil  tahun ajaran 2011/2012.
3).    Mmbuat perangkat pembelajaran pada setiap pertemuan yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
4).    Membuat lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran, antara lain kehadiran, kreativitas, efektivitas.
5).    Membuat alat bantu untuk mendukung terlaksananya pembelajaran PAKEM.
6).    Mendesain alat evaluasi untuk melihat apakah pembelajaran PAKEM  meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika.
b).   Tahap tindakan
Tahap ini merupakan implementasi atau tindak lanjut dari tahap perencanaan, adapun yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1).    Tiap pertemuan diawali dengan pemberian motivasi serta tujuan pembelajaran kepada siswa.
2).    Guru menyampaikan pembelajaran yang digunakan yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).