PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai permasalahan
pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam mempelajari
pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah memberikan
pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan
PTK yakni sebagai berikut.
- PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
- Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna
melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.
- Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK yang meliputi
penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelak- sanaan tindakan yang
diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta refleksi.
Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tinda lanjut. Upaya
tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-langkah pokok
yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya adalah sebagai
berikut.
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut.
Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3. 1. Siklus Kegiatan PTK
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus pertama
yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan atau
hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan siklus
berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk meyakinkan, atau
untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan dalam
siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan sebelumnya
yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/ kesulitan yang ditemukan
dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan dengan
tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama. Jika sudah
selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas, dapat dilanjutkan
pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada
ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung
dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak kurang dari
dua siklus. Rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
A. Penetapan Fokus Permasalahan
Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap dan
keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan ini
disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK adalah
sebagai berikut.
1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru merasa
prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk
mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas untuk
melaksanakan PTK.
2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk
menentukan alternatif solusi.
3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut
melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah
yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis bagi
keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model
tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih
antara lain seperti di bawah ini.
1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan
terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan
praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat menarik
perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-gagasan
awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran. Tahap ini
disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah antara
lain sebagai berikut.
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan
mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran.
(2) Memilah dan mengklasisfikasikan permasalahan menurut jenis/ bidangnya,
jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah
tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang
mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting
untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian dikaji
kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis maupun
teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjut- kan
dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga
dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang
dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat
diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk
spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator
keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait
lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan
masalah yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat.
Contoh rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara
lain sebagai berikut.
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan
yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot
atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai
aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru, kegunaan
metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukan bahwa pemecahan dengan model
tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah dilakukan guru
sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti eksplisit
dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan yang
diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan
penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan
seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi
ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran, kemampuan fasilitas untuk
melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh karena itu, disarankan bagi
peneliti untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, memiliki
nilai praktis bagi guru dan semua yang berkolaborasi dapat memperoleh
pengalaman belajar dalam rangka pengembangan keprofesionalannya.
B. Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan alternatif
tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan
ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang
akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan memanfaatkan
secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang diperoleh di masa
lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk umum rumusan
hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian formal.
Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan tindakan yang
diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil. Hipotesis tindakan
sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat dicontohkan seperti di
bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran IPS.
Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan
sebagai berikut.
(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa rumusan
hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif
tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan
hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.
(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;
(a) Bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan
skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c) Menetapkan
indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.
C. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran diterap- kan.
Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku wajar. Pada
PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan dalam waktu
antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat menyesaikan
sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut disajikan
contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan pada satu
PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih
ketua, sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk
kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota kelompok
bekerja/ belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam OHP untuk
persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil
kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar OHP hasil kerja
kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan
sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
D. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data
Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksa- naan
tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru
apabila ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil
kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar
observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara
obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas
siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau
pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan
untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a) skor tes
essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah pertanyaan
dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil observasi
dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data-data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan dipakai
instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban
lisan selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas
diskusi yang diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui keabsahannya. Berbagai
teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik triangulasi dengan
cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain, atau kriteria tertentu
yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah terkumpul memerlukan
analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan maupun dalam penarikan
kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika dapat digunakan.
E. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup
analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang
dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses
pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan
ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi
dapat teratasi.