Tuesday 3 April 2018

Pendidikan Karakter

Seiring dengan digalakkannya pendidikan karakter, karakter itu sendiri mulai banyak dibicarakan dalam dunia pendidikan. Para ahli telah mendefinisikan beberapa pengertian dari karakter itu sesuai dengan kapabilitas keilmuan masing-masing. Di bawah ini akan dijelaskan secara jelas apa pengertian dari karakter itu sendiri.


A.    Definisi Pendidikan

Menurut UU Sisdiknas, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.

Menurut Wikipedia, pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indnesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Menurut Carter V. Good, Pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.
Sedangkan Pendidikan Menurut Carter V. Good adalah proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (khususnya di sekolah) sehingga iya dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan kepribadiannya.

B.    Definisi Karakter

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yag lain; tabiat; watak. Berkarakter artinya mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; watak (W. J. S Poerwadarminta. 1926: 669).

Hermawan Kertajaya mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut. Dan merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar dan merespons sesuatu. Ciri khas inipun yang diingat oleh orang lain tentang orang tersebut dan menentukan suka atau tidak sukanya mereka terhadap sang individu. Karakter memungkinkan perusahaan atau individu mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan karena karakter memberikan konsistensi, integritas dan energi (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 13).

Sedangkan menurut Hamka karakter adalah watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia. Sebagai contoh sederhana adalah kayu yang ada di hutan, yang masih berupa pohon-pohon adalah karakter. Sedangkan kayu yang sudah menjadi bangku, meja, lemari, dan sebagainya adalah komoditas. Pada hakikatnya semua adalah kayu hutan. Bedanya, kayu yang masih ada di hutan belum dicemari oleh gergaji, mesin, bahan atau zat kimia tertentu dan lain sebagainya. Sedangkan kayu yang sudah menjadi komoditas; meja, kursi, lemari dan sebagainya, sudah dikemas oleh “polesan dunia” berupa berbagai macam bentuk, desain, fungsi, dan zat kimia yang menempel pada kayu tersebut (Hamka Abdul Aziz. 2011: 73).

Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi  secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik (Victor Battistich. 2007)

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah karakter, diantaranya yaitu:

1.       Karakter: watak atau sifat, fitrah yang ada pada diri manusia yang terikat dengan nilai hukum dan ketentuan tuhan. Bersemayam dalam diri seseorang sejak kelahirannya. Tidak bisa berubah, meski apapun yang terjadi. Bisa tertutupi dengan berbagai kondisi (Hamka Abdul Aziz. 2011: 48).

2.      Tabiat: sifat, kelakuan, perangai, kejiwaan seseorang yang bisa berubah-ubah karena interaksi sosial dan sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan. Sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia yanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 11).

3.       Adat: sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan keinginan.

4.      Kepribadian: tingkah laku atau perangai sebagai hasil bentukan dari pendidikan dan pengajaran baik secara klasikal atau non formal. Bersifat tidak abadi, karena selalu berhubungan dengan lingkungan (Hamka Abdul Aziz. 2011: 50).

5.       Identitas: alat bantu untuk mengenali sesuatu. Sesuatu yang bisa digunakan untuk mengenali manusia.

6.       Moral: ajaran tentang budi pekerti, mulia, ajaran kesusilaan. Moralitas adal adat istiadat, sopan santun, dan perilaku (Bambang Mahirjanto. 1995: 414).

7.      Watak: sifat batin manusia yang mempengaruhi pikiran dan prilaku. Cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal0hal yang diupayakan hingga menjadi adat (Bambang Mahirjanto. 1995: 572).

8.      Etika: ilmu tentang akhlak dan tata kesopanan; peradaban atau kesusilaan. Menurut Ngainum dan Achmad yaitu, Pertama; nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya, merupakan “sistem nilai” yang bisa berfungsi dalam kehidupan seseorang atau kelompok sosial. Kedua; kumpulan asas atau nilai moral, atau kode etik. Ketiga; ilmu tentang baik dan buruk (Ngainun Naim dan Achmad Sauqi: 113).

9.      Akhlak: budi pekerti atau kelakuan, dalam bahasa arab; tabiat, perangai, kebiasaan. Ahmada mubarok mengemukakan 2001; 14 mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaaan batin seseorang yang menjadi seumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi.

10.   Budi pekerti: perilaku, sikap yang dicerminkan oleh perilaku (M. Furqon Hidayatullah. 2010: 11).

Lingkungan  sosial  dan  budaya  bangsa  adalah  Pancasila;  jadi  pendidikan  budaya  dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya  dan  karakter  bangsa  adalah  mengembangkan  nilai-nilai  Pancasila  pada  diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.

C.    Definisi Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna membangun karakter pribadi atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara. Dalam kamus lain Pendidikan Karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter  kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi Insan Kamil (Masnur Muslich. 2011: 84).

Thomas lickona (1991) menyatakan pendidikan karakter by definition adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik. Jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Pengertian itu mirip dengan yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku (Ratna Megawangi. 2007: 82).

Sedangkan menurut Zaim Elmubarok (2008:102) Membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau “berkarakter” tercela).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan  harus berkarakter.

Menurut David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan  pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan   warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga   masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang  banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena  itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur   yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka  membina kepribadian generasi muda.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik dengan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah (isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas hubungan, penanganan mata pelajaran, pelaksanaan kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah) agar mereka memiliki nilai-nilai karakater itu dalam dirinya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa menjadi Insan Kamil.

Oleh karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda” menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan budaya bangsa.

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.

Pendekatan Problem Solving

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi,menginspirasi, menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu . Menurut Erman Suherman (2001 : 70) pendekatan pembelajaran ialah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bias beradaptasi dengan siswa. Menurut Asmani (2010:31) pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siwa memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
Pendekatan problem  solving member kesempatan kepada siswa untuk menemukan penyelesaian dari masalah tersebut, maka mereka akan memperoleh kepuasan tertentu. Sehinggah siswa akan lebuh termotivasi mempelajari prisip-prinsip atu konsep yang diberikan. Dalam menyelesaiakan masalh siswa perlu dilatih utnuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara teratur,sistimatis dan penarikan kesimpulan secarah sah berdasarkan kaidah yang telah ditetapkan.
Pendekatan Problem solving dalam pembelajaran menekankan pada pemahaman terhadap permasalahan, kemudian mencari penyelesaian dan menyelesaikan permasalahan serta melakukan evaluasi kembali penyelesaian yang di lakukan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan problem solving merupakan pencarian solusi dari suatu permasalahan dengan menggunakan identifikasi, mengeksplorasi, mencari langkah-langkah pemecahan dan akhirnya menemukan solusi tersebut serta mengevaluasi solusi dari permasalahan tersebut.



Teori-teori yang Mendukung pendekatan Problem Solving 
Beberapa teori-teori belajaar yang berkaitan dengan mendukung pedekatn pemecahan masalah antara lain:
Teori beljar yang dikemukakan Gagne (Suherman, 2001:83) bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah, hal ii dapt di pahami sebab pemecahan masalah merupakan tipe belajar palin tinggi dari delapan tipe yang dikemukakan Gagne. Pemecahan masalah banyak disenangi oleh para ahli-ahli pendidikan. Proses pemecahan masalah menghasilkan lebih banyak prinsip yang dapat membantu dalam pemecahan masalah selanjutnya. Pelajaran matematika yang pernah kita hadapi pada umumnya dterdiri dari masalah. Untuk menemukan pemecahan terdapat masalah biasa dilengkapi dengan belajar prinsip-prinsip kemudian mennggunkan untuk memecahkan apa yang dinamakan masalah
Teori belajar konstriktivisme yang menekankan bagaimana siwa harus mebangun sendiri pengetahuannya serta menerapakan ide-ide mereka dalam memecahkan masalah.
Teori belajar bermakna David Ausebel . belajar bermakna merupakan suatu proes dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kongitif seseorang.
Teori penemuan   Jerome Bruner. Bruner (Trianti, 2007 : 26) menyarankan agar siswa-siwa hendaknya belajar melalui konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar meraka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperiment yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri
Hasil penelitian Capper (Suherman, 2001: 84) menunjukkan bahwa pengalaman siswa sebelumnya, perkembangan kognitif, serta minat terhadap matematika merupakan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pemecahan masalah. Suryadi (Marwati, 2010:  63) dalam surveinya menemukan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang dianggap penting baik oleh guru maupun siswa. 
Kelebihan dan kelemahan pendekatan problem solving
Para ahli pendidikan mengemukakan bahwa sampai pada saat sekarang ini belum ada strategi pembelajaran yang sempurna. Dengan kata lain setiap strategi pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari pendekatan problem solving yaitu:
Kelebihan pendekatan problem solving antara lain: 
  1. Merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pelajaran. 
  2. Belajar dengan pendekatan problem solving  adalah belajar penuh makna. 
  3. Dapat menimbulkan motivasi belajar bagi siswa. 
  4. Siswa belajar transfer konsep dan prinsip matematika ke situasi baru
  5.  Mengajar siswa berpikir rasional dan lebih aktif.
Sedangkan kekurangan pendekatan problem solving antara lain:
  1. Memerlukan waktu lama. 
  2. Dapat menimbulkan frustasi jika penyajiannya terlalu cepat. 
  3. Manakah siswa yang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
Langkah-langkah pembelajaran pendekatan problem solving 
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang membentuk langkah-langkah yang jelas untuk mendapatkan hasilnya, sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Mengajar dengan menggunakan pendekatan problem solving adalah cara mengajar dengan membimbing siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan dengan tidak didahului dengan adanya contoh yang relevan dan mengarahkan unutk mendapatkan hasilnya. Dalam arti bahwa belajar dengan pendekatan problem solving  materi yang disampaikan masih merupakan masalah diserahkan kepada siswa untuk menyelesaiaknnya.
Guru dan siswa harus selalu berinteraksi bila terdapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika. Guru juga harus mengetahui kemampuan siswanya, bila memberikan soal harus mengetahui bobotnya. Bila bobot soal tidak melebihi kemampuan siswa, maka siswa akan terbiasa dengan soal – soal matematika kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika sedikit demi sedikti akan semakin meningkat. Masalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika selain kemampuan siswa dalam memahami soal tersebut juga peran serta guru selalu aktif dalam membimbing anak didiknya.
Dalam menyelesaikan masalah siswa perlu dilatih untuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara teratur, sistematis dan penariakn kesimpulan secara sah berrdasarkan kaidah yang telah ditetapkan. Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah matematika dalam penelitian menurut Polya (Suherman, 2001:  84) adalah sebagai berikut:
  1. Memahami masalah 
  2. Memahami masalah disini yaitu menyatakan dengan rinci tentang apa yang diketahui, dinyatakan atau dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. 
  3. Membuat rencana penyelesaian 
  4. Membuat rencana penyelesaian yaitu mencari hubungan antara apa yang dinyatakan dengan apa yang diketahui serta memilih strategi pemecahan masalah. 
  5. Melaksanakan rencana penyelesaian 
  6. Melaksankan rencana penyelesaian di sini yaitu menyelesaikan masalah sesuai dengan strategi pemecahan masalah yang telah dipilih dalam pembuatan rencana penyelesaian di atas. 
  7. Meliahat kembali penyelesaian 
  8. Melihat kembali penyelesaian berate mengecek hasil yang diperoleh. Apakah ada cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama? Dan apakah hasil yang diperoleh sudah cocok dengan permasalahan semula?
Kaitan Antara Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Problem Solving
Kemampuan pemecahan merupakan salah satu tujuan pendidikan. Kemampuan pemecahan masalah adalah bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembelajaran matematika karena melalui pemecahan masalah, konsep yang telah dimiliki peserta didikan dapat diaplikasikan. Menurut Slameto (dalam Marwati, 2010:64) mengemukakan bahwa dalam proses belajar matematika, penyelesaian masalah merupakan peruses dan keterampilan intelektual dasar penting yang harus diperkatikan oleh para guru matematika. Mengingant pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika maka peserta didik membutuhakan banyak kesempatan untuk memecahkan masalah dalam bidang matematika dan dalam kontes kehidupan nyata. Untuk itu dalam proses pembelajaran diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemapuan penyesalan masalah yakni pendekatan problem sdlving.
Pendekatan problem solving merupakan pencarian solusi dari suatu permasalahan dengan mengunakan identifikasi, mengesplorasi, mencari langkah-langkah pemecahan dan akhir menemukan solusi tersebut serta mengepaluasi solusi dari permasalahan tersebut.
Denagan demikian dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran ialah dengan penerapan pendekatan problem solving pendekatan problem solving membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang membentuk langkah-langkah yang jelas untuk mendapatkan hasilnya, sehingga siswa dapatt menyusun pengetahuannya sendiri, lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, menumbuh kembangkan keterampilan yang tinggi dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Penerapan Pendekatan Problem solving.
Fase 1 : Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa
guru mengecek kehadiran siswa
guru menyampaikan topic pembelajaran
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang  ingin dicapai
guru mengingatkan kembali materi pada pertemuan sebelumnya.
Fase 2 : guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
guru menjelaskan pengertian jarak
guru menjelaskan jarak antara dua titik.
Guru memberikan contoh soal
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang dipahami.
Guru menjelaskan jarak antara titik dan garis
Fase 3 : Guru menyediakan latihan terbimbing
Guru memberikan contoh soal
Fase 4 : Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Menberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang masih kurang dipahami.
Fase 5 : Guru memberikan kesempatan untuk pelatihanlanjutan dan penerapan.
Guru memberikan latihan
Guru membimbing dan mengarahkan siswa menyelesaikan masalah ( soal latihan ) sesuai dengan penerapan problem solving.

Simak video berikut
Menghitung Banyak Data dengan Syarat Tertentu Pada Microsoft Excel Menggunakan Fungsi/Rumus COUNTIF

Sunday 1 April 2018

Rumus Excel Untuk Menambahkan Kata atau Angka Tanpa Mengetik Ulang

Kita kadangkala menghadapi masalah pengetikan dalam Ms. Excel. Salah satunya adalah menambahkan suatu kata atau angka yang sama pada suatu database yang cukup banyak. Nah, bayangkan saja jika kita harus mengetik ulang setiap kata yang ada dalam database yang jumlahnya bisa saja ratusan bahkan ribuan kata satu persatu. Berapa banyak waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya? Disamping kita mendapatkan lelahnya kita tentu juga akan sangat kerepotan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.


Untuk itu, kali ini saya akan membahas bagaimana cara mengatasi permasalahan yang kita dapati dalam Ms. Excel khususnya bagaimana menambahkan kata atau angka tanpa mengetik ulang. Inti dari tips Ms. Excel ini adalah cukup menambahkan karakter “ & ” pada suatu sel tertentu.
Sebagai contoh saya akan membuat daftar nama-nama desa di Kecamatan Malangke Barat. Berikut ini uraiannya.


Dari data nama-nama desa tersebut, pada kolom “ B ” tepatnya di cell B5 kita akan menambahkan kata “Desa” dan datanya akan diambil dari cell A5 yang ada di sebelah kirinya. Berikut ini langkah-langkah untuk menambahkan kata.
1.        Letakkan pointer di cell B5 kemudian ketikkan rumus =”Desa “&A5



2.        Setelah mengetikkan rumus tersebut dengan benar, jika Kamu menekan enter pada Keyboard maka hasilnya akan berubah menjadi “Desa Polejiwa” seperti berikut.
Catatan: agar ada spasi antara kata Desa dan Polejiwa maka berikan spasi pada rumus tepatnya setelah kata Desa atau sebelum tanda petik kedua.


3.    Langkah ketiga adalah mengcopy rumus Excel penambahan kata tersebut dengan cara menarik kebawah titik pada sudut kanan bawah pada cell B5. Lihat gambar yang ditunjuk panah di bawah!



4.        Pada tahap ini kamu sudah bisa menambahkan kata “Desa” dengan menggunakan rumus Excel. Jika berhasil akan terlihat seperti gambar di bawah.


5.       Semua nama desa yang ada di kolom Nama Desa akan ditambahkan kata Desa pada kolom Hasil Penambahan dengan menggunakan rumus Excel penambahan kata yang telah diketikkan di atas.


Berikut Video Cara Menambahkan Kata atau Angka Pada Ms. Excel


Bagaimana pendapat kalian, mudah bukan?
Semoga apa yang dibahas tadi mudah dipahami dan bermanfaat.
Thanks

Tuesday 27 March 2018

Teori Belajar Dave Meier

A.    Teori Belajar Dave Meier


Menurut Zaini (2008: 14) mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapat hasil belajar yang maksimal. Namun jika peserta didik pasif atau hanya sekedar menerima materi dari pengajar maka ada kecendrungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Belajar yang hanya mengandalkan indra pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Konfusius seorang filosof dari Cina, bahwa: “Apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; apa yang saya lakukan, saya paham”. Begitupun dengan Silberman mengemukakan bahwa:
”Cara belajar dengan mendengarkan akan lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbagus adalah dengan mengajarkan.”
Berdasarkan kata bijak tersebut, dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran.
Beberapa pendapat di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu metode belajar, dimana peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disajikan oleh guru, akan tetapi peserta didik juga melihat atau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, dan terakhir peserta didik mencobakan langsung apa yang telah dipelajari untuk memperoleh hasil belajar. Salah satu cara untuk membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan teori belajar aktif Dave Meier.
Berdasarkan hasil penelitiannya Dave Meier (Nurdiansah, 2010) berpendapat bahwa manusia itu memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelektual (I). Bertolak dari pandangan ini, beliau mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual). Dengan pemahaman ini Meier (2002: 54-55) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar adalah sebagai berikut:
1.    Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran. Belajar tidak hanya melibatkan otak tetapi juga melibatkan seluruh tubuh atau pikiran dengan segala emosi, indra, dan sarafnya.
2.    Belajar adalah bereaksi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar.
3.    Kerjasama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Sebagimana yang dikemukakan Huda (2011: 65) bahwa pemecahan masalah yang dilakukan melalui kerja kooperatif umumnya juga memberikan kecendrungan dan hasil yang lebih baik daripada melalui kerja kompetitif atau individualistik.
4.   Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar bukan hanya menyerap suatu hal yang kecil pada satu waktu linear melainkan menyerap suatu hal banyak sekaligus.
5.     Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar palin baik adalah belajar dengan konteks. 
6.    Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan kuantitas seseorang.
7.      Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Menurut Meier (2002: 100) mengemukakan bahwa belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran karena  pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dengan bergerak ke sana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Dave Meier menamakan pembelajaran ini dengan pembelajaran SAVI, unsur-unsurnya sebagai berikut:
1.      Somatis, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat.
2.      Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar.
3.      Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
4.      Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.

Keempat cara belajar tersbut harus ada agar pembelajaran berlangsung optimal.  Sesuai dengan singkatan dari SAVI yaitu Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1.      Somatis
Somatis berasal dari bahasa Yunani yaitu “soma” yang artinya tubuh. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan bahwa belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang melibatkan tubuh (indra peraba, kinestetik, melibatkan fisik, dan menggerakkan tubuh sewaktu pembelajaran berlangsung).
2.      Auditori
Auditori yaitu belajar yang melibatkan kemampuan pendengaran yang meliputi kegiatan berbicara dan mendengar. Menurut Meier (2002: 95) mengemukakan bahwa pikiran auditori lebih kuat daripada yang kita sadari dan telinga terus menerus menangkap  dan menyimpan informasi auditori. Dengan demikian, membuat suara sendiri (berbicara sendiri), beberapa area penting di otak menjadi aktif. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya mengajak peserta didik membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, mengajak mereka memecahkan masalah, dan mengumpulkan informasi. Sebagaimana filosofi seorang Bangsa Yunani Kuno yang mengatakan bahwa “jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicarakanlah tanpa henti”.
3.      Visual
Visual melibatkan kemampuan penglihatan yang meliputi kegiatan mengamati dan menggambarkan. Otak manusia seperti komputer yang mampu memproses informasi visual. Peserta didik yang melibatkan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan penceramah atau sebuah buku. Pembelajar visual belajar paling baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram dan gambaran dari segala hal ketika belajar. 
4.      Intelektual
Intelektual melibatkan kegiatan memecahkan masalah dan merenung. Pembelajar tipe intelektual melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal, menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna dan nilai dari pengalaman tersebut. Ini diperkuat dengan makna intelektual sebagai bagian dari merenung, mencipta dan memecahkan masalah. Meier (2002: 100) mengemukakan bahwa:
“Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Orang dapat belajar sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mareka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka (A) dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I)”.

B.   Tahap-Tahap Teori Belajar Dave Meier

Teori belajar Dave Meier atau dikenal dengan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dapat dilaksanakan dalam siklus pembelajaran melalui empat tahap, yaitu:

1.     Tahap Persiapan
Pada tahap ini guru membangkitkan minat peserta didik, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menetapkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
a.     Memberikan pernyataan yang bermanfaat kepada peserta didik.
b.     Memberi tujuan yang jelas dan bermakna.
c.     Membangkitkan rasa ingin tahu.
d.     Menenangkan rasa takut.
e.     Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar.
f.     Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2.     Tahap Penyampaian
Pada tahap ini guru membantu peserta didik menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain:
a.     Berbagi pengetahuan.
b.     Latihan menemukan (sendiri, berpasangan atau kelompok)
c.     Pelatihan memecahkan masalah.
d.     Presentasi interaktif.
e.     Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual.

3.     Tahap Pelatihan
Pada tahap ini guru membantu peserta didik mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain:
a.     Aktivitas pemrosesan peserta didik.
b.     Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali.
c.     Aktivitas pemecahan masalah.
d.     Dialog berpasangan atau kelompok.
e.     Mengajar balik.

4.     Tahap Penampilan Hasil
Pada tahap ini, guru membantu peserta didik menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain:
a.     Aktivitas penguatan penerapan.
b.     Materi penguatan persepsi.
c.     Pelatihan terus menerus.
d.     Umpan balik dan evaluasi kinerja.

Thursday 8 March 2018

Bentuk Bentuk atau Jenis Pertanian

Berikut ini beberapa bentuk-bentuk atau jenis pertanian yang ada di Indonesia.


1.        Sawah.
Merupakan suatu bentuk pertanian yang dilakukan pada lahan basah, sawah membutuhkan banyak air. Adapun bentuk-bentuk sawah diantaranya:

a.       Sawah irigrasi.
Yaitu jenis sawah yang mendapatkan air secara teratur sepanjang tahunnya, sawah ini biasanya mampu menghasilkan panen tiga kali dalam satu tahun.

b.      Sawah tadah hujan.
Yaitu jenis sawah yang mendapatkan air hanya dari hujan yang turun ke bumi saja.

c.      Sawah bencah atau sawah pasang surut.
Yaitu jenis sawah yang letaknya berada dekat dengan muara sungai atau tepi pantai. Padi yang ditanamnya pada waktu surut dan jenis padi yang ditanam umumnya adalah gogo rencah.

d.      Sawah lebak.
Yaitu jenis sawah yang ditanami padi yang letaknya berada di pinggir sungai (kanan atau kiri sungai).

2.       Pekarangan.

Merupakan suatu lahan yang letaknya berada di lingkungan pemukiman atau lingkungan rumah dan umumnya dibatasi dengan pagar. Lahan ini sering ditanami tanaman pertanian.

3.      Tegalan.

Merupakan area dengan lahan kering, yang bergantung kepada pengairan air hujan. Biasanya ditanami tanaman musiman dan terpisah dari lingkungan sekitar rumah atau sekitar pemukiman. Tanah tegalan sulit untuk dibuatkan irigrasi, karana permukaannya tidak rata. Saat musim panas lahan tegelan akan sulit untuk ditanami tanaman karena tanahnya kering.

4.      Ladang berpindah.

Merupakan kegiatan pertanian yang dimana lahannya berpindah-pindah, dilakukan pada banyak lahan hasil dari pembukaan semak yang dimana setelah beberapa kali ditanami dan panen akan berpindah lahan. Jika tanah sudah tidak subur lagi maka akan berpindah ke lahan lain yang tanahnya masih subur atau tanah yang sudah lama tidak ditanami tanaman.