Sunday 27 April 2014

Kapan ditemukannya angka dan perhitungan?

Ketika melihat angka, pernahkah kita berpikir kenapa bentuk angka yang kita kenal seperti itu?. Seolah-olah menemukan lekukan gendut angka delapan seperti boneka salju yang lucu. Dari mana angka-angka itu berasal dan siapa yang menemukannya? Mungkin hal sama yang harus kita tanyakan tentang asal usul penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kita sangat beruntung hidup dijaman yang sudah mengenal perhitungan. Coba bayangkan bagaimana jadinya jika ga ada angka dan perhitungan. Pasti pasar jadi sepi karena ga ada pembeli dan penjual, toko-toko tutup, dan hampir semua aktivitas yang memerlukan perhitungan akan terhenti. Ngeri kan?. 

Sejarah ditemukannya angka dan perhitungan 
Dahalu kala ketika manusia masih hidup berburu, mereka sudah memahami arti besar kecilnya jumlah sesuatu. Mereka bisa mengatakan bahwa jumlah kambing yang ada di sebuah peternakan lebih besar dari jumlah kambing di tempat lain, tetapi mereka belum bisa menghitung jumlahnya. Beberapa sumber mengatakan kalau kemungkinan orang-orang jaman dahulu sudah bisa berpikir jumlah sesuatu ittu 1,2, atau 3 dan menyatakan 4,5,6 dan seterusnya dengan ‘beberapa’.
Menyatakan jumlah benda lebih dari 3 dengan ’beberapa’ tentu membuat frustasi. Makanya orang-orang mulai berpikir bagaimana caranya menghitung jumlah ternak atau hasil panen secara tepat. Mau ga mau, mereka harus tau jumlahnya. Bagiamana caranya?. Mereka membuat tanda dengan cara menggores atau melubangi tongkat kayu dari setiap kambing yang mereka hitung yang dinamakan ’Tally’. Bahkan bangsa Inca di Peru menghitung jumlah ternak dan hasil panennya dengan cara mengikatkan knot pada tali. Tali ini kemudian dinamakan quipus. Perhitungan cara ini kadang masih digunakan oleh anak-anak SD pada saat pemilihan ketua kelas bahkan dalam perhitungan suara pemilu. 

Penemuan angka.
Setelah ditemukannya "Tally", orang-orang menemukan simbol yang disebut dengan angka untuk menyatakan jumlah sesuatu, karena pastilah repot menyatakan jumlah sesuatu tanpa simbol (angka). Masing-masing kebudayaan menemukan angka yang berbeda. Angka enam yang kamu kenal berbeda dengan angka enam yang dikenal oleh orang Arab dan Romawi. Bentuk yang kamu kenal lebih lucu karena ada perutnya.


Penemuan angka mesir kuno  
Menurut sejarah, 5000 tahun yang lalu bangsa mesir kuno telah menggunakan simbol untuk angka. Mereka menulis angka 1 dengan simbol garis vertikal dan simbol ^ untuk 10. Mereka akan menulis bilangan 23 dengan III^^ karena mereka nggak seperti kita yang  menulis dari kiri ke kanan. Namun, mereka menulis dari kanan ke kiri. Coba kamu praktekkan untuk bilangan 87?. Ada berapa simbol yang kamu gunakan?. Wah banyak yah, kamu perlu 15 simbol. 

Lalu kisah ini berlanjut ke penemuan angka Romawi, apa kamu pernah mendengarnya?
Ya, tentu kamu sudah pernah mendengarnya. Tapi apakah kamu tahu artinya?. Belumkan?. Sebenarnya angka Romawi kuno merupakan gabungan dari tanda Tally yang telah kamu pelajari, dengan huruf atau alfabet. Jika angka di sebelah kanan lebih kecil atau sama dengan angka di sebelah kiri, maka jumlahkan. Lihat gambar yang kutunjukkan padamu. Jika angka di sebelah kiri lebih kecil maka kurangilah dengan angka yang di sebelah kanan. Nah, sekarang kamu sudah bisa kan membentuk angka Romawi?Angka Romawi telah digunakan di Eropa lebih dari 1500 tahun. Dimanakah kamu bisa menemukannya saat ini?  

Cerita ini lalu berkembang dengan ditemukannya Variasi Angka.
Simbol yang telah kita gunakan untuk menulis angka ternyata ditemukan 1500 tahun yang lalu di India oleh Matematikawan Hindustan. Namun, saat itu mereka hanya menggunakan sembilan simbol yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9. Ada sumber yang mengatakan kalau orang-orang Arab kemudian mempelajari angka dari mereka sekitar 1200 tahun yang lalu. Tepatnya pada tahun 800 M ada seorang matematikawan arab yang memperkenalkan simbol ’0’ untuk angka nol. Nah, lengkaplah sekarang simbol untuk angka seperti yang kita kenal sekarang. Lalu para pedagang Arab memperkenalkan angka-angka itu ke Eropa sekitar 900 tahun yang lalu, sehingga orang-orang Eropa menyebut angka-angka itu sebagai angka Arab.  
Coba perhatikan gambar yang kutunjukkan padamu. Angka Arab terlihat lebih pendek dan sederhana dibanding angka Romawi, karena dalam angka Romawi jumlah dari masing-masing angka berubah bergantung pada posisinya. Sebagai contohnya bila kamu menuliskan angka 2987 ke dalam bentuk Romawi, bentuknya angkanya akan berubah menjadi MMCMLXXXVII. Lebih rumit kan?
Kelebihan angka arab yang lain adalah adanya simbol angka nol. Hal ini memudahkan kita untuk membedakan angka 2, 20, dan 200 karena angka nol memperkenalkan adanya nilai tempat dalam bilangan. Kita jadi tahu angka 2 dalam 222 mempunyai nilai yang berbeda-beda.

Friday 14 March 2014

Berpikir dan Pengetahuan

Berfikir dan pengetahuan merupakan dua hal yang menjadi ciri keutamaan manusia, tanpa pengetahuan manusia akan sulit berfikir dan tanpa berfikir pengetahuan lebih lanjut tidak mungkin dapat dicapai, oleh karena itu nampaknya berfikir dan pengetahuan mempunyai hubungan yang sifatnya siklikal, bila digambarkan nampak sebagai beriku:

Gerak sirkuler antara berfikir dan pengetahuan akan terus membesar mengingat pengetahuan pada dasarnya bersifat akumulatit, semakin banyak pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin rumit aktivitas berfikir, demikian juga semakin rumit aktivitas berfikir semakin kaya akumulasi pengetahuan. Semakin akumulatif pengetahuan manusia semakin rumit, namun semakin memungkinkan untuk melihat pola umum serta mensistimatisirnya dalam suatu kerangka tertentu, sehingga lahirlah pengetahuan ilmiah (ilmu), disamping itu terdapat pula orang-orang yang tidak hanya puas dengan mengetahui, mereka ini mencoba memikirkan hakekat dan kebenaran yang diketahuinya secara radikal dan mendalam, maka lahirlah pengetahuan filsafat, oleh karena itu berfikir dan pengetahuan dilihat dari ciri prosesnya dapat dibagi ke dalam:
  • Berfikir biasa dan sederhana menghasilkan pengetahuan biasa (pengetahuan eksistensial) 
  • Berfikir sistematis faktual tentang objek tertentu menghasilkan pengetahuan ilmiah (ilmu)
  • Berfikir radikal tentang hakekat sesuatu menghasilkan pengetahuan filosofis (filsafat)
Semua jenis berfikir dan pengetahuan tersebut di atas mempunyai poisisi dan manfaatnya masing-masing, perbedaan hanyalah bersifat gradual, sebab semuanya tetap merupakan sifat yang inheren dengan manusia. Sifat inheren berfikir dan berpengetahuan pada manusia telah menjadi pendorong bagi upaya-upaya untuk lebih memahami kaidah-kaidah berfikir benar (logika), dan semua ini makin memerlukan keakhlian, sehingga makin rumit tingkatan berfikir dan pengetahuan makin sedikit yang mempunyai kemampuan tersebut, namun serendah apapun gradasi berpikir dan berpengetahuan yang  dimiliki seseorang tetap saja mereka bisa menggunakan akalnya untuk berfikir untuk memperoleh pengetahuan, terutama dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan, sehingga manusia dapat mempertahankan hidupnya (pengetahuan macam ini disebut pengetahuan eksistensial). Gradasi berfikir dan berpengetahuan sebagai dikemukakan terdahulu dapan dibagankan sebagai berikut:
Berpengetahuan merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk itu dalam diri manusia telah terdapat akal yang dapat dipergunakan berfikir untuk lebih mendalami dan memperluas pengetahuan. Paling tidak terdapat dua alasan mengapa manusia memerlukan pengetahuan/ilmu yaitu:

  1. Manusia tidak bisa hidup dalam alam yang belum terolah, sementara binatang siap hidup di alam asli dengan berbagai kemampuan bawaannya. 
  2. Manusia merupakan makhluk yang selalu bertanya baik implisit maupun eksplisit dan kemampuan berfikir serta pengetahuan merupakan sarana untuk menjawabnya.
Dengan demikian berfikir dan pengetahuan bagi manusia merupakan instrumen penting untuk mengatasi berbagai persoalah yang dihadapi dalam hidupnya di dunia, tanpa itu mungkin yang akan terlihat hanya kemusnahan manusia (meski kenyataan menunjukan bahwa dengan berfikir dan pengetahuan manusia lebih mampu membuat kerusakan dan memusnahkan diri sendiri lebih cepat.

 
Penulis: Drs. UHAR SUHARSAPUTRA,M.Pd