Tuesday 8 January 2019

Model Pembelajaran Role Playing

A.  Pengertian Model Pembelajaran Role Playing
Menurut Uno (2007:   26) Role Playing adalah   suatu   model pembelajaran   yang   bertujuan   untuk   membantu siswa menemukan   makna   diri (jati diri) di dunia      sosial     dan     memecahkan masalah  dilema dengan bantuan  kelompok. Artinya melalui  bermain peran     siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain”.
Sedangkan menurut Jill Hadfield (Agus, 2012), Role Playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang.
Esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi permasalahan dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai serta memahami apa yang dihasilkan dari keterlibatan langsung ini. Role playing berfungsi untuk (1) mengeksplorasi perasaan siswa, (2) mentransfer dan mewujudkan pandangan mengenai perilaku, nilai, dan persepsi siswa, (3) mengembangkan skill pemecahan masalah dan tingkah laku, dan (4) mengeksplorasi materi pelajaran dengan cara yang berbeda (Miftahul Huda, 2013: 115-116).


Uno (2007: 26) menyatakan bahwa keberhasilan model pembelajaran melalui role playing tergantung pada kualitas permainan peran (enactment) yang diikuti dengan analisis terhadapnya”. Di samping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata (real life situation). Sedangkan Santoso (Agus, 2012) mengatakan bahwa “model role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa model bermain peran (role playing) adalah model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada siswa dan mendramatisasikan peran tersebut ke dalam sebuah pentas. Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa bentuk pengajaran role playing memberikan pada siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.

B.  Sintaks Model Pembelajaran Role Playing
Sintaks model pembelajaran role playing ada sembilan sebagai berikut:
Tahap 1: Pemanasan Suasana Kelompok
1. Guru mengidentifikasi dan memaparkan masalah
2. Guru menjelaskan masalah
3. Guru menafsirkan masalah
4. Guru menjelaskan role playing
Tahap 2: Seleksi Partisipan
1. Guru menganilisis peran
2. Guru memilih pemain (siswa) yang akan melakukan peran
Tahap 3: Pengaturan Setting
1. Guru mengatur sesi-sesi peran
2. Guru menegaskan kembali tentang peran
3. Guru dan siswa mendekati situasi yang bermasalah.
Tahap 4: Persiapkan Pemilihan Siswa sebagai Pengamat
1. Guru dan siswa memutuskan apa yang akan dibahas.
2. Guru memberikan tugas pengamatan terhadap seorang siswa.
Tahap 5: Pemeranan
1. Guru dan siswa memulai role playing
2. Guru mengukuhkan role playing
3. Guru menyudahi role playing.
Tahap 6: Diskusi dan Evaluasi
1. Guru dan siswa mereview pemeranan (kejadian, posisi kenyataan)
2. Guru mendiskusikan fokus-fokus utama
3. Guru mengembangkan pemeranan selanjutnya.
Tahap 7: Pemeranan Kembali
1. Guru dan siswa memainkan peran yang berbeda.
2. Guru memberi masukan atau alternatif perilaku dalam langkah selanjutnya.
Tahap 8: Diskusi dan Evaluasi
1. Dilakukan sebagaimana pada tahap 6
Tahap 9: Sharing dan Generalisasi Pengalaman
1. Guru menghubungkan situasi yang diperankan dengan kehidupan di dunia nyata masalah-masalah lain yang mungkin muncul.
2. Guru menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku

Langkah-langkah model pembelajaran role playing yaitu:
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya lima orang;
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang di peragakan;
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas;
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum;
10. Evaluasi;
11. Penutup.

C.  Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Role Playing
Kelebihan Model Pembelajaran role playing adalah:
1. Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi mereka;
2. Bagi siswa berperan seperti orang lain, ia dapat merasakan perasaan orang lain, mengakui pendapat orang lain itu, saling pengertian, tenggang rasa, dan toleransi;
3. Melatih siswa untuk mendesain penemuan;
4. Berpikir dan bertindak kreatif;
5. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena siswa dapat menghayatinya;
6. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan;
7. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan;
8. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat;
9. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia;
10. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;
11. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan;
12. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias;
13. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.

Kekurangan-kekurangan tersebut di antaranya:
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini;
2. Guru harus memahami betul langkah-langkah pelaksanaannya, jika tidak dapat mengacaukan pembelajaran;
3. Memerlukan alokasi waktu yang lebih lama;
4. Kebanyakan  siswa  yang   ditunjuk   sebagai   pemeran   merasa   malu  untuk memerankan suatu adegan tertentu

Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Peter Reason berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekadar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Menurut Reason, mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada berpikir (thinking).
Definisi berpikir kritis menurut Hassoubah Berpikir kritis adalah kemampuan memberi alasan secara terorganisasi dan  mengevaluasi kualitas suatu alasan secara sistematis.


Menurut Ennis berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Sedangkan menurut Chance berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis fakta, mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan masalah.
Kemampuan Berpikir Kritis adalah kemampuan menggunakan logika untuk membuat, menganalisis mengevaluasi serta mengambil keputusan tentang apa yang diyakini dan dilakukan.
Seseorang yang berpikir kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahu-an yang dimiliki atau dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga seorang yang berpikir kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau hipotesis yang dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.
Seorang pemikir kritis memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut:
1. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting, merumuskannya dengan jelas dan teliti
2. Memunculkan ide-ide baru yang berguna dan relevan untuk melakukan tugas. Pemikiran kritis memiliki peran penting untuk menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika perlu
3. Mengumpulkan dan menilai informasi-informasi yang relevan, dengan menggunakan gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan efektif
4. Menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat, dan mengujinya dengan menggunakan kriteria dan standar yang relevan.
5. Berpikir terbuka dengan menggunakan berbagai alternatif sistem pemikiran, sembari mengenali, menilai, dan mencari hubungan- hubungan antara semua asumsi, implikasi, akibat-akibat praktis
6. Mampu mengatasi kebingungan, mampu membedakan antara fakta, teori, opini, dan keyakinan
7. Mengkomunikasikan dengan efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan solusi atas masalah-masalah kompleks, tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain tentang topik yang bersangkutan
8. Jujur terhadap diri sendiri, menolak manipulasi, memegang kredibilitas dan integritas ilmiah, dan secara intelektual independen, imparsial, netral Mengembangkan sifat berpikir kritis.

Melatih berpikir kritis maka seorang perlu menyadari dan menghindari adanya kecenderungan untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan orang tidak berpikir kritis, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam suatu argumen terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalam suatu argumen terdapat kecenderungan untuk mengira semua orang tahu, padahal tidak setiap orang tahu. Demikian juga mengira semua orang tidak tahu, padahal ada orang yang tahu. Pemikir kritis berhati-hati dalam menggunakan kata “semua”, atau “setiap”. Lebih aman menggunakan kata “sebagian besar”, atau “beberapa”.
2. Menyangka bahwa setiap orang memiliki bias (keberpihakan) di bawah sadar, lalu mempertanyakan pemikiran refleksif yang dilakukan orang lain. Pemikir kritis harus bersedia untuk menerima kebenaran argumen orang lain. Perdebatan tentang argumen bisa saja menarik, tetapi tidak selalu berarti bahwa argumen sendiri benar.
3. Mengadopsi pendapat yang ego-sensitif. Nilai-nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman seorang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan orang untuk memiliki pemikiran yang terbuka. Pemikir kritis harus menying-kirkan kesalahan ini dan mempertimbangkan untuk menerima informasi dari luar
4. Mengingat kembali keyakinan lama yang dipercaya dengan kuat tetapi sekarang dittolak
5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan di mana keyakinan seorang dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki-tarnya ketimbang apa yang ia sendiri alami atau saksikan.

Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis
No
Kelompok
Indikator
Sub Indikator
1
Memberikan penjelasan sederhana
Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban
c. Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi kalimat-kalimat pertanyaan
c. Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan pertanyaan
d. Mengidentifikasi dan menangani suatu ketidaktepatan
e. Melihat struktur dari suatu argument
f. Membuat ringkasan
Bertanya dan menjawab pertanyaan
a. Memberikan penjelasan sederhana
b. Menyebutkan contoh
2
Membangun keterampilan dasar
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
a. Mempertimbangkan keahlian
b. Mempertimbangkan kemenarikan konflik
c. Mempertimbangkan kesesuaian sumber
d. Mempertimbangkan reputasi
e. Mempertimbangkan penggunaan prosedur yang tepat
f. Mempertimbangkan risiko untuk reputasi
g. Kemampuan untuk memberikan alasan
h. Kebiasaan berhati-hati
Mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi
a. Melibatkan sedikit dugaan
b. Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan
c. Melaporkan hasil observasi
d. Merekam hasil observasi
e. Menggunakan bukti-bukti yang benar
f. Menggunakan akses yang baik
g. Menggunakan teknologi
h. Mempertanggungjawabkan hasil observasi
3
Menyimpulkan
Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
a. Siklus logika Euler
b. Mengkondisikan logika
c. Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
a. Mengemukakan hal yang umum
b. Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis
c. mengemukakan hipotesis
d. merancang eksperimen
e. menarik kesimpulan sesuai fakta
f. menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
Membuat dan menentukan hasil pertimbangan
a. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta
b. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat
c. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan penerapan fakta
d. Membuat dan menentukan hasil pertimbangan keseimbangan dan masalah
4
Memberikan penjelasan lanjut
Mendefinisikan istilah danmempertimbangkan suatu definisi
a. Membuat bentuk definisi
b. Pendekatan membuat definisi
c. bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut
d. mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yg disengaja
e. Membuat isi definisi
Mengidentifikasi asumsi-asumsi
a. Penjelasan bukan pernyataan
b. Mengonstruksi argument
5
Mengatur pendekatan dan taktik
Menentukan suatu tindakan
a. Mengungkap masalah
b. Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif
d. Menentukan tindakan sementara
e. Mengulang kembali
f. Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan orang lain
a. Menggunakan argument
b. Menggunakan pendekatan logika
c. Menggunakan pendekatan retorika
d. Menunjukkan posisi, orasi, atau tulisan

Selanjutnya Fisher menekankan indikator keterampilan berpikir kritis yang penting, meliputi:
1. Menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan
2. Menganalisis pertanyaan atau pernyataan;
3. Berpikir logis;
4. Mengurutkan, misalnya secara temporal, secara logis, secara sebab akibat;
5. Mengklasifikasi, misalnya gagasan objek-objek;
6. Memutuskan, misalnya apakah cukup bukti;
7. Memprediksi (termasuk membenarkan prediksi);
8. Berteori;
9. Memahami orang lain dan dirinya.

Belajar Bermakna

Menurut Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.  Pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.


Langkah-langkah yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna Ausebel sebagai berikut :
1.
Advance Organizer (Handout)
Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengatahui sebelumnya apa yang akan disampaikan guru.
2. Progressive Differensial
Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh.
3. Integrative Reconciliation
Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.
4. Consolidation
Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa bisa lebih paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.

Kemudian Suparno (1997) juga  mengatakan, bahwa pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang menyenangkan yang akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh sehingga konsekuensi akhir meningkatkan kemampuan siswa.
Pembelajaran bermakna erat kaitannya dengan teori konstruktivisme pemikiran Vygotsky (Social and Emancipator Constructivism). Paham ini berpendapat bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu konteks sosial. Teori belajar ini merupakan teori tentang penciptaan makna. Selanjutnya, teori ini dikembangkan oleh Piaget (Piagetian Psychological Constructivism) yang menyatakan bahwa setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru berdasarkan interaksi antara apa yang telah dimiliki, diketahui dan dipercayai dengan fenomena, ide atau informasi baru yang dipelajari.

Langkah-langkah kegiatan yang mengarah pada timbulnya pembelajaran bermakna adalah sebagai berikut:
1.  Orientasi mengajar tidak hanya pada segi pencapaian prestasi akademik, melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta potensi dasar siswa.
2.  Topik-topik yang dipilih dan dipelajari didasarkan pada pengalaman anak yang relevan. Pelajaran tidak dipersepsi anak sebagai tugas atau sesuatu yang dipaksakan oleh guru, melainkan sebagai bagian dari atau sebagai alat yang dibutuhkan dalam kehidupan anak.
3.  Metode mengajar yang digunakan harus membuat anak terlibat dalam suatu aktivitas langsung dan bersifat bermain yang menyenangkan.
4.  Dalam proses belajar perlu diprioritaskan kesempatan anak untuk bermain dan bekerjasama dengan orang lain.
5.  Bahan pelajaran yang digunakan hendaknya bahan yang konkret
6.  Dalam menilai hasil belajar siswa, para guru tidak hanya menekankan aspek kognitif dengan menggunakan tes tulis, tetapi harus mencakup semua domain perilaku anak yang relevan dengan melibatkan sejumlah alat penilaian.

Pembelajaran bermakna bisa terjadi jika relevan dengan kebutuhan peserta didik, disertai motivasi instrinsik dan kurikulum yang tidak kaku. Kejadian belajar bermakna didorong oleh hasrat dan intensitas keingintahuan peserta didik tentang bidang studi tertentu. Dalam hubungan ini, Rogers (1969) mengemukakan tentang iklim kelas yang memungkinkan terjadinya belajar bermakna, yaitu sebagai berikut:
1.  Terimalah peserta didik apa adanya.
2.  Kenali dan bina peserta didik melalui penemuannya terhadap diri sendiri.
3.  Usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik untuk dapat memlilh dan menggunakannya.
4.  Gunakan pendekatan inquiry-discovery.
5.  Tekankan pentingnya pendekatan diri sendiri dan biarkan peserta didik mengambil tanggung jawab sendiri untuk memenuhi tujuan belajarnya

Tuesday 1 January 2019

Gerak Tropisme

Gerak tropisme adalah gerak pada tumbuhan yang arahnya dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Gerak tropisme dibedakan menjadi 2, yaitu gerak tropisme positif dan gerak tropisme negatif. Dikatakan gerak tropisme positif apabila arah gerak tumbuhan mendekati sumber rangsangan, dan dikatakan gerak tropisme negatif apabila arah gerak tumbuhan menjauhi sumber rangsangannya.



Gerak tropisme dapat terjadi pada semua organ tumbuhan, mulai dari daun, cabang, sulur, kuncup bunga, hingga akar. Adapun berdasarkan jenis rangsangannya, gerak tropisme dibedakan menjadi 5 macam, yaitu gerak fototropisme, gerak geotropisme, gerak hidrotropisme, gerak kemotropisme, dan gerak tigmotropisme.
1. Gerak Fototropisme adalah gerak tumbuhan yang disebabkan pengaruh rangsangan cahaya. Contoh gerak fototropisme misalnya, tanaman yang diletakkan di dalam kamar dekat dengan jendela, cabang dan batang tanaman tersebut akan tumbuh ke arah cahaya yang datang masuk lewat jendela.

2. Gerak Geotropisme sering disebut juga Gravitropisme adalah gerak tumbuhan yang disebabkan pengaruh rangsangan gravitasi bumi. contoh gerak geotropisme adalah gerakan akar yang tumbuh vertikal ke arah pusat bumi.

3. Gerak Hidrotropisme adalah gerak tumbuhan yang disebabkan pengaruh rangsangan sumber air. Contoh gerakan hidrotropisme adalah gerakan ujung akar menuju sumber air.

4. Gerak Kemotropisme adalah gerak tumbuhan yang disebabkan pengaruh rangsangan zat kimia tertentu. Contoh gerak kemotropisme adalah gerakan ujung akar ke arah zat kimia pupuk.

5. Gerak Tigmotropisme sering disebut juga Haptotropisme adalah gerak tumbuhan yang disebabkan pengaruh rangsangan sentuhan atau persinggungan. Contoh gerak tigmotropisme adalah gerak membelit pada ujung sulur tanaman semangka, anggur, kacang panjang, melon, pare, sirih, dan lain-lain sebagainya.