Friday 25 October 2019

PERMUTASI

A. Definisi permutasi
Permutasi adalah penyusunan kembali suatu kumpulan objek dalam urutan yang berbeda dari urutan yang semula.
Jika terdapat suatu susunan abjad abcd, maka susunan itu dapat dituliskan kembali dengan urutan yang berbeda: acbd, dacb, dan seterusnya. Selengkapnya ada 24 cara menuliskan keempat huruf tersebut dalam urutan yang berbeda satu sama lain.
abcd  abdc  acbd  acdb  adbc  adcb
bacd  badc  bcad  bcda  bdac  bdca
cabd  cadb  cbad  cbda  cdab  cdba
dabc  dacb  dbac  dbca  dcab  dcba

Setiap susunan baru yang tertulis mengandung unsur-unsur yang sama dengan susunan semula abcd, hanya saja ditulis dengan urutan yang berbeda. Maka setiap susunan baru yang memiliki urutan berbeda dari susunan semula ini disebut dengan permutasi dari abcd.


B. Menghitung Banyaknya Permutasi yang Mungkin
Untuk membuat permutasi dari abcd, dapat diandaikan bahwa terdapat empat kartu bertuliskan masing-masing huruf, yang hendak kita susun kembali. Juga terdapat 4 kotak kosong yang hendak kita isi dengan masing-masing kartu:

Maka kita dapat mengisi setiap kotak dengan kartu. Tentunya setiap kartu yang telah dipakai tidak dapat dipakai di dua tempat sekaligus. Prosesnya digambarkan sebagai berikut:
1. Di kotak pertama, kita memiliki 4 pilihan kartu untuk dimasukkan.
2. Sekarang, kondisi kartunya tinggal 3, maka kita tinggal memiliki 3 pilihan kartu untuk dimasukkan di kotak kedua.

3. Karena dua kartu telah dipakai, maka untuk kotak ketiga, kita tinggal memiliki dua pilihan.

4. Kotak terakhir, kita hanya memiliki sebuah pilihan.

5. Kondisi terakhir semua kotak sudah terisi.

Di setiap langkah, kita memiliki sejumlah pilihan yang semakin berkurang. Maka banyaknya semua kemungkinan permutasi adalah 4×3×2×1 = 24 buah. Jika banyaknya kartu 5, dengan cara yang sama dapat diperoleh ada 5×4×3×2×1 = 120 kemungkinan. Maka jika digeneralisasikan, banyaknya permutasi dari n unsur adalah sebanyak n!.

C. Permutasi dari unsur-unsur yang berbeda
Perhatikan susunan angka-angka yang terdiri atas 4, 5, dan 6 berikut
456    465    546    564    645    654
Letak angka dalam susunan tersebut mempengaruhi nilai bilangan yang terbentuk. Bilangan-bilangan 456  465. Demikian juga untuk susunan yang lain. Banyak susunan angka ratusan yang dapat dibuat dari 3 buah angka, yaitu 4, 5, dan 6 sebanyak 6 buah. Bagaimana susunanya jika angka-angka yang tersedia 4,5,6,dan 7? Susunan angka ratusan yang mungkin dari 4 angka, yaitu 4,5,6 dan 7 adalah sebagai berikut:
456    465    546    564    645    654
457    475    547    574    745    754
467    476    647    674    746    764
567    576    657    675    756    765
Ternyata ada 24 cara
Susunan obyek-obyek yang memerhatikan susunan seperti ini dinamakan permutasi
Dari permasalahan di atas diperoleh
1. Jika angka-angka disusun terdiri atas 3 angka dari 3 angka yang tersedia, banyak susunannya
2. Jika angka-angka disusun terdiri atas 3 angka dari 4 angka yang tersedia, banyak susunanya
3. Jika kalian teruskan, angka-angka disusun terdiri atas k angka dari n angka yang tersedia, banyak susunanya adalah 
Jadi diperoleh kesimpulan sebagai berikut

Contoh:
Di dalam sebuah kelas, akan dibentuk kepengurusan yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara kelas. Berapa banyak cara 6 calon yang akan memperebutkan ketiga posisi tersebut?
Penyelesaian:
Karena posisi yang diperebutkan masing-masing berbeda, kasus ini dapat dikerjakan dengan permutasi 3 unsur dari 6 unsur yang tersedia

D. Permutasi Memuat Beberapa Unsur yang Sama
Pada pembahasan sebelumnya, permutasi memuat unsur yang berbeda. Sekarang, perhatikan unsur  penyusun “APA”  yaitu A, P, A.
Huruf A pada urutan pertama dan ketiga meskipun dibalik akan mempunyai makna yang sama. Misalkan A1  dan  A3 masing-masing adalah huruf A yang pertama dan ketiga.
1. Permutasi 3 unsur dari 3 unsur yang tersedia, yaitu A1, P, A3 (A1  dan A3  diandaikan berbeda) adalah
3P3 = 3! = 3 x 2 x 1= 6
Dengan demikian, diperoleh susunan dalam 3 kelompok berikut
a)    A1PA3
A3PA1
b)   A1A3P
A3A1P
c)    PA1A3
PA3A1
2. Permutasi 3 unsur dari 3 unsur yang tersedia, yaitu A1PA3 (A1 dan A3 diandaikan sama) susunanya adalah
APA   AAP   PAA
Jadi hanya terdapat 3 cara. Hal ini terjadi karena pada setiap kelompok terdapat 2! = permutasi pada penyusunan 2 huruf A yang sama, yaitu A1 dan A3.
Dengan demikian, permutasi 3 unsur, dengan 2 unsur yang sama dari 3 unsur adalah
Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut.



Aturan ini dapat diperluas sebagai berikut.



Contoh :

1. Tentukan banyak susunan huruf yang dibentuk dari unsur-unsur huruf pembentuk kata PENDIDIKAN
2. Misalnya terdapat 6 bendera dengan rincian 2 bendera berwarna merah, 3 bendera berwarna putih, dan 1 berwarna biru.
Berapa banyak susunan yang dapat dibuat untuk menyusun bendera itu secara berjajar?
Penyelesaian:
1. PENDIDIKAN
Unsur yang tersedia ada 10
Unsur yang sama adalah
1). k1 = 2, yaitu huruf N ada 2;
2). k2 = 2, yaitu huruf D ada 2;
3). k3  = 2, yaitu huruf I ada 2.
Jadi


2. Banyak susunan yang dapat dibuat adalah

D. Permutasi siklis
Perhatikan gambar berikut 

Perhatikan susunan melingkar pada gambar I. Susunan tersebut dapat dikatakan sebagai susunan dari  ABC, BCA, CAB. Dengan demikian, susunan ABC, BCA, dan CAB pada dasarnya merupakan satu susunan yang sama. Kemudian, jika kita memerhatikan gambar 2, kita menjumpai susunan ACB, CBA, BAC adalah suatu susunan yang sama. Secara keseluruhan susunan itu ada 2 macam, yaitu
Susunan 1 : ABC, BCA, CAB
Susunan 2 : ACB, CBA, BAC
Penenpatan pada unsur-unsur dalam permutasi seperti inilah yang disebut permutasi siklis. Jadi permutasi siklis adalah permutasi yang disusun secara melingkar.
Untuk menentukan bentuk susunan n objek yang disusun secara melingkar  maka tentukan sebuah titik yang dianggap sebagai titik tetap. Kemudian, sisanya dianggap sebagai penyusunan (n - 1) unsur dari (n-1) unsur yang berbeda.
Dengan demikian dapat dikatakan sebagai berikut.
Jika terdapat 3 objek disusun secara melingkar, banyak susunan yang mugkin yaitu 2! = (3- 1)!

Jika terdapat 4 unsur disusun secara melingkar , banyak susunan yang mugkin adalah 3!= (4 – 1)! Dan seterusnya. Misalkan terdapat n unsur yang berbeda disusun secara melingkar. Banyak susunan dapat ditentukan dengan permutasi siklis dengan aturan 
Contoh:
Sebanyak 6 orang mengadakan rapat. Mereka duduk menghadap sebuah meja bundar. Berapakah banyak cara mereka menempati kursi yang disusun melingkar itu?
Penyelesaian:
Banyak cara mereka menempati kursi adalah
Psiklis = (6 - 1)! = 5! = 120 cara.

Wednesday 23 October 2019

Prinsip Dasar Perhitungan dan Kaidah Pencacahan

A. Prinsip Dasar Perhitungan
Ada dua prinsip dasar yang digunakan dalam menghitung yaitu aturan penjumlahan dan aturan perkalian.   
1. Prinsip dasar perhitungan
Jika suatu himpunan A terbagi dalam himpunan bagian A1, A2,...An, maka jumlah unsur pada himpunan A akan sama dengan jumlah semua unsur yang ada pada setiap himpunan bagian A1, A2,...An.
Secara tidak langsung, pada prinsip penjumlahan, setiap himpunan bagian  A1, A2,...An, tidak saling tumpang tindih ( saling lepas ). Untuk himpunan yang saling tumpang tindih tidak berlaku lagi prinsip penjumlahan, dan ini harus diselasaikan dengan prinsip inklusi-ekslusi yang akan dibahas kemudian.
Contoh :
a. Seorang guru SD di daerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Jika jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan jumlah murid kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas 6 adalah 20 orang, maka jumlah murid yang diajar guru tersebut adalah 25+27+20= 72 murid
b. Seseorang mahasiswa ingin memebeli sebuah motor. Ia dihadapkan untuk memilih pada setu jenis dari tiga merek motor, honda 3 pilihan, susuki 2 pilihan, dan yamaha 2 pilihan. Dengan demikian, mahasiswa tersebut mempunyai pilihan sebanyak 3+2+2=7 pilihan

2. Prinsip perkalian
Misalkan sebuah prosedur dapat dipecah dalam dua penugasan. Penugasan pertama dapat dilakukan dalam n1 cara, dan tugas ke dua dapat dilakukan dalam n2 cara setelah tugas pertama dilakukan. Dengan demikian, dalam mengerjakan prosedur tersebut pada (n1 x n2) cara. Secara tidak langsung, pada perinsip perkalian, bisa terjadi saling tumpang tindih (tidak saling lepas).
Contoh :
Seorang guru SD didaerah, mengajar murid kelas 4, kelas 5, dan kelas 6. Jika jumlah murid kelas 4 adalah 25 orang dan jumlah murid kelas 5 adalah 27 orang serta jumlah murid kelas 6 adalah 20 orang, jika guru tersebut ingin memilih tiga orang murid dari anak didiknya, dimana seorang murid dari setiap kelas, maka guru tersebut mempungai 25x27x20=13500 cara dalam memilih susunan 3 murid tersebut

B. Kaidah Pencacahan
Kaidah pencacahan atau Counting Slots  adalah suatu aidah yang digunakan untuk menentukan atau menghitung berapa  banyak cara yang terjadi darisuatu peristiwa.
Kaidah pencacahan terdiri atas:
1. Pengisian tempat yang tersedia (Filling Slots),
2. Permutasi,
3. Kombinasi.
Pengisian Tempat yang Tersedia (Filling Slots)
Jika suatu peristiwa dapat dikerjakan dengan K1 cara yang berbeda, peritiwa kedua dapat dikerjakan dengan K2 yang berbeda dan seterusnya sampai peristiwa ke-n, maka banyaknya cara yang berbeda dari semua peristiwa tersebut adalah K, dimana K = K1 x K2 x ... ... x Kn.
K disebut dengan istilah banyaknya tempat tempat yang tersedia dengan aturan perkalian atau kaidah perkalian.
Untuk menentukan banyaknya tempat yang gtersedia dapat mengunkanan tabel siang, diagram pohon, dan pasangan berurutan.
Contoh :
Misalkan ada 2 celana berwarna hitam dan biru serta 4 baju berwarna kuning, merah, purih, dan ungu. Ada berapa banyak pasangan warna celana dan baju yang dapat dibentuk ?
Dari contoh kasus di atas, dapat diselesaikan dengan kaidah pencacaha. Banyaknya cara yang mungkin terjadi dari peristiwa tersebut, dapat diketahui dengan meggunakan metode berikut.

1. Diagram Pohon
Diagram pohon merupakan suatu metode yang ditempuh dalam menentukan banyak cara yang terjadi dalam sebuah peristiwa yang biasanya berbentukpohon karena bercabang.
Contoh kasus di atas.


2. Tabel Silang
Metode tabel silang adalah metode yang digunakan dalam menentukan suatu cara dalam sebuah peristiwa yang biasanya disajikan dalam bentuk tabel.
Misalkan dari contoh kasusu di atas, maka penyelesaian dengan metode tabel silang adalah sebagai berikut.

Celana
Baju
Kuning (K)
Merah (M)
Putih (P)
Ungu (U)
Hitam (H)
HK
HM
HP
HU
Biru (B)
BK
BM
BP
BU

3. Pasangan Berurutan
Pasangan berurutan merupakan suatu cara menuliskan anggota dua himpunan yang dipasangkan, anggota pertama pasangna itu berasal dari himpunan yang pertama dan anggota kedua berasal dari himpunan yang kedua.
Misalkan A = {Bolpoin, Pensil} dan B = {Merah, Biru, Hitam}. Pasangan berurut A dan B dapat dinyatakan sebagai diagram panah seprti pada gambar


Pada diagram panah diatas dapat disusun pasangan berurutan antara pilihan barang dan pilihan warna sebagai berikut.
( Balpoin, Merah )                         ( Pensil, Merah )
( Balpoin, Biru )                            ( Pensil, Biru )    
( Balpoin, Hitam )                         ( Pensil, Hitam )
Jadi, diperoleh 6 pasang pilihan yang dapat kalian lakukan. 

Monday 21 October 2019

Bilangan Bulat

Sebelum kita membicarakan tentang bilangan bulat, perhatikan terlebih dahulu struktur bilangan berikut:

Dari struktur bilangan tersebut, kita akan membahas bilangan bulat.
1. Bilangan Bulat Positif dan Bilangan Bulat Negatif
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, nol, dan bilangan bulat negatif. Himpunan bilangan bulat biasanya dilambangkan dengan huruf B dan dituliskan dengan B = { ..., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ... }.
Bilangan bulat dapat juga digambarkan pada garis bilangan. Perhatikan gambar garis bilangan pada diagram berikut ini.


Contoh.
Tuliskanlah:
a. Himpunan bilangan bulat di antara –8 dan 4!
b. Himpunan bilangan genap di antara –6 dan 3!
c. Himpunan bilangan ganjil di antara –5 dan 2!

Penyelesaian:

a. Himpunan bilangan bulat di antara –8 dan 4 adalah {–7, –6, –5, –4, –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3}






b. Himpunan bilangan bulat genap di antara –6 dan 3 adalah {–4, –2, 0, 2}.






c. Himpunan bilangan bulat ganjil di antara –5 dan 2 adalah {–3, –1, 1}.






2. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan Bulat
Pada garis bilangan berlaku:
a. Jika a terletak di sebelah kanan b, maka a > b.
b. Jika a terletak di sebelah kiri b, maka a < b.
Misalkan:
7 berada di sebelah kanan 5, maka 7 > 5
–5 berada di sebelah kiri –3 maka –5 < –3.


Thursday 17 October 2019

Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Belajar  merupakan  peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks, yang dapat dipandang dari dua subjek yaitu guru dan siswa. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.


1. Tujuan Instruksional, Tujuan Pembelajaran dan Tujuan Belajar
Dari segi guru tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Tujuan kurikulum sekolah tersebut dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional yang terumus dalam UU pendidikan yang berlaku. Dalam hal ini misalnya, UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Acuan pada kurikulum yang berlaku tersebu, berarti juga mengaitkan pada bahan belajar yang “harus” diajarkan oleh guru. Bahan belajar tersebut ditentukan oleh ahli kurikulum.

Dari segi siwa, sasaran belajar tersebut merupakan panduan belajar. Sasaran belajar tersebut diketahui oleh siswa sebagai akibat adanya informasi guru. Panduan belajar tersebut harus diikuti sebab mengisyaratkan keberhasilan belajar. Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa, dengan demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional, dan sekaligus tujuan belajar perantara bagi siswa. Dengan keberhasilan belajar, maka siswa akan menyusun program belajar dan tujuan belajar sendiri. Bagi siswa, hal itu berarti melakukan emansipasi diri dalam rangka mewujudkan kemandirian.

2. Siswa dan Tujuan Belajar
Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar dan merespons dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.

Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang diajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar enyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri.

Kegiatan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus atau sasaran belajar siswa. Rumusam tersebut disesuaikan dengan perilaku yang dapat dilakukan siswa.

Dari segi guru, guru memberikan informasi tentang sasaran belajar. Bagi siswa, sasaran belajar tersebut merupakan tuuan belajarnya “sementara”. Dengan belajar, maka kemampuan siswa meningkat. Meningkatnya kemampuan mendorong siswa untuk mencapai tujuan belajar yang baru. Bila semua siswa menerima semua sasaran belajar dari guru, maka makin lama siswa membuat sasaran belajar sendiri. Dengan demikian makin lama siswa akan dapat membut program belajarnya sendiri.

Dari kegiatan interaksi belajar mengajar, guru mengajari siswa dengan harapan bahwa siswa dapat belajar. Dengan belajar maka kemampuan siswa akan meningkat. Ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa semakin berfungsi. Sementara itu usia dan perkembangan jiwanya juga semakin meningkat. Dari segi perkembangan, anak telah memiliki tujuan sendiri pada usia muda (pubertas) dan dewasa muda. Pada usia tersebut siswa telah sadar dan memiliki rasa tanggung jawab. Dari segi pembelajaran, sadar dan tanggung jawab tersebut perlu pendidikan. Dengan kata lain perlahan-lahan siswa perlu dididik agar memiliki rasa tanggung jawab dan membuat program belajar dengan tujuan belajar sendiri.