Friday 1 June 2018

Teori Belajar Edwin Ray Guthrie

A.     Riwayat Edwin Ray Guthrie
Guthrie lahir di Lincoln Nebrazka tanggal 9 Januari  pada tahun 1886 dan meninggal pada tahun 1959. Setelah SMA kemudian meneruskan studinya ke universitas Nebraska dan lulus dengan sarjana matematika dan kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian menjadi instruktur filsafat di Universitas Washington. Setelah lima tahun ia pindah ke Departemen Psikologi sampai karirnya berakhir. Guthrie adalah profesor psikologi di University of Washington   dari tahun 1914 sampai pensiun pada tahun 1952. Gaya tulisan Gutrie lebih mudah untuk dipelajari karena penuh humor, dan menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya supaya mudah dipahami oleh mahasiswanya. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental. Bersama dengan Horton ia melakukan satu percobaan yang tekait dengan teori belajarnya.
Pada usia 33 tahun Guthrie pemenang nobel yang diberikan asosiasi psikologi Amerika dalam kontribusi terakhir. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.
Pada publikasi terahirnya sebelum meninggal, Guthrie sempat merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal terhadap apa- apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam stimulus yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimulus itu. Organisme hanya akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimulus yang dihadapinya, dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons.
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimulus lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimulus (stimulus yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimulus dari gerakan kita sendiri menuju pesawat telepon.

B.     Konsep Teoritis Utama
1.     Pandangan Guthrie Tentang Hukum Belajar
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons. Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh parateoritis seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, dan sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, Law of contiguity (hukum kontiguitas), yang dinyatakan sebagai berikut : “kombinasi stimulus yang mengirirngi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiannya berulang. Perhatikan bahwa disini tidak dikatakan tentang “gelombang konfirmasi” atau penguatan atau efek menyenangkan”. Cara lain menyatakan hukum kontiguitas adalah jika anda cenderung akan melakukan hal yang sama. Kunci teori guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran.
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sering diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap dan karena itu pula diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi lebih langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan) bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus.
Hukum tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah yang dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan. Thorndike mengemukakan bahwa, jika respons menemukan kondisi yang memuaskan maka koneksi S-R akan menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan dengan hukum belajarnya dengan model kondisional berupa CR-CS-US-UR. Unsur- unsur itulah yang dianggap oleh guthrie berlebihan.
Stimulus dan respon cendrung bersifat sementara, persetujuan umum di kalangan psikolog, bahwa kontiguitas stimulus dan respon merupakan kondisi yang penting bagi proses belajar, maka dari itu diperlukan pemberian stimulus yang sering, agar hubungan itu menjadi lebih langgeng, suatu respon akan lebih kuat dan menjadi kebiasaan bila respon tersebut berhubungan dengan berbagaimacam stimulus, situasi belajar merupakan gabungan stimulus dan respon, akan tetapi asosiasi ini bisa benar dan bisa salah.
Dalam publikasinya terakhir sebelum dia meninggal, Guithrie (1959) merevisi kontiguitasnya menjadi, “apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”. ini adalah cara Guithrie mengakui begitu banyaknya jumlah stimulus yang dihadapi organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimulus itu. Organisme akan merespons secara selektif pada sebagian kecil dari stimulus yang dihadapinya, dan proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respon. Disini kita dapat melihat ada kemiripan antara pemikiran Guthrie dengan konsep Thorndike tentang “prapotensi elemen”, yang juga menyatakan bahwa organism merespon secara selektif terhadap aspek-aspek ligkungan yang berbeda-beda.
2.     Belajar Satu Percobaan
Unsur lain dari hukum asosiasi Aristoteles adalah hukum frekuensi, yang menyatakan bahwa kekuatan asosiasi akan tergantung pada frekuensi kejadiannya. Jika hukum frekuensi dimodifikasi untuk merujuk pada asosiasi antara respons yang menimbulkan “keadaan yang memuaskan” dengan kondisi pemicu yang mendahului respons, Thorndike, Skinner, dan Hull akan menerimanya. Semakin sering suatu proses dikuatkan dalam situasi tertentu akan semakin besar kemungkinan respons itu akan dilakukan saat situasi itu terjadi lagi. Jika asosiasinya adalah antara CS dan US, Pavlov akan menerima hukum frekuensi. Semakin banyak jumlah penyandingan antara CS dan US, semakin besar respons yang dikondisikan yang diakibatkan oleh CS.

Namun prinsip One-Trial Learning (belajar suatu percobaan) dari Guthrie (1942) menolak hukum frekuensi sebagai prinsip belajar : “Suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan suatu respons”. Jadi, menurut Guithrie, belajar adalah hasil dari kontiguitas antara pola stimulus dengan satu respon, dan belajar akan lengkap (asosiasi penuh) hanya setelah penyandingan antara stimulus dan respon.
3.     Prinsip kebaruan
Prinsip kontiguitas dan belajar satu percobaan membutuhkan recency principle (prinsip kebaruan), yang menyatakan bahwa repsons yang dilakukan terakhir kali dihadapat seperangkat stimulus adalah respons yang akan dilakukan ketika kombinasi stimulus itu terjadi lagi di waktu lain. Dengan kata lain, apapun yang kita lakukan terakhir kali dalam situasi tertentu akan cenderung kita lakukan lagi jika situasi itu kita jumpai lagi.
4.     Stimulus yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimulus lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimuli (stimulus yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimulus dari gerakan kita sendiri menuju pesawat telepon.
5. Mengapa Praktik latihan Meningkatkan Performa?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara acts (tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term apa- apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat, makan pagi, melempar bola, membaca buku, atau menjual mobil.
Adapun untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie, tindakan sederhana seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan arah posisi subjek itu.Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
6.     Sifat Penguatan menurut Edwin Ray Guthrie
Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya.
Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
7.     Eksperimen Guthrie-Horton
Guthrie dan Horton (1946) secara cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tindak melepaskan diri dari kontak teka teki yang dilakukan oleh kucing. Observasi ini dilaporkan dalam buku berjudul Cats in a Puzlle Box. Kotak yang mereka pakai sama dengan yang dipakai Thorndike dalam melakukan eksperimennya. Guithrie dan Horton menggunakan banyak kancing sebagai subjek percobaan, tetapi mereka melihat setiap kucing belajar keluar dari kotak dengancara sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Repons khusus yang dipelajari oleh hewan tertentu adalah respons yang dilakukan hewan sebelum ia keluar dari kotak.karena respons ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu yang lain, maka dinamakan stereotyped behavior (perilaku stereotip). Misalnya, kucing A akan menekan tuas dengan pantatnya, kucing B dengan kepalanya, atau kucing C dengan cakarnya. Guthrie mengatakan bahwa dalam masing-masing kaus, terbykanya pintu kotak merupakan perubahan yang mendadak dalam kondisi yang menstimulasi.demham mengubah kondisi yang menstimulasi, respons menggerakan tuas dengan pantas, misalnya, tidak akan dilupakan. Hal terakhir yang dilakukan hewan sebelum pintu terbuka adalah mendorong tuas dengan pantat, dank arena ia mendorong dengan pantat itulah kondisi yang menstimulasi berubah. Jadi, berdasarkan hukum kebaruan, ketika kita menempatkan hewan itu lagi ke kotak diwaktu lain, hewan itu akan merespons dengan mendorong tuas dengan pantatnya, dan inilah yang dilihat oleh Guthrie dan Horton dalam percobaannya.
Guthrie dan Horton (1946) mengamati baehwa sering kali hewan, setelah bebas dari kotak, akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya. Meskipun hewan itu mengabaikan objek yang disebut penguatan tersebut, hewan itu tetap bisa keluar dari kotak dengan lancer ketika diwaktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi ini, menurut Guthrie, memperkuat pendapatnya bahwa penguatan hanyalah aransemen mekanis yang mencegah terjadinya unlearning. Guthrie menyimpulkan bahwa setiap kejadian yang diikuti dengan respons yang diinginkan dari hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya mempertahankan respons didalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya. Tetapi, seperti yang akan kita lihat nanti, ada alternative untuk interpretasi Guthrie atas observasi ini.
8.     Lupa Menurut Guthrie
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru.
Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ekstrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.

C.     Penerapan Teori dalam  Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan adalah respon yang diasosiasikan dengan sejumlah besar stimulus. Semakin banyak stimulus yang menimbulkan respon, semakin kuat kebiasaan. Untuk memutus kebiasaan aturannya selalu sama, yaitu cari petunjuk yang memicu kebiasaan buruk dan lakukan respon lain saat petunjuk itu muncul. Berikut ini metode-metode yang dinyatakan oleh Guthrie:
[     Metode Ambang: dengan memperkenalkan stimulus lemah yang tidak menimbulkan respon dan kemudian pelan-pelan menaikkan intensitas stimulus itu, tetapi selalu berhati-hati agar ia tetap berada di bawah “ambang batas” respon. Contoh memasang pelana kuda: mulai dengan selimut yang ringan, kemudian yang lebih berat, baru kemudian pelana kuda.
[     Metode Kelelahan: dengan mendorong stimulus secara terus menerus sampai respon yang diberikan berhenti atau tidak ada respon lagi. Contoh penjinakan dimana pelana dilempar ke punggung kuda kemudian penunggangnya menaikinya dan berusaha mengendarai kuda itu sampai kuda itu menyerah.
[     Metode Respon yang Tidak Sesuai: stimulus untuk respon yang tidak diinginkan disajikan bersama stimulus lain yang menghasilkan respon yang tidak sesuai dengan respon yang tidak diinginkan tersebut. Contoh seorang anak mendapat hadiah boneka panda namun reaksi pertamanya takut dan menghindar. Sebaliknya ibu si anak memberikan rasa kehangatan dan kenyamanan pada diri si anak. Dengan menggunakan metode respon yang tak kompatibel anda akan memasangkan ibu dan boneka panda diharapakkan ibu akan menjadi setimulus dominan. Jika ibu menjadi stimulus dominan, reaksi anak terhadap kombinasi ibu-boneka itu akan berupa relaksasi. Setelah reaksi relaksai muncul ketika ada boneka panda, maka boneka itu dapat dihadirkan sendirian dan akan muncul relaksasi dalam diri anak.
1.     Membelokkan Kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petujnjuk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru akan membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimulus yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah stimulus internal anda, dan anda karenanya akan membawa stimulus itu ke lingkungan yang baru. Juga stimulus dalam lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimulus di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya.
2.     Hukuman Menurut Guthrie
Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Hukuman yang diberikan dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan asumsi dan ideologi yang ada dalam diri siswa.
Meskipun menurut sekolah hukuman itu tidak edukatif dan tidak efektif, bisa saja menurut sekolah yang lain sangat efektif. Hal ini disebabkan oleh asusmi ideologis yang diyakini di kalangan siswa. Contoh jenis hukuman di pondok pesantren tidak sesuai jika diterapkan di sekolah formal yang jauh dari budaya pondok pesantren.
Sebagai contoh, seseorang yang memiliki kebiasaan merokok sulit ditinggalkan. Hal ini dapat terjadi karena perbuatan merokok tidak hanya berhubungan dengan satu macam stimulus (misalnya kenikmatan merokok), tetapi juga dengan stimulus lain seperti minum kopi, berkumpul dengan teman-teman, ingin tampak gagah, dan lain-lain.
Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang dari sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topik dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungannya. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terasosiasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama setelah Skinner makin mempopulerkan ide tentang penguatan (reinforcement).
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie yaitu:
Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidak samaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar memperkuat respon.
Efektifitas hukuman ditentukan oleh apa penyebab apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja dengan baik bukan kerena rasa sakit yang dialami oleh individu yang terhukum, akan tetapi karena hukuman mengubah cara indiviu merespons stimulus yang sama. Hukuman dikatakan berhasil ketika hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Dan hukuman dikatakan gagal apabila perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum.
Karena pandangan Guthrie tentang asosiasi tergantung pada stimulus dan respon, peran penguatan memiliki interpretasi unik. Guthrie percaya pada pembelajaran satu kali mencoba, dengan kata lain kedekatan hubungan antara elemen-elemen stimulus dan respon langsung menghasilkan ikatan asosiatif penuh.
3.     Dorongan Menurut Guthrie
Drives (dorongan) fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimulus (stimulus yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimulus internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimulus akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah.
4.     Niat Menurut Guthrie
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).
Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
5.     Transfer Training Menurut Guthrie
Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimulus jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas.
Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hokum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
D.     Teori Conditioning dari Guthrie
Guthrie mengemukakan bahwa tingkah laku manusia itu secara keseluruhan dapat dipandang sebagai deretan-­deretan tingkah laku yang terdiri dari unitunit. Unitunit tingkah laku ini merupakan reaksi atau respons dari perangsang atau stimulus sebelumnya, dan kemudian unit tersebut menjadi pula stimulus yang kemudian menimbulkan response bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Demi­kianlah seterusnya sehingga merupakan deretanderetan unit tingkah laku yang terus-menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya terjadi proses asosiasi antara unitunit tingkah laku satu sama lain yang ber­urutan. Ulanganulangan atau latihan yang berkalikali mem­perkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya.
Sebagai penjelasan dari percobaan Pavlov sebagai berikut: Pada mulanya anjing percobaan keluar air liur ketika disodorkan makanan. Setelah berkalikali sambil menyodorkan makanan dilakukan juga menyorotkan sinar merah kepada anjing itu; pada suatu ketika hanya dengan menyorotkan sinar merah, anjing itu keluar juga air liurnya. Jadi, dalam hal ini terjadi asosiasi yang makin kuat antara sinar merah (stimulus) dengan keluar­nya air liur (respons). Yang penting pula diperhatikan dalam percobaan itu ialah; dapat diubahnya suatu stimulus (unit) tertentu dengan stimulus yang lain. Karena itu, menurut Guthrie untuk mengubah kebiasaankebiasaan yang tidak baik, harus dilihat dalam rentetan deretan unitunit tingkah lakunya, kemudian kita usahakan untuk menghilangkan unit yang tidak baik itu atau menggantinya dengan yang lain yang seharusnya.
Berikut ini sebuah contoh sebagai penjelasan. Seorang ibu datang menanyakan kepada Guthrie, bahwa anak perempuannya setiap pulang dari sekolah selalu melemparkan tas dan pakaiannya ke sudut kamarnya, kemudian ganti pakaian dan terus makan tanpa meletakkan tas dan pakaiannya pada gantungan yang telah tersedia untuk itu. Teguranteguran ibu untuk menggantungkan tas dan pakaian pada tempatnya, hanya berlaku satu atau dua, hari saja, sesudah itu kebiasaan yang buruk berulang lagi. Bagaimana cara memperbaiki kebiasaan buruk pada anak tersebut?
Guthrie menyarankan (sesuai dengan teori conditioning) perbaikan seperti berikut:
Teguran ibu jangan hanya menyuruh menggantungkan tas dan pakaiannya sesudah anak itu makan, akan tetapi anak tersebut harus disuruh memakai pakaian itu lagi dan menyandang tasnya dan kemudian anak itu masuk ke rumah lagi terus menggantungkan tasnya dan pakaiannya, berganti pakaian, dan selanjutnya makan. Jadi, proses berlangsungnya unitunit tingkah.
E.     Teori Keterhubungan Guthrie
Guthrie lebih menekankan pada hubungan antara stimulus dan respons, dan beranggapan bahwa setiap respons yang didahului atau dibarengi suatu stimulus atau gabungan dari beberapa stimulus akan timbul lagi bila stimulus tersebut diulang lagi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatu stimulus tertentu akan menimbulkan respons tertentu. Suatu respons hanya terbina oleh satu kali percobaan saja, oleh karena itu pengulangan atau repetisi tidak memperkuat hubungan stimulus respons. Namun demikian, Guthrie menekankan pada pentingnya pengulangan atau drill. Pengulangan tersebut bukan dimaksudkan untuk memperkuat hubungan, tetapi untuk membina atau memasangkan stimulus yang cocok dengan respons yang diharapkan. Guthrie memulai proses pendidikannya dengan memaparkan tujuan-tujuannya serta dengan mengemukakan respons-respons apa yang perlu dibuat terhadap rangsangan tertentu. Kemudian dia akan menciptakan lingkungan belajar yang tertata sedemikian rupa sehingga respons yang diinginkan dihasilkan sesuai dengan rangsangan yang ada. Motivasi bagi Guthrie bahkan lebih tidak penting lagi sebagaimana yang dianggap penting oleh Thorndike. Apa yang diperlukan dalam proses belajar hanyalah agar siswa memberikan respons yang tepat ketika hadir suatu rangsangan.
Latihan dianggap penting sekiranya hal ini menyebabkan lebih banyak terjadinya rangsangan yang menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena setiap pengalaman sifatnya unik, maka siswa harus mempelajarinya berulang-ulang. Tidak ada jaminan bahwa siswa yang sudab belajan dua tambah dua sama dengan empat (2 + 2 = 4) di papan tulis akan menjawab sama ketika ia telah duduk di bangkunya. Dengan demikian siswa tidak hanya diharuskan belajar bahwa dua balok tambah dua balok sama dengan empat balok, tetapi mereka harus juga membuat pertambahan yang baru dengan menggunakan benda-benda lain, seperti apel, buku, kucing, dll.
Meskipun pembelajaran secara konstan berlangsung terus, pendidikan dalam kelas merupakan suatu usaha untuk menghubungkan stimulus tertentu dengan responsnya dengan penuh tujuan. Seperti juga Thorndike, Guthrie percaya bahwa pendidikan formal harus menyerupai situasi kehidupan nyata sebanyak mungkin. Para guru penganut teori Guthrie akan diperbolehkan untuk kadang-kadang menggunakan hukuman untuk menangani perilaku siswa yang menyimpang. Agar pemakaiannya efektif, hukuman harus digunakan ketika perilaku menyimpang tadi terjadi.
Lebih jauh lagi hukuman harus menyebabkan timbulnya perilaku yang bertentangan dengan perilaku menyimpang tadi. Jika misalnya siswa yang sedang membuat kegaduhan di kelas dihukum dengan cara diteriaki oleh guru, tetapi reaksinya malah membuat kegaduhan yang lebih besar, maka hukuman itu malah akan menguatkan perilaku yang sedang dilakukannya.

F.     Pendapat dan Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Guthrie dalam Pendidikan
Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimulus. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimulus yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimulus tertentu.
Latihan (praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimulus untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik, seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar 2 + 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 + 2 ketika dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap stimulus (di dalam atau di luar kelas).
Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari teori belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
1.     Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain, apakah stimulus yang ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
2.     Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimulus yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran.
3.     Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimulus) bagi munculnya perilaku distruptif.

Thursday 31 May 2018

Luas Permukaan dan Volume Balok

Luas Permukaan dan Volume Balok
1.     Definisi Balok
Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang, dengan paling tidak satu pasang di antaranya berukuran berbeda
2.     Unsur-Unsur Balok
Gambar di bawah menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut.

a.     Sisi/Bidang
Sisi balok adalah bidang yang membatasi balok. Balok memiliki 6 buah sisi yang masing-masing sisi yang berhadapan kongruen, yaitu ABCD (sisi bawah) kongruen dengan EFGH (sisi atas), ABFE (sisi depan) kongruen dengan CDHG (sisi belakang), dan BCGF (sisi samping kanan) kongruen dengan ADHE (sisi samping kiri).
b.     Rusuk
Rusuk balok adalah garis potong antara dua sisi bidang balok dan terlihat seperti kerangka yang menyusun balok. Coba perhatikan kembali Gambar Balok ABCD.EFGH. Balok memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH. Rusuk-rusuk yang sejajar pada balok :  AB//DC//EF//HG ; AD// BC// FG//EH ; dan  AE// BF//CG// DH
c.     Titik Sudut

Titik sudut balok adalah titik potong antara dua rusuk. Dari Gambar di atas, terlihat balok ABCD. EFGH memiliki 8 buah titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

Selain ketiga unsur di atas, balok juga memiliki diagonal. Diagonal pada balok ada tiga, yaitu diagonal bidang, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
a.     Diagonal Bidang

Coba kamu perhatikan balok ABCD.EFGH. Pada balok tersebut terdapat garis EG dan FH yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu sisi/bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal bidang. Balok mempunyai 12 diagonal bidang, diantaranya adalah : AC, BD, FH, GE, BE, AF, DG, CH, BG, CF, AH, DE
b.     Diagonal Ruang

Balok ABCD.EFGH disamping terdapat ruas garis HB dan EC yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang. Balok mempunyai 4 diagonal ruang, diantaranya AG, HB,CE, dan DF.
c.     Bidang Diagonal


Perhatikan balok ABCD.EFGH secara saksama. Pada gambar tersebut, terlihat dua buah diagonal bidang pada balok ABCD. EFGH yaitu BD dan HF. Ternyata, diagonal bidang BD dan HF beserta dua rusuk balok yang sejajar, yaitu BF dan DH membentuk suatu bidang di dalam ruang balok bidang BDHF pada balok tersebut.
Bidang diagonal adalah bidang yang dibatasi oleh dua rusuk dan dua diagonal bidang pada balok. Balok memiliki 6 bidang diagonal. Bidang diagonal balok ABCDEFGH adalah : BDHF, ACGF, ABGH, CDEF, ADGF, BCHE
3.     Cara Melukis Balok
Langkah-langkah melukis balok :
a.     Lukislah dua buah persegi, sebagai bagian sisi depan dan sisi belakang balok. Rusuk yang tidak terlihat dari depan lukislah dengan garis putus-putus. 
 
b.     Hubungkan rusuk-rusuk dari depan ke belakang. Terbentuklah sebuah balok.

4.     Sifat-Sifat Balok

Untuk memahami sifat-sifat balok, coba kamu perhatikan Gambar di samping. Gambar tersebut menunjukkan balok ABCD.EFGH yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1.     Sisi-sisi balok berbentuk persegi panjang.
2.     Rusuk-rusuk yang sejajar memiliki ukuran sama panjang.
3.     Setiap diagonal bidang pada sisi yang berhadapan memiliki ukuran sama panjang.
4.     Setiap diagonal ruang pada balok memiliki ukuran sama panjang.
5.     Setiap bidang diagonal pada balok memiliki bentuk persegipanjang


5.     Kerangka Balok
Sebuah balok memiliki 12 rusuk. Jika panjang rusuk balok adalah p, lebar rusuk balok adalah l, dan tinggi rusuk balok adalah t maka jumlah panjang rusuknya adalah 4p+4l+4t.

6.     Jaring-Jaring Balok
Jaring-jaring balok ada 54 buah. Untuk lebih jelasnya silahkan dibaca Jaring-jaring balok.

7.     Luas Permukaan Balok
Luas permukaan balok adalah jumlah luas sisi-sisi balok. Kalian ingat bahwa balok mempunyai 6 sisi dengan panjang p, lebar l dan tinggi t. Jadi, untuk mencari luas permukaan balok dapat dicari dengan rumus :
L permukaan balok = 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )

8.     Volume Balok
Rumus volume balok sebagai berikut:
V balok = panjang x lebar x tinggi = p x l x t

9.     Contoh Soal
a.     Sebuah akuarium berbentuk balok dengan panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Berapakah volume air yang harus diisikan pada bak tersebut agar dapat terisi sampai penuh?
Penyelesaian:
Diketahui:
p = 50 cm
l = 40 cm
t = 30 cm
Ditanyakan:
V balok = . . . .
Solusi:
V balok = p x l x t
         = 50 cm x 40 cm x 30 cm
         = 60.000 cm3
Jadi, banyaknya air yang harus diisikan pada bak tersebut adalah 125.000 cm3 atau 60 liter.

b.     Suatu balok memiliki panjang 15 cm lebar 10 cm dan tinggi 8 cm. Tentukan luas permukaan balok tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
p = 15 cm
l = 10 cm
t = 8 cm
Ditanyakan:
L permukaan balok = . . . .
Solusi:
L permukaan balok = 2 ( p × l ) + 2 ( p × t ) + 2 ( l × t )
                     = 2 ( 15 × 10 ) + 2 ( 15 × 8 ) + 2 ( 10 × 8 )
                     = 2 ( 150 ) + 2 ( 120 ) + 2 ( 80 )
                     = 300 + 240 + 160
                     = 700 cm2
Jadi, luas permukaan balok tersebut adalah 700 cm2.

Wednesday 30 May 2018

Bagian-Bagian Akar Beserta Fungsinya

Secara umum Pengertian Akar adalah pondasi, penopang dan penyokong batang tumbuhan agar dapat berdiri dengan kokoh secara permanen. Dengan cara itu diharapkan tumbuhan mendapatkan kenyamanan dalam proses pertumbuhannya.
Secara biologi tumbuhan masih dapat diselamatkan jika kondisi akarnya masih sehat kendati daun dan rantingnya tengah diserang berbagai macam penyakit. Karena pusat kehidupan bukan berasal dari bagian bagian tumbuhan seperti batang , daun, buah atau bunganya melainkan akarnya. Maka untuk memusnahkan sebuah tanaman besarpun anda harus membabat habis dulu akarnya. Karena kesuksesan sebuah tumbuhan dalam menghasilkan buah yang berkualitas baik selalu terkait dengan kesehatan akarnya.

A. Bagian-Bagian Akar



1. Tudung akar
Tudung akar adalah akar yang hidup dibagian ujungnya yang bernama Kaliptra yang memiliki sel jaringan parenkim yang didalamnya mengandung  sari tepung. Fungsi Kaliptra adalah menjaga dan merawat sistem kinerja nya sekaligus bertugas melembabkan akar agar tidak mengalami gesekan dengan partikel tanah. Daerah pengembangan sel akar yang berbeda fungsi. Jenis sel akar yang dimaksud adalah akar tumbuhan monokotil dan dikotil sebagai pembelahan sel untuk proses pertumbuhan akar selanjutnya sebagai daerah menetapnya rambut rambut akar.



2. Inti akar
Inti akar adalah bagian akar yang berada pada pusat akar yaitu ditengah seputar bonggol akar. Inti akar terbagi menjadi dua bagian, terdiri dari:
a. Pembuluh tapis yang berfungsi membantu dan melancarkan proses fotosintesa
b. Pembuluh kayu yang berfungsi menyebarkan air dan nutrisi makanan menuju tulang daun

3. Rambut akar
Rambut akar mempunyai karakter unik yaitu berserabut tidak beraturan tetapi berstruktur halus yang melekat kuat pada kulit akar bagian luar yang berfungsi menyerap semua air dan garam mineral yang ada dikedalamam tanah.

4. Batang akar
Batang akar adalah batang yang terletak ditengah tengah diantara pangkal akar dan ujung akar yang berkembang dan tumbuh bercabang cabang  dalam skala bentuknya yang kecil kecil.

5. Ujung akar
Bagian akar yang termuda dan seperti tunas yang terus menerus mengalami pertumbuhan dan pergantian akar baru pada waktu yang sudah menjadi ketentuan sel akar.
B. Struktur Penyusun Akar


1. Epidermis
Epidermis adalah jaringan penting yang terletak pada lapisan terluar. Berfungsi sebagai benteng pertahanan jaringan organ penting tubuh. Jaringan epidermis tidak memiliki lapisan  lebih dari satu, maka dari itu jaringan epidermis tumbuhan terdapat kutikula.

2. Korteks
Koteks dikontrol dan disusun oleh bantuan sel parenkim yang memiliki dinding ari atau tipis. Selnya tidak berbentuk padat yang akhirnya memungkinkan air serta nutrisi makanan berjalan kearah korteks tanpa melewati jaringan sel tumbuhan.

3. Endodermis
Endodermis adalah lapisan sel yang menyusun batasan batasan gerak korteks dengan stele (perisikel). Dinding sel endodermis mempunyai beberapa lapisan suberin dan lignin yang mempunyai kecenderungan impermeael. Fungsi utamanya adalah membawa dan mengarahkan garam mineral kedalam stele.

4. Stele (selinder pembuluh)
Stele mempunyai pembuluh dan jaringan pelengkap. Pada bagian terluar Stele mempunyai beberapa sel perisikel yang mempunyai kemampuan membelah diri dan tumbuh membesar cepat untuk membentuk cabang akar lateral. Pada bagian dalamnya Stele mempunyai pembuluh jaringan xilem dan floem pada floem berbentuk mirip bintang laut karena adanya benjolan yang menonjol keluar yang radial dari wilayah pusat kearah perisekel, Sedangkan floem berada didalam benjolan xilem. Pada akar tumbuhan dikotil selalu ditemukan jenis susunan jaringan pembuluh tersebut.



C. Fungsi Akar Pada Tumbuhan
1. Sebagai pondasi berdirinya batang pohon
2. Tempat menyerap air dan segala nutrisi yang terkandung didalam tanah, misalnya garam mineral
3. Menyuplai jenis hormon pada tumbuhan dalam pertumbuhan batang dan ranting
4. Tempat menyimpan makanan bagi pertumbuhan tumbuhan
5. Untuk penyokong dan berguna untuk memperkuat serta memperkokoh berdirinya sebuah tumbuh-tumbuhan yang dimana ia hidup.
6. Untuk mengangkut air dan  membawa zat-zat yang sudah terserap ke bagian tubuh tumbuh-tumbuhan.
7. Pada sebuah tumbuhan bakau, akar mempunyai fungsi untuk sebagai alat respirasi.

D. Sifat-Sifat Dari Akar
1. Mengalami pertumbuhan dan perubahan ukuran secara bertahap dan konsisten.
2. Ruang gerak proses pertumbuhannya selalu berkaitan dengan gravitasi bumi .Kondisi akar selalu berwarna tanah dan bahkan lebih pucat, ini dikarenakan akar tidak mengalami proses fotosintesis.

Simak video berikut ini

Cara Menggabungkan Kata Yang Ada Dalam Dua Kolom Atau Lebih Pada Ms. Excel


Monday 28 May 2018

Bagian-bagian Tumbuhan Beserta Fungsinya

Tumbuhan juga mempunyai bagian-bagiannya. Pada tumbuhan ada bagian-bagian seperti akar, batang, daun dan juga bunga. Setiap bagian pada tumbuhan mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

A.     Akar
Akar adalah bagian tumbuhan yang tertanam di dalam tanah (biasannya). Tumbuhan memerlukan akar untuk hidup. Bagian akar ini terdiri atas rambut akar (bulu akar) dan tudung akar. Rambut akar berfungsi sebagai tempat masuknya zat-zat makanan dan juga air. Sementara tudung akar berfungsi sebagai pelindung bagi akar saat menembus tanah.



1.     Ciri-ciri akar:
[ Akar adalah bagian tumbuhan yang berada didalam tanah
[ Akar tumbuhan memiliki pertumbuhan yang mengarah ke inti bumi
[ Akar biasanya tumbuh menuju ke arah sumber air, menjauhi sumber cahaya dan udara.
[ Akar tidak memiliki ruas, sisik, daun, tidak berbuku-buku.
[ Akar biasanya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
[ Akar berbentuk lancip ke bagian ujung untuk mempermudah tumbuh di dalam tanah.

2.     Jenis-jenis Akar

a.     Akar serabut
Akar serabut lebih banyak dimiliki pada Tumbuhan jenis Monokotil, seperti pada tumbuhan Tebu, padi, jagung dan lainnya, dan sebagian tumbuhan jenis Dikotil yang memiliki akar serabut.

b.     Akar Tunggang
Akar Tunggang umumnya terdapat pada Tumbuhan jenis Dikotil. Seperti pada tumbuhan jeruk.

c.     Akar nafas
Akar nafas tumbuh dari bagian bawah batang tumbuhan, berada didalam tanah dan sebagian muncul diatas permukaan tanah dan berfungsi sebagai tempat masuknya udara untuk pernafasan tumbuhan, akar ini terdapat pada tumbuhan pandan dan bakau.

d.     Akar hisap
Akar hisap biasanya dimiliki oelh tumbuhna jenis parasit yang menumpang hidup pada tumbuhan lain, seperti benalu.

e.     Akar lekat
Akar lekat biasanya tumbuh di sepanjang batang tumbuhan, dan berfungsi untuk memanjat atau menempel pada benda lain, seperti pada tumbuhan Sirih.

f.     Akar gantung
Akar gantung ini tumbuh dari bagian atas batang tumbuhan dan menjulur ke arah tanah.
Akar gantung berfungsi untuk menyerap uap air dan udara, seperti pada tumbuhan pohon beringin.
3.     Fungsi akar pada tumbuhan
[ Untuk menyerap air dan mineral dari dalam tanah
[ Akar berguna untuk menyokong batang tumbuhan
[ Akar juga dipergunakan untuk respirasi (Pernafasan), seperti pada tanaman Bakau
[ Akar berguna untuk tempat menyimpan makanan.

B.     Batang
Batang pada tumbuhan berfungsi sebagai tempat melekatnya bagian-bagian lain dari tumbuhan.

1.     Ciri-ciri Batang:
[ Batang tumbuhan pada umumnya memiliki bentuk bulat memanjang, atau sebagian memiliki bentukpersegi, lonjong atau bentuk simetri radial lainnya.
[ Batang memiliki ruas dan buku-buku tempat tumbuhnya tunas, cabang, akar atau daun.
[ Batang tumbuhan biasanya tumbuh menuju kearah sumber cahaya matahari.

2.     Jenis-jenis batang

a.     Batang basah
Batang basah adalah batang tumbuhan yang bersifat lunak dan mengandung air (Berair), seperti pada batang tanaman bayam

b.     Batang berkayu
Batang berkayu adalah batang tumbuhan yang mengandung Kambium.
Kambium pada batang membentuk lapisan kayu di bagian dalam batang.
Batang berkayu seperti pada pohon rambutan, jambu, mangga dan lainnya.

c.     Batang rumput
Batang rumput tidak memiliki kambium, kayu, dan tumbuh pendek, batang rumput memiliki ruas dan rongga, seperti pada tanaman padi, rumput dan lainnya.



3.     Fungsi batang
[ Batang pada tumbuhan memiliki fungsi sebagai saluran tempat mengangkut air dan mineral dari akar menuju daun
[ Batang juga berfungsi untuk menyalurkan hasil fotosintesis, dari daun menuju ke seluruh bagian tumbuhan.
[ Batang tumbuhan berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan.


C.     Daun
Daun merupakan salah satu bagian dari tumbuhan yang sangat penting, dengan beraneka ragam bentuk, ukuran, tebal dan warna. Daun yang berwarna hijau memiliki kandungan zat klorofil.

1.     Jenis-jenis daun berdasarkan bentuknya

a.     Melengkung
Daun dengan bentuk tulang melengkung biasanya terdapat pada tanaman Eceng gondok

b.     Menyirip
Daun dengan bentuk tulang menyirip dapat ditemukan pada tanaman Jambu, Mangga, alpukat, nangka dan lainnya

c.     Menjari
Daun dengan bentuk tulang menjari dapat dijumpai seperti pada tanaman Singkong, Pepaya, jarak, dan lainnya.

d.     Sejajar
Daun dengan bentuk tulang sejajar, dapat dijumpai pada tanaman kelapa, pandan, padi, dan lainnya.



2.     Fungsi Daun
[ Daun berfungsi sebagai tempat pembuatan makanan (Fotosintesis).
[ Daun juga dapat berfungsi sebagai tempat proses Respirasi (Pernafasan).
[ Daun berguna sebagai tempat Transpirasi
[ Daun juga dapat berfungsi sebagai alat berkembangbiak Vegetatif.

D.     Bunga
Secara umum, bunga pada tumbuhan memiliki fungsi sebagai alat Reproduksi, dengan bentuknya yang indah dan baunya yang khas, sehingga menarik perhatian serangga, kumbang atau kupu-kupu untuk hinggap dan membantu proses penyerbukan pada bunga.
Mengenal Bagian-bagian Bunga sempurna

1.     Bagian-bagian pada bunga

Bunga memiliki beberapa bagian penting di dalamnya, antara lain:
a.     Tangkai Bunga
Tangkai bunga merupakan penghubung bunga dengan batang. Bentuk pangkal tangkai bunga agak membesar. Bagian tangkai bunga yang membesar ini merupakan dasar bunga.

b.     Kelopak Bunga
Kelopak bunga adalah bagian yang berfungsi sebagai penutup atau pelindung bagian lain dari bunga.

c.     Mahkota Bunga
Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga. Mahkota bunga memiliki bentuk dan warna yang beraneka ragam. Dari mahkota ini bunga dapat dinikmati keindahannya. Saat masih kuncup mahkota bunga dibungkus oleh kelopak bunga.

d.     Benang sari dan putik
Di dalam mahkota bunga terdapat benang sari yang merupakan alat kelamin jantan bunga. Di bagian tengah bunga terdapat putik sebagai alat kelamin betina bunga. Bunga yang memiliki kedua alat kelamin tersebut disebut bunga sempurna. Sedangkan yang tidak memiliki salah satunya disebut bunga tidak sempurna. Bunga yang tidak memiliki salah satu dari bagian bunga tersebut disebut bunga tidak lengkap.



2.     Fungsi Bunga
[ Fungsi yang paling utama dan paling vital adalah bunga sebagai alat untuk perkembangbiakan generatif.
[ Fungsi bunga yang kedua adalah untuk menarik serangga agar hinggap dan melakukan penyerbukan.
[ Fungsi yang ketiga, bunga adalah wadah atau tempat menyatunya gamet jantan dan gamet betina.
[ Fungsi bunga yang ke empat adalah untuk menghasilkan biji.
[ Fungsi bunga yang terakhir adalah untuk dinikmati keindahan bunga nya oleh manusia.

E.     Buah

Buah merupakan hasil selanjutnya dari proses penyerbukan pada bunga. Buah memiliki berbagai macam bentuk, warna dan aroma yang berbeda-beda.
Fungsi Buah
[ Buah melindungi biji.
[ Buah membantu dalam penyebaran biji-bijian matang.

Silahkan Dilihat Video Mengenal Bagian Bagian Tumbuhan Beserta Fungsinya